KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia mengalami penurunan lebih dari 1 persen pada pardagangan Selasa, 25 November 2025. Kondisi ini terjadi setelah Ukraina menyambut dorongan diplomatik pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang dengan Rusia.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun sebesar 89 sen atau 1,4 persen menjadi USD62,48 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga menyusut 89 sen atau 1,5 persen menjadi USD57,95 per barel. Kedua harga acuan mencapai level terendah sejak 22 Oktober dalam perdagangan intraday.
Berakhirnya perang di Ukraina dinilai dapat membuka jalan bagi pencabutan sanksi Barat terhadap perdagangan energi Moskow, yang berpotensi menambah pasokan di saat harga komoditas terpukul oleh ekspektasi kelebihan pasokan tahun depan.
Kepala keamanan nasional Kyiv, Rustem Umerov mengatakan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy akan mengunjungi AS dalam beberapa hari ke depan untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Presiden AS, Donald Trump guna mengakhiri perang.
Ed Hayden-Briffett, analis minyak di Onyx Capital Group mengatakan meski demikian, Rusia menekankan pihaknya tidak akan membiarkan kesepakatan menyimpang terlalu jauh, untuk membantu menjaga kerugian minyak tetap terkendali.
"Karena posisi Rusia menimbulkan keraguan tentang apakah kesepakatan formal akan tercapai," kata dia.
Ketidakpastian tersebut dipertegas oleh rentetan serangan rudal Rusia ke ibu kota Ukraina, Kyiv, pada hari Selasa, yang mengganggu sistem listrik dan pemanas.
"Dibutuhkan dua pihak untuk berunding, dan masih belum jelas apakah Rusia juga setuju," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Analis di firma perdagangan minyak Ritterbusch and Associates memperingatkan, bagian tersulit dari negosiasi untuk mengakhiri perang masih akan datang, dengan kesenjangan besar antara pihak-pihak yang perlu diisi.
Sementara itu Analis Commerzbank Research menyebut, kesepakatan damai dapat membantu Rusia meningkatkan produksi minyak ke volume OPEC+ yang disepakati.
Sanksi terhadap perusahaan minyak besar Rusia Rosneft dan Lukoil serta aturan yang melarang penjualan produk minyak dari minyak mentah Rusia ke Eropa telah mendorong beberapa penyuling India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.
Commerzbank mencatat, hal itu akan menyebabkan penurunan ekspor minyak Rusia dan peningkatan minyak mentah dari Rusia yang disimpan dalam kapal tanker di laut, yang akan tersedia jika kesepakatan damai mengarah pada pencabutan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil.
Di sisi lain, konsensus para ahli memperkirakan bahwa pertumbuhan pasokan minyak mentah pada tahun 2026 akan melebihi peningkatan permintaan.
Deutsche Bank memperkirakan surplus setidaknya 2 juta barel per hari tahun depan dan belum ada jalan yang jelas untuk kembali ke defisit bahkan pada tahun 2027, demikian pernyataan bank tersebut dalam sebuah catatan pada hari Senin.(*)