Logo
>

Saham LQ45 dan Blue-Chip, Investasi Aman untuk Pemula

Panduan lengkap investasi saham blue-chip dan indeks LQ45 untuk pemula. Mulai dari definisi, daftar terbaru, strategi beli, hingga simulasi portofolio yang cocok untuk jangka panjang.

Ditulis oleh Dian Finka
Saham LQ45 dan Blue-Chip, Investasi Aman untuk Pemula
Investasi saham aman untuk pemula. Kenali blue-chip & LQ45. Simak daftar terbaru, strategi beli, dividen, dan tips membangun portofolio stabil di pasar modal. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – Investasi saham seringkali jadi pilihan menarik bagi pemula yang ingin mulai membangun portofolio keuangan. Tapi muncul satu pertanyaan klasik, saham apa yang paling aman dan terbaik untuk investor pemula?

Jawabannya, menurut pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono, adalah saham blue-chip dan saham dalam indeks LQ45 yang dikenal stabil, likuid, dan minim risiko. Pilihan ini dinilai cocok untuk pemula yang mengincar investasi saham yang aman dan terpercaya di tengah dinamika pasar yang fluktuatif.

Menurut Wahyu, memilih saham blue-chip dan LQ45 adalah langkah paling bijak bagi investor pemula yang masih belajar memahami pasar. Dalam kondisi pasar yang tidak menentu, pemula disarankan fokus pada saham yang sudah terbukti kokoh secara fundamental dan punya rekam jejak yang panjang.

“Pasar saham itu dinamis. Apa yang aman hari ini bisa berubah besok. Tapi untuk pemula, fondasi terbaik tetap ada pada saham-saham perusahaan besar dan mapan,” ujar Wahyu kepada KabarBursa.com di Jakarta, Sabtu, 10 Mei 2025.

Mengapa blue-chip dan LQ45? Karena keduanya menawarkan kombinasi antara stabilitas, likuiditas tinggi, dan diversifikasi yang sehat. Saham blue-chip dikenal sebagai saham dari perusahaan-perusahaan besar yang punya reputasi kuat dan kinerja keuangan yang konsisten.

Misalnya, beberapa nama yang sudah sangat familiar di kalangan investor Indonesia adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Wahyu menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sudah teruji dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi, baik lokal maupun global. “Ini adalah saham dari perusahaan besar, berpengalaman, dan punya pangsa pasar dominan. Seperti BUMN besar atau perusahaan swasta yang jadi market leader,” katanya.

Keunggulan saham blue-chip bukan hanya dari sisi stabilitas harga. Banyak di antara perusahaan ini yang rutin membagikan dividen, memberikan potensi pendapatan tambahan yang stabil bagi investor pemula. Meskipun kenaikan harga sahamnya tidak selalu spektakuler dalam jangka pendek, potensi jangka panjangnya dinilai lebih aman.

“Untuk pemula, lebih baik memilih saham dengan stabilitas. Meskipun imbal hasilnya mungkin tidak spektakuler dalam jangka pendek, saham blue-chip memberikan rasa aman yang lebih besar,” kata Wahyu.

Sementara itu, indeks LQ45 menjadi pilihan lain yang tak kalah menarik. Indeks ini memuat 45 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bagi pemula, memilih saham dari indeks ini berarti secara otomatis sudah mendapatkan diversifikasi yang baik—prinsip penting dalam mengelola risiko investasi.

“Indeks ini berisi 45 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar di BEI. Diversifikasi secara otomatis sudah terjadi jika investor memegang sebagian besar dari saham dalam indeks ini,” jelas Wahyu.

Diversifikasi adalah strategi kunci untuk mengurangi risiko. Dengan berinvestasi di berbagai sektor industri lewat LQ45, risiko kerugian dari satu saham bisa tertutup oleh keuntungan di saham lain yang berkinerja lebih baik. Oleh karena itu, Wahyu menyebut indeks LQ45 sebagai solusi praktis untuk pemula yang ingin memulai investasi dengan portofolio yang seimbang.

Ia menambahkan, sebagian besar saham dalam indeks LQ45 berasal dari perusahaan yang tidak hanya kuat secara fundamental, tetapi juga memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang. Hal ini membuat indeks tersebut menjadi rujukan utama bagi banyak investor yang ingin memulai perjalanan investasi mereka dengan langkah yang lebih aman.

Apa Itu Saham Blue-Chip dan Karakteristiknya

Blue-chip adalah saham perusahaan besar, mapan, dan memiliki reputasi baik. Secara global, saham blue-chip sering diwakili oleh komponen Dow Jones atau S&P 500 di AS . Di Indonesia, saham blue-chip umumnya adalah emiten dengan kapitalisasi pasar sangat besar dan kinerja keuangan solid, misalnya BBCA (Bank Central Asia), TLKM (Telkom Indonesia), UNVR (Unilever Indonesia), BBRI (Bank Rakyat Indonesia), BMRI (Bank Mandiri), dsb. Karakteristik utamanya meliputi fundamental kuat (labar bersih konsisten), likuiditas tinggi, dan harga saham relatif stabil (naik pelan-pelan).

Perusahaan blue-chip biasanya memiliki merek terkenal, berdiri lama, sehat secara finansial, dan rajin membagikan dividen tahunan. Sebagai contoh, banyak saham blue-chip masuk indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham unggulan berkapitalisasi besar.

  • Fundamental Kuat: Laba bersih stabil, neraca sehat.
  • Likuiditas Tinggi: Mudah diperjualbelikan, dapat dibeli/ditutup posisi kapan saja.
  • Kapitalisasi Besar: Termasuk emiten terbesar di BEI.
  • Dividen Rutin: Biasanya membayar dividen lebih teratur dibanding saham kecil.


Penjelasan Lengkap Indeks LQ45


Indeks LQ45 adalah salah satu acuan saham utama di BEI, mencakup 45 emiten dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar terbesar. Indeks ini dirancang untuk menggambarkan kinerja saham-saham paling aktif diperdagangkan. LQ45 pertama kali diluncurkan 1 Februari 1997 (base date 13 Juli 1994, nilai dasar 100) dengan metodologi capped free-float weighted, di mana bobot saham disesuaikan dengan jumlah saham beredar (free float) dan batas maksimal bobot 15 persen per emiten.

Pemilihan konstituen LQ45 bersifat kuantitatif dan kualitatif, yakni emiten harus masuk dalam 60 besar kapitalisasi pasar dan 60 besar nilai transaksi di BEI selama 12 bulan terakhir, telah tercatat minimal 3 bulan, serta memiliki kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan yang baik. Evaluasi indeks dilakukan berkala (sebelumnya setiap 6 bulan, kini BEI menambah menjadi evaluasi triwulan tiap Jan, Apr, Jul, Okt) agar LQ45 selalu mencerminkan kondisi pasar terkini.

Indeks LQ45 berbeda dengan indeks lainnya. IDX30, misalnya, hanya memuat 30 saham paling likuid di antara LQ45, dengan kriteria yang lebih ketat. Sementara itu, MSCI Indonesia Index yang dikelola lembaga internasional mencakup saham-saham large-mid cap untuk mewakili 85 persen pasar saham Indonesia.

Anggota LQ45 Terbaru

Indeks LQ45 periode ini mencakup 45 emiten besar, antara lain:

  1. ACES (Aspirasi Hidup Indonesia)
  2. ADMR (Adaro Minerals Indonesia)
  3. ADRO (Alamtri Resources/Adaro)
  4. AKRA (AKR Corporindo)
  5. AMMN (Amman Mineral)
  6. AMRT (Sumber Alfaria Trijaya)
  7. ANTM (Aneka Tambang)
  8. ARTO (Bank Jago)
  9. ASII (Astra International)
  10. BBCA (Bank Central Asia)
  11. BBNI (Bank Negara Indonesia)
  12. BBRI (Bank Rakyat Indonesia)
  13. BBTN (Bank Tabungan Negara)
  14. BMRI (Bank Mandiri)
  15. BRIS (Bank Syariah Indonesia)
  16. BRPT (Barito Pacific)
  17. CPIN (Charoen Pokphand Indonesia)
  18. CTRA (Ciputra Development)
  19. ESSA (ESSA Industries)
  20. EXCL (XL Axiata)
  21. GOTO (GoTo)
  22. ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur)
  23. INCO (Vale Indonesia)
  24. INDF (Indofood Sukses Makmur)
  25. INKP (Indah Kiat Pulp & Paper)
  26. ISAT (Indosat)
  27. ITMG (Indo Tambangraya Megah)
  28. JPFA (Japfa Comfeed)
  29. JSMR (Jasa Marga)
  30. KLBF (Kalbe Farma)
  31. MAPA (MAP Aktif Adiperkasa)
  32. MAPI (Mitra Adiperkasa)
  33. MBMA (Merdeka Battery)
  34. MDKA (Merdeka Copper Gold)
  35. MEDC (Medco Energi)
  36. PGAS (Perusahaan Gas Negara)
  37. PGEO (Pertamina Geothermal)
  38. PTBA (Bukit Asam)
  39. SIDO (Sido Muncul)
  40. SMGR (Semen Indonesia)
  41. SMRA (Summarecon Agung)
  42. TLKM (Telkom Indonesia)
  43. TOWR (Sarana Menara Nusantara)
  44. UNTR (United Tractors)
  45. UNVR (Unilever Indonesia).

Daftar ini dapat berubah tiap evaluasi.

Keuntungan dan Risiko Investasi Saham Blue-Chip dan LQ45

1. Keuntungan

Saham blue-chip/LQ45 menawarkan stabilitas dan potensi dividen reguler. Likuiditas tinggi memungkinkan jual-beli mudah. Secara historis, blue-chip cenderung lebih tahan banting saat volatilitas pasar dibanding saham kecil (profil defensif untuk investasi jangka panjang).

Investor mendapat capital gain moderat sekaligus dividen yang mendukung imbal hasil. Contohnya, banyak saham LQ45 (perbankan, telekomunikasi, konsumer) rutin membayar dividen tahunan dengan yield 2–6 persen.

2. Risiko

Potensi pertumbuhan harga blue-chip relatif terbatas dibanding saham lapisan kedua atau IPO. Walaupun fundamental kuat, blue-chip tetap bisa jatuh saat krisis besar. Misalnya, saat pandemi Covid-19 IHSG dan indeks IDX30/LQ45 pernah turun signifikan (lebih dari 20 persen) meski emiten blue-chip sebelumnya sehat.

Risiko pasar (siklus ekonomi, gejolak global) tidak bisa dihindari. Selain itu, harga saham blue-chip cenderung sudah tinggi (membutuhkan modal lebih untuk setiap lot) , sehingga investor dengan dana kecil perlu merencanakan alokasi dengan hati-hati.

Cara Membeli Saham Blue-Chip dan LQ45 untuk Pemula

Investor pemula dapat mengikuti langkah sederhana berikut:

  1. Buka Rekening Efek: Pilih perusahaan sekuritas resmi (terdaftar OJK). Isi formulir pembukaan rekening secara online dan lengkapi proses KYC (data diri dan verifikasi).
  2. Pilih Aplikasi Sekuritas: Gunakan aplikasi trading yang ramah pemula dan gratis biaya administrasi, misalnya Stockbit (MOST App), Ajaib, Bibit (sudah melayani saham), IPOT (Indo Premier), RTI Business, atau aplikasi bank sekuritas seperti BNI Sekuritas. Pastikan memilih broker terpercaya dengan antarmuka mudah.
  3. Deposit Dana: Transfer dana ke rekening dana nasabah (RDN) di sekuritas. Jumlah minimal sesuai kebijakan tiap broker (banyak sekuritas memungkinkan deposit mulai Rp100–200 ribu).
  4. Cari Saham Blue-Chip: Dalam aplikasi, ketik kode saham (misal BBCA, TLKM, UNVR). Pilih saham dengan kriteria fundamental: misalnya PER rendah (mengindikasikan valuasi wajar), Dividend Yield menarik (tinggi relatif ke sejarahnya), ROE/ROA tinggi, pertumbuhan laba stabil, dsb. Periksa juga berita terbaru dan sektor usaha.
  5. Beli Saham (Order Buy): Tentukan jumlah lot (1 lot = 100 lembar) dan metode order (market atau limit). Eksekusi order saat sesi perdagangan. Pantau transaksi lewat aplikasi.

Tips tambahan: mulailah dari modal kecil, batasi risiko dengan tidak semua danamu diletakkan di satu saham. Manfaatkan fitur stop-loss jika tersedia. Pahami also biaya transaksi dan pajak dividen dari sekuritasmu.

Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) di Saham Blue-Chip

Dollar Cost Averaging atau DCA adalah strategi beli saham secara berkala dengan jumlah uang tetap, misalnya Rp500.000 per bulan di saham blue-chip. Strategi ini cocok untuk pemula karena mengurangi risiko timing, yakni saat harga naik, jumlah saham yang dibeli berkurang. Saat harga turun, jumlah saham yang dibeli meningkat.

Dengan DCA, investor terkumpul saham dalam jumlah banyak dengan harga rata-rata yang wajar. Misalnya, jika setiap bulan Anda membeli saham TLKM senilai Rp500.000 selama 5 tahun, total investasi Rp30 juta. Ketika harga TLKM fluktuatif, strategi ini akan menyamakan cost basis pembelian. Hasil akhirnya tergantung kinerja harga rata-rata TLKM, namun secara historis blue-chip seperti TLKM cenderung naik perlahan dalam jangka panjang. Kelebihan DCA adalah disiplin investasi dan efek compounding, sehingga pemula tidak perlu menebak waktu terbaik masuk pasar.

Dividen Saham Blue-Chip

Dividen adalah bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, berupa uang tunai atau saham tambahan. Dengan kata lain, dividen merupakan imbal hasil bagi investor di samping potensi capital gain. Banyak perusahaan blue-chip membagikan dividen rutin setiap tahun, sehingga saham-saham LQ45 banyak dimasukkan pula ke dalam indeks khusus dividen tinggi.

Dividend yield mengukur seberapa besar dividen relatif terhadap harga saham (yield = dividen per lembar dibagi harga saham). Contohnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membagikan dividen sehingga yield-nya sekitar 15,7 persen tahun 2024.

Emiten lain yang sering mencatatkan yield tinggi adalah sektor energi dan tambang, misalnya ADRO 14,7 persen, ITMG 14,1 persen, serta perusahaan besar seperti ASII 11,4 persen, UNTR 9,9 persen.

Untuk memperoleh dividen, catat tanggal penting dividen: cum-date (batas akhir pembelian) dan ex-date. Jika Anda memiliki saham sampai H-1 ex-date, Anda berhak menerima dividen tersebut.

Mengenai strateginya, investor jangka panjang bisa membeli saham blue-chip sebelum cum-date dan menahan hingga ex-date untuk mendapat dividen, kemudian menilai apakah akan menjual atau tetap tahan. Perlu diingat, harga saham umumnya turun saat ex-date karena pasar menyesuaikan pembayaran dividen.

Misalnya, harga PTBA turun sekitar 12,3 persen sehari setelah ex-date (dari Rp2.930 menjadi Rp2.570). Oleh sebab itu, timing investasi dividen harus diperhatikan. Investor jangka pendek bisa memanfaatkan kenaikan menjelang cum-date, sedangkan jangka panjang tahan hingga ex-date untuk menerima dividen. Cek jadwal resmi dividen terbaru di situs BEI untuk rencana investasi Anda.

FAQ Populer

Apakah saham blue-chip selalu untung?

Tidak selalu. Saham blue-chip cenderung lebih stabil, tapi tetap bisa mengalami penurunan harga bila kondisi pasar memburuk. Fundamental yang baik tidak menjamin keuntungan instan. Investor harus siap menghadapi fluktuasi pasar.

Apakah LQ45 pasti bagus?

LQ45 mengumpulkan saham unggulan, namun bukan jaminan selalu naik. Indeks ini mencerminkan 45 saham besar sehingga umumnya lebih aman daripada rata-rata IHSG, tapi hasilnya tetap bergantung pada kondisi ekonomi secara keseluruhan.

Berapa modal minimal untuk beli saham LQ45?

Modal minimal satu lot (100 lembar). Karena harga terendah saham LQ45 (misal SIDO atau EXCL sekitar Rp500–1.000), modal satu lot LQ45 saat ini mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Misalnya, TLKM (sekitar Rp5.600 per lembar) memerlukan kurang lebih Rp560.000 untuk 1 lot.

Apa beda saham blue-chip dan indeks LQ45?

Saham blue-chip adalah kategori perusahaan besar dan mapan. Indeks LQ45 adalah daftar 45 saham aktif berkapitalisasi besar tersebut. Artinya, sebagian besar emiten blue-chip Indonesia masuk dalam LQ45, namun tidak semua saham LQ45 selalu disebut blue-chip oleh investor (tapi hampir semuanya perusahaan utama).

Contoh Portofolio Saham Pemula

Sebagai contoh ilustrasi, anggap modal Rp100 juta. Alokasikan 70 persen (Rp70 juta) ke saham-saham blue-chip utama dan 30 persen (Rp30 juta) ke saham LQ45 lainnya. Misalnya:

  • 70 persen saham Blue-Chip: BBCA, BBRI, TLKM, UNVR, ASII (masing-masing 14 persen dari total portofolio, atau Rp14 juta per saham).
  • 30 persen lainnya: Contoh UNTR, ADRO, SMGR, BDMN, KLBF (masing-masing 6 persen-10 persen, total 30 persen).


Alokasi ini bersifat defensif – mayoritas di saham besar – sehingga risikonya moderat. Berdasarkan pengamatan analisis pasar, portofolio blue-chip seperti di atas bisa memberikan potensi imbal hasil sekitar 8–10 persen per tahun, termasuk dividen. Namun perlu dicatat bahwa hasil historis tidak menjamin masa depan. Kinerja bisa berbeda setiap tahun.

Yang penting, diversifikasi (penyebaran sektor) membantu menyeimbangkan risiko.
Dengan pendekatan jangka panjang (tahun-ke-dekade), kombinasi blue-chip dan saham LQ45 lain ini memberikan stabilitas relatif sekaligus kesempatan pertumbuhan. Misalnya, rata-rata dividend yield gabungan dari portofolio di atas sekitar 4–5 persen per tahun, ditambah capital gain moderat di kisaran 5–6 persen.

Ini kira-kira menjadikan total imbal hasil mendekati angka 10 persen per tahun, sesuai perkiraan riset pasar. Tentu saja profil risiko portofolio ini rendah–sedang. Fluktuasi harga lebih lembut daripada portofolio agresif, namun tetap ada risiko turunnya IHSG/global crash yang perlu diwaspadai.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.