Logo
>

Saham Global Melemah usai Deal Dagang AS-Uni Eropa

Kesepakatan tarif 15 persen antara AS dan Uni Eropa tekan euro dan pasar global, sementara investor cermati arah suku bunga The Fed dan laporan emiten besar.

Ditulis oleh Syahrianto
Saham Global Melemah usai Deal Dagang AS-Uni Eropa
Ilustrasi: Sebuah layar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menampilkan saham dunia. (Foto: Dok. KabarBursa)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indeks saham global melemah dan euro tergelincir pada perdagangan Senin, 28 Juli 2025, menyusul kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa yang membuat pelaku pasar mengambil sikap hati-hati. 

    Di saat yang sama, imbal hasil obligasi AS naik dan investor menantikan rangkaian agenda penting dalam sepekan ke depan, termasuk pertemuan The Fed.

    Kesepakatan tersebut akan mengenakan tarif impor sebesar 15 persen terhadap sebagian besar produk dari Eropa, sementara Uni Eropa dijadwalkan menggelontorkan investasi senilai USD600 miliar ke AS dan membuka sejumlah sektor strategisnya untuk pelaku usaha Amerika. 

    Meski menghindari potensi konflik dagang besar, sejumlah negara anggota Uni Eropa menilai isi kesepakatan itu berat sebelah menguntungkan Washington.

    "Tekanan paling besar terasa di euro karena jika dilihat secara keseluruhan, Eropa telah banyak mengalah. Sementara AS hampir tidak memberikan konsesi apa pun," kata Jack Janasiewicz, Manajer Portofolio di Natixis Investment Managers Solutions. 

    Ia menambahkan, sentimen investor terhadap saham melemah setelah mencermati rincian kesepakatan, terutama terkait pembelanjaan Eropa di sektor pertahanan dan energi AS.

    Indeks MSCI untuk saham global turun 0,30 persen menjadi 938,48, setelah sebelumnya mencatat lima kali rekor penutupan dalam enam sesi perdagangan. 

    Di Wall Street, indeks S&P 500 berhasil mencetak rekor penutupan keenam berturut-turut, naik tipis 1,13 poin ke 6.389,77. Nasdaq juga ditutup rekor dengan kenaikan 70,27 poin ke 21.178,58. Namun, Dow Jones justru melemah 64,36 poin ke 44.837,56, masih di bawah rekor Desember lalu.

    Sementara itu, indeks STOXX 600 Eropa ditutup turun 0,22 persen dan FTSEurofirst 300 melemah 0,15 persen. Phil Orlando, Kepala Strategi Pasar di Federated Hermes, menyebut kepastian tarif 15 persen cukup melegakan, jauh lebih rendah dari angka ekstrem yang sempat dibahas pada April lalu.

    "Setidaknya kita punya kepastian ke depan, dan tarifnya pun masuk akal," ujarnya. Orlando menyarankan investor bersabar karena S&P 500 telah naik sekitar 32 persen sejak posisi terendah April. 

    Pekan ini, pasar akan mencermati laporan inflasi, data tenaga kerja AS, dan rapat kebijakan Federal Reserve, serta kinerja raksasa teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Amazon.

    Kesepakatan AS-Uni Eropa ini menyusul perjanjian dagang AS dengan Jepang, Indonesia, dan Filipina pekan lalu. Beberapa negara lain masih berusaha mengejar batas waktu negosiasi sebelum tenggat 1 Agustus yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump. 

    Di sisi lain, pejabat ekonomi tinggi AS dan China menggelar pertemuan selama lebih dari lima jam di Stockholm, guna memperpanjang masa damai dagang selama tiga bulan ke depan.

    Di pasar mata uang, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia usai kesepakatan akhir pekan lalu. Euro anjlok 1,27 persen ke posisi USD1,1591. Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,62 persen ke 148,57. Indeks dolar AS naik 1,07 persen menjadi 98,65, menandai penguatan signifikan terhadap enam mata uang utama dunia.

    Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik. Yield obligasi tenor 10 tahun naik 2,8 basis poin ke level 4,414 persen, sedangkan yield obligasi 30 tahun naik 3,3 basis poin ke 4,9616 persen. Yield obligasi 2 tahun yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga naik 1,1 basis poin menjadi 3,928 persen. 

    Pasar memperkirakan The Fed tidak akan mengubah suku bunga dalam rapat minggu ini, sembari menilai dampak tarif terhadap inflasi.

    Di pasar energi, harga minyak naik lebih dari 2 persen setelah kesepakatan dagang dan pernyataan Trump soal tekanan tambahan terhadap Rusia terkait perang di Ukraina. 

    Minyak mentah AS (WTI) ditutup menguat 2,38 persen atau USD1,55 ke USD66,71 per barel. Minyak Brent naik 2,34 persen atau USD1,60 ke level USD70,04 per barel.

    Sementara itu, harga emas turun ke level terendah dalam tiga pekan. Sentimen risiko yang membaik dan penguatan dolar membuat investor mengurangi kepemilikan di aset lindung nilai. 

    Harga emas spot turun 0,56 persen menjadi USD3.317,31 per ons, sementara emas berjangka AS turun 0,74 persen ke USD3.309,20 per ons. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.