KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan melanjutkan tren penguatannya pada perdagangan Senin, 19 Agustus 2024, didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Mengacu pada data dari BloombergEconomics pada Jumat, 16 Agustus 2024, rupiah di pasar spot naik tipis sekitar 0,04 persen dibandingkan hari sebelumnya, berada di level Rp15.693 per dolar AS. Namun, nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) justru mengalami penurunan sekitar 0,18 persen ke level Rp15.716 per dolar AS.
Menurut pengamat mata uang dan komoditas, Lukman Leong, rupiah kemungkinan akan mencatatkan penguatan yang terbatas pada perdagangan Senin, 19 Agustus 2024. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya data ekonomi penting dari dalam maupun luar negeri.
Investor diperkirakan akan lebih memperhatikan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) serta pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan berlangsung pekan depan. Powell diharapkan akan membahas tentang risiko resesi dan memberikan sinyal terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga pada bulan September.
"Rupiah diperkirakan akan terkonsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas," ujar Lukman.
Lukman juga menyoroti bahwa dalam sepekan terakhir, rupiah menguat terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi di Amerika Serikat, baik untuk tingkat produsen maupun konsumen, yang hasilnya lebih rendah dari perkiraan. Data ini meningkatkan harapan akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Meskipun data penjualan ritel dan klaim pengangguran di AS menunjukkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi, investor meresponsnya dengan mengurangi kekhawatiran terhadap potensi resesi di AS, sehingga dolar AS melemah dan memberikan dorongan positif bagi Rupiah.
Dari sisi domestik, Lukman menjelaskan bahwa Rupiah juga didukung oleh arus modal yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) dari investor yang mengantisipasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia. Sentimen ini berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi di Indonesia.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mencatat bahwa Rupiah tetap menguat di akhir pekan meskipun indeks dolar AS mendapat dorongan dari kenaikan penjualan ritel dan penurunan angka pengangguran. Penjualan ritel di AS naik 1,0 persen pada bulan Juli, melebihi perkiraan kenaikan 0,3 persen.
"Data lain menunjukkan bahwa 227.000 warga Amerika mengajukan tunjangan pengangguran minggu lalu, lebih rendah dari perkiraan 235.000, yang memicu optimisme baru terkait pertumbuhan ekonomi AS," jelas Ibrahim dalam risetnya.
Selain itu, Ibrahim menambahkan bahwa pelaku pasar kembali mengalihkan perhatian pada ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya terkait ancaman serangan balasan dari Iran terhadap Israel setelah pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran.
Dari dalam negeri, pasar merespons positif pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memaparkan berbagai capaian infrastruktur yang telah dicapai selama 10 tahun masa kepemimpinannya dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI pada Jumat, 16 Agustus 2024.
Untuk perdagangan hari Senin, 19 Agustus 2024, kedua analis memperkirakan Rupiah akan melanjutkan tren penguatannya. Ibrahim memprediksi Rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp15.640 hingga Rp15.720 per dolar AS, sedangkan Lukman memproyeksikan Rupiah akan berada di rentang Rp15.650 hingga Rp15.750 per dolar AS.
Proyeksi Rupiah Mendatang
Adapun Jokowi memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp16.100 per USD pada tahun 2025. Suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun diperkirakan mencapai 7,1 persen.
Jokowi menegaskan bahwa pemerintah akan selalu responsif terhadap perubahan dalam dinamika moneter global, sebagaimana disampaikan dalam pidatonya pada Jumat, 16 Agustus 2024.
Penetapan acuan nilai tukar rupiah sebesar Rp16.100 per dolar AS didasarkan pada analisis bahwa depresiasi Rupiah masih relatif moderat dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara berkembang lainnya seperti Brasil (12,93 persen), Turki (10,83 persen), Thailand (7,12 persen), dan Filipina (5,66 persen).
Keputusan ini juga mempertimbangkan kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, serta perbaikan dalam kinerja ekspor nasional dan perkiraan bahwa tekanan pada nilai tukar rupiah akan mereda pada semester II 2024.
Buku Nota Keuangan RAPBN Tahun Anggaran 2025 juga menyatakan bahwa rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2024 diperkirakan berada pada Rp16.100 per dolar AS.
Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada pada level USD82 per barel, dengan target lifting minyak mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari.
RAPBN 2025 disusun dengan beberapa asumsi dasar, termasuk inflasi yang dijaga pada kisaran 2,5 persen dan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sebesar 5,2 persen.
Mengingat kondisi ekonomi global yang masih cenderung stagnan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih bertumpu pada permintaan domestik. Pemerintah akan menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bantuan sosial dan subsidi. (*)