KABARBURSA.COM – Bursa saham Eropa ditutup melemah pada Kamis, 22 Mei 2025 akibat kekhawatiran terhadap kondisi fiskal Amerika Serikat yang membuat imbal hasil obligasi tetap tinggi. Di sisi lain, data ekonomi yang menunjukkan lemahnya aktivitas bisnis di zona euro turut memperburuk suasana pasar.
Indeks pan-Eropa STOXX 600 ditutup turun 0,6 persen, mencatatkan penurunan harian terbesar sejak awal April. Indeks ini juga semakin menjauh dari level tertinggi dua bulan yang sempat disentuh awal pekan ini.
Investor global dilanda ketidakpastian akibat minimnya kemajuan kesepakatan dagang serta rencana besar pemangkasan pajak Presiden AS Donald Trump. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran soal lonjakan utang pemerintah AS, yang membuat imbal hasil obligasi melonjak.
“Ada kekhawatiran tentang defisit struktural AS yang sudah sangat besar dalam waktu lama. Ini menciptakan gambaran yang tidak pasti soal prospek pertumbuhan ekonomi dan memburuknya kondisi fiskal publik,” ujar Iain Barnes, Chief Investment Officer di Netwealth.
Imbal hasil obligasi acuan AS bertenor 10 tahun terus mendekati level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Hal ini terjadi usai Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan RUU pemangkasan pajak, yang diperkirakan akan menambah beban utang sebesar USD3,8 triliun ke dalam total utang pemerintah AS yang kini mencapai USD36,2 triliun.
Mengikuti tren tersebut, imbal hasil obligasi jangka panjang Jerman juga menyentuh level tertinggi dalam dua bulan. Kenaikan moderat pada obligasi zona euro turut menekan pasar saham regional.
Menambah tekanan, indeks awal Purchasing Managers’ Index (PMI) gabungan zona euro versi HCOB turun menjadi 49,5 pada Mei dari 50,4 di April. Sektor jasa yang dominan di kawasan tersebut menunjukkan pelemahan permintaan yang signifikan, mencerminkan dampak lanjutan dari tarif impor AS terhadap ekonomi zona euro.
Seluruh sektor di indeks STOXX 600 mencatat pelemahan. Sektor barang pribadi dan rumah tangga serta otomotif menjadi yang paling merugi.
“Pasar sebelumnya telah menguat cukup baik, dan kini sedang melakukan ‘penyesuaian realitas’. Sepertinya, untuk sementara waktu, kabar baik sudah habis,” ujar Barnes.
Saham sektor kimia relatif datar, tertolong oleh lonjakan lebih dari 30 persen saham Johnson Matthey. Perusahaan kimia asal Inggris itu menyepakati penjualan unit bisnisnya ke Honeywell International senilai GBP1,8 miliar atau sekitar USD2,4 miliar (termasuk utang). Saham Johnson Matthey mencatatkan kenaikan harian tertinggi dalam sejarah dan memuncaki daftar penguat di STOXX 600.
Sementara itu, saham Embracer, pemilik waralaba gim Tomb Raider, merosot 17 persen setelah perusahaan mengumumkan proyeksi pertumbuhan pendapatan yang minim dan stagnannya laba untuk tahun fiskal 2025/26. Embracer juga menyebutkan akan menunda setidaknya satu dari sembilan gim AAA yang direncanakan rilis dalam dua tahun ke depan.
Freenet AG, perusahaan telekomunikasi asal Jerman, anjlok 16,7 persen usai merilis kinerja kuartal pertama.
Saham Inggris Ikut Terseret Isu Fiskal AS dan Defisit Domestik
Saham-saham di London ikut tergelincir seiring pelemahan bursa global. Kekhawatiran atas outlook fiskal AS dan defisit anggaran Inggris yang melebihi ekspektasi membuat investor menjauhi aset berisiko.
Indeks utama FTSE 100 turun 0,5 persen, sementara indeks midcap FTSE 250 yang lebih sensitif terhadap pasar domestik turun 0,7 persen.
Pada hari yang sama, DPR AS yang dikuasai Partai Republik mengesahkan RUU besar terkait kebijakan pajak dan belanja publik dengan selisih suara tipis. Jika disahkan menjadi undang-undang, kebijakan itu akan menambah utang AS sekitar USD3,8 triliun dalam sepuluh tahun mendatang.
Di dalam negeri, data pemerintah Inggris menunjukkan angka pinjaman yang lebih besar dari perkiraan pada April, menandakan tekanan yang berlanjut pada keuangan publik. Obligasi pemerintah Inggris juga underperform di awal perdagangan, mencerminkan ketidaknyamanan investor terhadap beban fiskal yang semakin berat.
Imbal hasil obligasi jangka panjang AS tetap berada di dekat level tertingginya dalam beberapa bulan terakhir, semakin memperkuat kekhawatiran pasar terhadap outlook fiskal global.
Sektor energi turun 1,5 persen, mengikuti penurunan harga minyak dunia yang melemah lebih dari 1 persen. Saham-saham besar seperti Shell dan BP masing-masing turun 1,5 persen dan menjadi penekan utama FTSE 100.
Saham maskapai berbiaya rendah easyJet turun 2,6 persen usai melaporkan kinerja semester I. Di segmen properti, British Land anjlok 5,4 persen dan masuk daftar top losers indeks midcap karena prospek laba yang mengecewakan.
Sebaliknya, Johnson Matthey melonjak 30,7 persen setelah mengumumkan penjualan unit teknologi katalis ke Honeywell. Saham perusahaan pertahanan QinetiQ juga menguat 6,8 persen usai mendapat kontrak tambahan lima tahun senilai GBP1,5 miliar dari pemerintah Inggris.
Dari sisi indikator ekonomi, PMI Komposit Inggris versi S&P Global naik ke 49,4 pada Mei dari 48,5 pada April, sejalan dengan ekspektasi konsensus ekonom yang disurvei oleh Reuters. Meskipun masih di bawah level 50 (batas antara ekspansi dan kontraksi), ini menunjukkan sedikit perbaikan di sektor swasta Inggris. (*)