Logo
>

Rupiah Diproyeksi Anjlok Akibat Data Perdagangan RI

Ditulis oleh KabarBursa.com
Rupiah Diproyeksi Anjlok Akibat Data Perdagangan RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada perdagangan Kamis 15 Agustus 2024, dengan rupiah spot ditutup melemah sebesar 0,16 persen menjadi Rp 15.700 per dolar Amerika Serikat (AS).

    Lukman Leong, pengamat komoditas dan mata uang, menyebutkan bahwa pelemahan ini disebabkan oleh surplus data perdagangan Indonesia yang lebih rendah dari ekspektasi, dipicu oleh lonjakan impor yang cukup signifikan.

    "Dorongan tambahan yang menekan rupiah datang dari data ekonomi China yang melemah, mulai dari produksi industri, investasi, hingga tingkat pengangguran yang semuanya berada di bawah proyeksi," ujar Lukman, dikutip Jumat 16 Agustus 2024.

    Sementara itu, untuk Jumat 16 Agustus 2024, Lukman menilai pergerakan rupiah akan bergantung pada rilis data penjualan ritel dan klaim pengangguran dari AS yang dijadwalkan malam ini. Namun, ia mengingatkan bahwa setelah penguatan besar-besaran baru-baru ini yang dipicu oleh aliran dana asing, rupiah rentan terhadap aksi ambil untung (profit taking).

    Berbeda, Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, memiliki pandangan yang lebih optimistis terkait pergerakan rupiah. Menurutnya, inflasi AS yang meningkat moderat pada Juli dan penurunan inflasi tahunan di bawah 3 persen telah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga pada bulan depan.

    Dari sisi domestik, Ibrahim juga mencatat bahwa utang luar negeri pemerintah kembali mengalami kontraksi pada kuartal II 2024. Dengan posisi utang luar negeri sebesar USD 191 miliar, kontraksi pertumbuhan tahunan mencapai 0,8 persen, melanjutkan tren penurunan dari kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9 persen.

    Dengan demikian, ia memperkirakan rupiah akan bergerak secara fluktuatif, tetapi berpotensi menguat di kisaran Rp 15.630 - Rp 15.720 per dolar AS. Sementara itu, Lukman memprediksi rupiah akan berada di rentang Rp 15.650 - Rp 15.800 per dolar AS.

    Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengungkapkan data terbaru mengenai performa ekspor dan impor Indonesia untuk bulan Juli 2024, menampilkan lonjakan signifikan dalam kedua sektor tersebut.

    Nilai ekspor Indonesia pada Juli 2024 mencapai USD22,21 miliar, meningkat 6,65 persen dibandingkan bulan Juni 2024. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Juli 2023, nilai ekspor menunjukkan kenaikan 6,46 persen (year on year/yoy).

    Ekspor nonmigas mendominasi dengan nilai mencapai USD20,79 miliar, melesat 5,98 persen dari Juni 2024 dan meningkat 5,87 persen jika dibandingkan dengan Juli 2023.

    Sektor migas juga mencatatkan pertumbuhan positif dengan kenaikan 15,57 persen menjadi USD1,42 miliar pada Juli 2024, dari USD1,23 miliar pada Juni 2024, menunjukkan peningkatan tahunan yang solid.

    Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS, menjelaskan bahwa lonjakan ekspor nonmigas, terutama komoditas bijih logam, terak, dan abu yang melonjak hingga 3.900 persen, menjadi pendorong utama kenaikan ekspor pada bulan Juli 2024.

    "Secara keseluruhan, kenaikan ekspor di bulan Juli 2024 didorong oleh nonmigas bijih logam, terak, dan abu yang melonjak 3.900 persen," ungkap Amalia dalam konferensi pers pada Kamis, 15 Agustus 2024.

    Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi signifikan dengan kenaikan 4,56 persen, menyumbang 3,46 persen terhadap total ekspor.

    Dari sepuluh komoditas nonmigas dengan nilai ekspor tertinggi pada Juli 2024, sebagian besar mengalami peningkatan, dengan lonjakan terbesar pada bijih logam, terak, dan abu yang mencapai USD691,2 juta atau melonjak 3.973,44 persen.

    Pasar ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada Juli 2024 adalah Tiongkok dengan nilai ekspor USD4,82 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,15 miliar, dan Jepang sebesar USD1,78 miliar. Ketiga negara ini menyumbang 42,11 persen terhadap total ekspor Indonesia.

    Namun, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia untuk periode Januari hingga Juli 2024 mencapai USD147,30 miliar, mencatat penurunan 1,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Di sisi lain, BPS juga mencatat lonjakan signifikan pada impor bulan Juli 2024 yang mencapai USD21,74 miliar, meningkat 17,82 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD18,45 miliar. Peningkatan ini terutama didorong oleh lonjakan impor migas dan nonmigas.

    Amalia menjelaskan bahwa nilai impor migas pada Juli mencapai USD3,56 miliar, meningkat 8,78 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar USD3,27 miliar. Sementara itu, impor nonmigas mengalami kenaikan lebih tajam, mencapai USD18,18 miliar atau naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024 yang tercatat USD15,18 miliar.

    “Kenaikan nilai impor migas dipicu oleh peningkatan volume dan rata-rata harga agregat. Secara lebih spesifik, kelompok migas yang mengalami peningkatan signifikan adalah impor hasil minyak yang naik 30 persen,” kata Amalia.

    Peningkatan nilai impor nonmigas didorong oleh kenaikan volume sebesar 31,74 persen. Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 sebesar USD21,74 miliar juga meningkat 11,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD19,57 miliar. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi