KABARBURSA.COM - Memulai investasi tidak lagi harus menunggu punya modal besar. Banyak saham murah berkualitas yang bisa dimiliki dengan harga murah. Saham modal kecil di bawah Rp1 juta yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan peluang kepada investor pemula yang ingin membangun portofolio investasi sejak dini.
Sebelum membahas saham murah berkualitas dengan modal di bawah Rp1 juta, ada baiknya melihat beberapa mispersepsi di antara investor pemula yang takut berlebihan bermain saham. Mispersepsi ini membuat investor pemula enggan membeli saham.
Investor pemula umumnya takut kehilangan uang karena nilai saham bisa naik turun atau fluktuatif. Bagi pemula, pergerakan ini sering kali menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Terlebih jika modal yang digunakan adalah hasil dari menabung dengan susah payah.
Kekhawatiran mengalami kerugian bisa membuat mereka menunda atau bahkan menghindari investasi saham sama sekali. Padahal, sebenarnya tidak ada investasi yang bebas dari risiko. Sebenarnya ketakutan ini wajar karena investor pemula umumnya kurang memiliki pengetahuan tentang saham, terutama bagaimana mekanisme pasar bekerja, bagaimana memilih saham yang baik, atau bagaimana membaca laporan keuangan perusahaan.
Akibatnya, saham sering dipersepsikan sebagai ajang spekulasi, mirip perjudian, alih-alih instrumen investasi berbasis analisis. Kurangnya literasi keuangan ini membuat banyak orang merasa tidak siap untuk masuk ke pasar saham. Selain itu, investor pemula juga kerap takut salah pilih saham.
Ratusan saham yang tersedia di BEI kerap membingungkan pemula. Mereka khawatir salah pilih saham dan kemudian harganya jatuh. Terlebih lagi banyak investor yang merugi karena salah pilih saham kian memperbesar rasa takut ini.
Tingginya volatilitas saham yang dinamis kian membuat investor pemula takut untuk membeli saham. Pergerakan harga yang cepat naik-turun inilah yang membuat pemula merasa tidak nyaman. Mereka cenderung menganggap pasar tidak stabil dan mudah panik saat melihat portofolio mereka minus.
Selain itu, mispersepsi lainnya dari investor pemula adalah investasi butuh modal besar. Padahal, mereka tidak mengetahui jika saat ini dengan modal ratusan ribu rupiah pun, seseorang sudah bisa membeli saham berkualitas. Sistem pembelian minimal 1 lot (100 lembar saham) dengan harga saham yang bervariasi membuat investasi kini jauh lebih terjangkau.
Manfaat Membeli Saham Murah Berkualitas
Saham murah berkualitas memungkinkan lebih banyak orang mulai berinvestasi tanpa harus mengumpulkan modal besar terlebih dahulu. Dengan harga per lot di bawah Rp1 juta, investor pemula dapat membeli saham sambil tetap menjaga keseimbangan kebutuhan keuangan lainnya, seperti tabungan darurat atau cicilan. Ini juga memberikan kesempatan untuk belajar langsung dari pengalaman berinvestasi tanpa tekanan finansial berlebihan.
Memilih saham-saham terjangkau memungkinkan investor mendiversifikasi portofolio lebih cepat. Alih-alih menghabiskan seluruh modal pada satu saham mahal, investor dapat menyebar investasinya ke beberapa sektor berbeda, mengurangi risiko kerugian besar jika satu sektor mengalami tekanan.
Membeli saham yang terjangkau namun berkualitas, pemula dapat mulai membangun kebiasaan investasi disiplin sejak awal. Investasi menjadi bagian dari rutinitas, bukan aktivitas spekulatif. Ini membangun mindset bahwa investasi saham adalah perjalanan jangka panjang, bukan ajang untuk mencari keuntungan instan.
Selain itu, keuntungan membeli saham murah dengan fundamental kuat yang prospeknya teruji dapat membuat investor pemula dapat lebih tenang menghadapi naik-turunnya harga jangka pendek, karena yakin terhadap nilai bisnis jangka panjang perusahaan.
Kemudian yang tidak kalah penting, statistik menunjukkan bahwa investor yang berfokus pada saham berkualitas dan mempertahankannya dalam jangka panjang cenderung mendapatkan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang sering berpindah-pindah saham mengejar keuntungan cepat. Oleh karena itu, pemilihan saham terjangkau yang prospektif menjadi fondasi penting untuk membangun portofolio yang tahan terhadap gejolak pasar.
Ingat! Murah Tidak Selalu Bagus
Banyak pemula tergoda untuk membeli saham hanya karena harganya murah. Padahal, dalam dunia investasi, harga murah tidak selalu berarti murah secara nilai, dan tidak semua saham murah layak dibeli. Oleh karena itu, meskipun saham yang ingin dibeli terlihat terjangkau, riset mendalam dan manajemen risiko tetap sangat penting.
Saham yang memiliki harga rendah, misalnya di bawah Rp1.000 per lembar, belum tentu mencerminkan bahwa saham tersebut sedang “diskon” atau berpotensi naik. Bisa saja harga rendah itu disebabkan oleh fundamental perusahaan yang buruk, seperti kerugian berulang, utang membengkak, masalah hukum, atau prospek bisnis yang menurun. Tanpa riset, investor berisiko membeli saham yang murah karena memang sedang bermasalah, bukan karena undervalued.
Sebelum membeli saham, perlu dilakukan riset terhadap kondisi keuangan perusahaan. Selama ini ada beberapa indikator yang kerap dipakai ketika membeli saham adalah menggunakan metode Lo Kheng Hong dan Warren Buffett. Indikator yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Price to Book Value (PVB)
Lo Kheng Hong dikenal suka mencari saham dengan PBV di bawah 1. Artinya, harga saham tersebut lebih murah dibandingkan nilai buku perusahaan, sehingga jika seluruh aset perusahaan dijual, seharusnya nilainya lebih tinggi daripada harga saham di pasar.
Sementara itu, Warren Buffett juga memperhatikan nilai buku, tetapi fokus utamanya lebih kepada intrinsic value atau nilai wajar perusahaan, bukan sekadar harga pasar.
2. Price to Earnings Ratio (PER)
Selain PBV, keduanya juga memperhatikan PER yang rendah. Saham dengan PER rendah menunjukkan harga saham relatif murah dibandingkan laba bersihnya.
Namun, baik Buffett maupun Lo Kheng Hong sama-sama menekankan pentingnya kesehatan fundamental perusahaan. PER rendah harus dibarengi dengan kinerja laba yang stabil atau bertumbuh, karena jika laba perusahaan terus menurun, PER rendah tidak akan berarti apa-apa.
3. Fundamental yang Kuat
Fundamental perusahaan yang kuat adalah pertimbangan dalam memilih saham. Mereka mencari perusahaan dengan laba bersih yang positif dan terus tumbuh dari tahun ke tahun, utang yang terkendali terutama untuk utang jangka panjang, serta arus kas operasional yang positif.
Ini menunjukkan bahwa bisnis menghasilkan uang dari operasional inti, bukan semata-mata dari pinjaman atau penjualan aset.
4. Bisnis yang Mudah Dipahami
Dalam memilih investasi, Buffett terkenal dengan prinsip “invest in what you understand.” Ia menghindari berinvestasi di bisnis yang rumit atau tidak dipahami model keuntungannya.
Demikian juga Lo Kheng Hong, yang lebih memilih perusahaan dengan bisnis sederhana seperti properti, ritel, perbankan, atau komoditas.
5. Manajemen yang Baik
Manajemen perusahaan juga menjadi perhatian utama bagi investor pemula. Baik Buffett maupun Lo Kheng Hong menilai pentingnya integritas dan kompetensi manajemen. Mereka lebih memilih perusahaan yang dipimpin oleh orang-orang jujur dan mampu menjalankan bisnis secara efektif.
6. Margin of Safety
Prinsip margin of safety juga selalu menjadi pegangan. Buffett menekankan pentingnya membeli saham dengan harga jauh di bawah nilai wajarnya, sehingga ada ruang aman jika perkiraan meleset. Lo Kheng Hong pun menerapkan prinsip serupa, dengan fokus mencari "bargain" yaitu saham bagus yang dijual dengan harga sangat murah.
7. Punya Prospek Bagus
Terakhir, prospek jangka panjang adalah pertimbangan yang tak kalah penting. Buffett menyukai perusahaan yang dapat bertahan bahkan dalam kondisi krisis, seperti Coca-Cola atau American Express.
Sedangkan Lo Kheng Hong mencari sektor-sektor prospektif seperti properti, perbankan, dan energi untuk mendukung pertumbuhan investasi dalam jangka panjang.
Berikut Rekomendasi Saham dengan Harga di Bawah Rp1 Juta
1. Indofood CBP Sukses Makmur dengan kode saham ICBP
Saham ICBP (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) dianggap cocok untuk investor pemula karena memiliki karakteristik yang sejalan dengan prinsip investasi dari dua investor legendaris: Lo Kheng Hong dan Warren Buffett.
Pertama, ICBP bergerak di sektor produk konsumen sehari-hari (consumer staples). Menurut Buffett, bisnis terbaik untuk investasi adalah yang menyediakan barang yang selalu dibutuhkan masyarakat, tanpa terpengaruh kondisi ekonomi.
ICBP memproduksi produk seperti Indomie, susu, dan makanan ringan—barang-barang yang tetap dibeli orang baik saat ekonomi naik maupun turun. Ini sesuai dengan prinsip Buffett untuk investasi di bisnis yang bahkan bisa dijalankan oleh orang bodoh, karena suatu saat mungkin akan terjadi. Sementara ICBP adalah bisnis yang sederhana, stabil, dan sulit tergantikan.
Kedua, dari sisi fundamental keuangan, Lo Kheng Hong menekankan pentingnya memilih saham yang memiliki PER (Price to Earnings Ratio) rendah namun berkualitas, ROE (Return on Equity) tinggi, dan utang yang minim. ICBP memenuhi semua kriteria ini. PER TTM-nya sekitar 18,12—relatif moderat untuk perusahaan konsumen besar.
ROE ICBP mencapai 15,66 persen, menandakan efisiensi tinggi dalam menghasilkan laba dari modal sendiri. Sementara itu, Debt to Equity Ratio hanya 1,00, mencerminkan struktur permodalan yang sehat dan tidak bergantung berlebihan pada utang. Secara keseluruhan, ICBP tergolong perusahaan kuat dan aman bagi pemula.
Ketiga, ICBP menunjukkan cash flow konsisten dan dividen yang teratur, dua hal yang sangat dihargai Buffett. ICBP memiliki Free Cash Flow TTM sebesar Rp10,293 miliar, serta membagikan dividen stabil dengan payout ratio sekitar 32,95 persen dan dividend yield sekitar 1,82 persen.
Hal ini memberi keuntungan bagi investor berupa arus kas pasif, bahkan ketika harga saham sedang fluktuatif. Stabilitas arus kas dan dividen menjadikan ICBP pilihan ideal untuk membangun passive income.
Keempat, ICBP memiliki model bisnis dengan “moat” yang kuat dan skala besar. Dalam pandangan Buffett, perusahaan ideal adalah yang memiliki moat, atau keunggulan kompetitif yang sulit disaingi.
ICBP menguasai lebih dari 70 persen pasar mi instan di Indonesia dan memiliki jaringan distribusi makanan serta minuman yang sangat luas. Ini menjadikannya sangat sulit dikalahkan oleh pesaing baru, sekaligus menambah daya tahan saat kondisi pasar tidak stabil.
Kelima, dari sisi valuasi, ICBP tergolong masuk akal untuk investasi jangka panjang. Lo Kheng Hong dikenal sebagai investor yang selalu mencari saham undervalued dengan potensi pertumbuhan. Saat ini, valuasi ICBP relatif rendah dibandingkan banyak sektor lain, terutama jika melihat prospek konsumsi domestik Indonesia di masa mendatang. Earnings yield ICBP sekitar 5,52 persen, bahkan lebih tinggi dari banyak obligasi pemerintah. Sementara Price to Book Value berada di kisaran 2,84, yang masih tergolong wajar untuk perusahaan consumer staples.
Dengan kombinasi karakter bisnis yang solid, fundamental kuat, cash flow stabil, keunggulan kompetitif, serta valuasi yang masih menarik, saham ICBP menjadi pilihan investasi jangka panjang yang cocok bagi investor pemula.
2. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) dengan kode saham AMRT
Saham AMRT dinilai ideal untuk investor pemula karena karakteristik bisnisnya sejalan dengan prinsip investasi Warren Buffett dan Lo Kheng Hong.
Pertama, AMRT bergerak di bisnis ritel kebutuhan sehari-hari. Sesuai prinsip Buffett, bisnis terbaik adalah yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Alfamart menjual produk seperti makanan, minuman, dan barang rumah tangga—barang-barang yang selalu dibutuhkan kapan pun, termasuk saat resesi.
Ini membuat bisnis AMRT bersifat anti-siklus, tetap berjalan stabil di tengah fluktuasi ekonomi, sebagaimana filosofi Buffett: "Beli bisnis yang tetap beroperasi bahkan dalam resesi."
Kedua, dari sisi fundamental keuangan, AMRT menunjukkan performa yang stabil dan bertumbuh. Lo Kheng Hong mengutamakan perusahaan dengan pertumbuhan laba baik, manajemen disiplin, dan non-spekulatif. AMRT mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 11,48 persen, dan pertumbuhan laba kotor sebesar 5,31 persen. Meski laba bersih sempat turun 38,25 persen, bisnis tetap solid dengan laba positif. Operating Profit Margin sekitar 3,24 persen, angka yang wajar untuk sektor ritel yang memiliki beban operasional tinggi. Ini memperlihatkan bahwa AMRT tumbuh stabil, cocok untuk investor pemula yang membutuhkan kestabilan.
Ketiga, AMRT memiliki penguasaan pasar dan skala operasi yang luas. Buffett menyukai perusahaan dengan moat atau keunggulan kompetitif yang sulit disaingi. AMRT menguasai lebih dari 30 persen pasar minimarket nasional, dengan lebih dari 18.000 gerai di seluruh Indonesia. Selain itu, loyalitas konsumen terhadap Alfamart sangat tinggi, menjadikan jaringan ritel ini sangat sulit dikalahkan oleh kompetitor baru.
Keempat, dari sisi cash flow, AMRT juga sangat sehat dan membayar dividen secara rutin. AMRT mencatat Cash From Operations sebesar Rp8,063 miliar dan Free Cash Flow sebesar Rp3,224 miliar. Dividen yield sekitar 1,37 persen dengan payout ratio 37,83 persen, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk tetap memberikan arus kas pasif kepada investornya, meskipun yield-nya tidak terlalu besar.
Kelima, dari sisi valuasi, saham AMRT tergolong masih wajar untuk sektor defensif seperti ritel. PER (Price to Earnings Ratio) sekitar 27,57—memang sedikit lebih tinggi dari rata-rata pasar, tetapi masuk akal mengingat dominasi dan skala bisnis AMRT. Price to Sales Ratio hanya 0,73, menunjukkan harga saham relatif tidak overvalued dibandingkan pendapatan. Selain itu, Debt to Equity Ratio hanya 0,11, mencerminkan struktur keuangan yang sangat sehat dan minim risiko.
Dengan model bisnis yang kuat, fundamental yang solid, cash flow yang sehat, penguasaan pasar yang luas, serta valuasi yang masih wajar, AMRT menjadi pilihan investasi jangka panjang yang cocok untuk investor pemula.
3. Adaro Energy Indonesia dengan kode saham ADRO
ADRO menjadi pilihan menarik bagi investor pemula karena mengusung bisnis komoditas energi yang fundamental. Warren Buffett mengutamakan bisnis dengan permintaan konstan jangka panjang, dan ADRO beroperasi di sektor energi batubara — sumber energi dominan yang masih dibutuhkan negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Tiongkok.
Permintaan dunia terhadap energi membuat batubara tetap relevan, meski transisi energi baru terbarukan berlangsung bertahap. Lo Kheng Hong juga dikenal menyukai saham komoditas yang valuasinya masih murah namun berpotensi besar.
Salah satu keunggulan utama ADRO adalah valuasinya yang super murah. Saat ini, ADRO memiliki Price to Earnings Ratio (PER) hanya 2,64 — jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pasar.
Earnings Yield mencapai 37,83 persen, menunjukkan laba bersih sangat besar dibandingkan kapitalisasinya. Ditambah lagi, Price to Book Value hanya 0,73, berarti saham ini diperdagangkan di bawah nilai bukunya. Ini mencerminkan prinsip investasi Lo Kheng Hong: membeli perusahaan bagus dengan harga murah.
Dari sisi kinerja keuangan, ADRO sangat solid. Return on Equity (ROE) sebesar 27,48 persen menunjukkan penggunaan modal yang sangat efisien. Perusahaan juga mencatat Free Cash Flow besar sebesar Rp19,044 miliar serta posisi kas kuat, dengan Cash Per Share sekitar Rp738,50. Debt to Equity Ratio hanya 0,12, menandakan utang yang sangat rendah. Secara keseluruhan, ADRO sangat likuid dan mampu bertahan menghadapi fluktuasi harga komoditas.
Manajemen ADRO juga konservatif dalam keuangan, namun agresif dalam ekspansi strategis. Mereka mampu mengurangi utang secara konsisten, melakukan diversifikasi ke sektor energi terbarukan seperti hydropower, serta menjaga konsistensi pembayaran dividen meski harga batubara bergejolak.
Dividen ADRO bahkan mencatat Dividend Yield tinggi sekitar 89,06 persen, dengan Payout Ratio mencapai 235,45 persen, berkat keuntungan luar biasa dari boom harga batubara. Ini selaras dengan prinsip Warren Buffett, yaitu pentingnya perusahaan mengembalikan nilai kepada pemegang saham.
Ke depan, ADRO juga memiliki katalis pertumbuhan baru melalui transisi energi. Perusahaan sudah berinvestasi di sektor renewable energy seperti proyek PLTA di Kalimantan, serta melakukan eksplorasi nikel dan mineral penting untuk baterai kendaraan listrik. Dengan tetap mempertahankan kekuatan bisnis intinya sambil membuka peluang baru, ADRO memperlihatkan profil perusahaan yang tangguh dan berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
4. Aneka Tambang (Antam) dengan kode saham ANTM
Saham ANTM menawarkan fondasi bisnis yang kuat dan relevan untuk masa kini maupun masa depan, sehingga cocok untuk investor pemula. Warren Buffett menyukai bisnis yang menghasilkan produk berharga dan sulit tergantikan, dan ANTM bergerak di sektor emas—sebagai komoditas safe haven yang selalu dibutuhkan—serta nikel, bahan utama baterai kendaraan listrik (EV) yang permintaannya diproyeksikan melonjak dalam beberapa dekade ke depan. Lo Kheng Hong juga menyatakan bahwa sektor komoditas berprospek global sangat layak dikoleksi, apalagi saat harga sahamnya masih wajar.
Dari sisi fundamental keuangan, ANTM tergolong sehat dan bertumbuh. Saat ini, Price to Earnings Ratio (PER) ANTM sebesar 14,10, masih lebih murah dari rata-rata pasar, dan Earnings Yield-nya sekitar 7,09 persen, lebih tinggi daripada bunga deposito. Price to Book Value hanya 1,63, terbilang cukup murah untuk perusahaan yang memiliki cadangan emas dan nikel.
Dari sisi profitabilitas, Return on Equity (ROE) mencapai 11,59 persen, dan Return on Assets (ROA) sebesar 8,19 persen, menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola modal dan aset secara efisien. Ini sejalan dengan prinsip investasi Warren Buffett dan Lo Kheng Hong yang mencari perusahaan menguntungkan dengan valuasi wajar.
Keunggulan lain ANTM terletak pada struktur keuangannya yang sangat konservatif. Debt to Equity Ratio ANTM sangat rendah, bahkan hampir tidak memiliki utang jangka panjang. Financial Leverage hanya 1,42, dan Altman Z-Score sebesar 5,44, yang menandakan risiko kebangkrutan sangat rendah. Neraca keuangan yang kuat ini membuat ANTM ideal untuk investor pemula yang ingin menghindari risiko berlebihan.
Selain itu, ANTM secara rutin membagikan dividen kepada pemegang saham. Dengan Dividend Yield sekitar 5,98 persen dan Payout Ratio sebesar 84,38 persen, ANTM menunjukkan komitmen untuk mengembalikan nilai kepada investor. Prinsip ini sangat sesuai dengan filosofi Buffett yang menghargai perusahaan dengan cash flow kuat dan manajemen yang pro-investor.
Ke depan, prospek pertumbuhan ANTM sangat menarik, terutama dari booming industri energi hijau dan hilirisasi mineral. Permintaan global terhadap nikel untuk baterai kendaraan listrik meningkat, dan didukung oleh kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi, ANTM akan mendapatkan nilai tambah lebih tinggi dari produknya. Ditambah dengan ekspansi kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik dan kerja sama joint venture, ANTM bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga siap tumbuh pesat di masa depan.
Manajemen Risiko dalam Investasi Saham
Meski investor pemula telah mengantongi pemahaman dalam memilih saham yang baik untuk dikoleksi, tapi ada baiknya tetap memperhatikan manajemen risiko.
Manajemen risiko dalam investasi saham adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan berbagai potensi kerugian yang mungkin terjadi selama kegiatan investasi. Tujuannya adalah untuk melindungi modal, menjaga kestabilan portofolio, dan memastikan bahwa kerugian yang mungkin timbul tetap dalam batas yang dapat diterima oleh investor.
Dalam dunia saham yang penuh ketidakpastian, manajemen risiko menjadi pilar penting agar investor tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga mampu bertahan menghadapi fluktuasi pasar.
Diversifikasi
Dalam dunia investasi saham, diversifikasi merupakan salah satu prinsip terpenting untuk melindungi portofolio dari risiko besar. Diversifikasi berarti investor tidak hanya membeli satu saham atau berinvestasi di satu sektor saja, melainkan menyebarkan modal ke berbagai jenis saham, industri, atau bahkan kelas aset berbeda.
Tujuan diversifikasi itu sederhana, yaitu meminimalkan risiko. Jika seluruh dana diinvestasikan hanya pada satu perusahaan, kegagalan di perusahaan itu—seperti penurunan laba, skandal, atau krisis industri—akan berdampak besar terhadap total portofolio.
Sebaliknya, dengan memiliki saham dari berbagai sektor seperti perbankan, properti, energi, dan konsumer, kinerja buruk dari satu saham bisa diimbangi dengan performa baik saham lain. Diversifikasi juga membantu menghadapi siklus ekonomi, misalnya ketika sektor properti melambat, sektor konsumsi tetap bertumbuh.
Kendati demikian, diversifikasi perlu dilakukan secara terkontrol, karena terlalu banyak saham dalam portofolio tanpa analisa mendalam justru membuat pemantauan dan manajemen investasi menjadi tidak efektif.
Pakai Uang Dingin
Selain melakukan diversifikasi, investor juga perlu memastikan bahwa modal yang digunakan adalah uang dingin, yaitu dana yang tidak dibutuhkan untuk kebutuhan harian atau jangka pendek, setidaknya dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
Menggunakan uang dingin sangat penting karena pasar saham bersifat fluktuatif dan harga saham bisa turun tajam dalam waktu singkat akibat faktor eksternal seperti ketidakstabilan politik, resesi global, atau krisis keuangan.
Jika menggunakan uang panas—seperti dana untuk biaya sekolah anak atau kebutuhan darurat—tekanan emosional saat pasar turun akan jauh lebih besar, yang dapat memicu keputusan menjual saham dalam keadaan rugi. Sebaliknya, dengan uang dingin, investor bisa tetap tenang, berpikir rasional, dan memberi kesempatan bagi investasinya untuk berkembang dalam jangka panjang.
Tetapkan Batas Kerugian
Namun, ketenangan dalam investasi juga harus dibarengi dengan kedisiplinan dalam menetapkan batas kerugian (cut loss) dan target keuntungan (take profit). Sebelum membeli saham, investor sebaiknya sudah menetapkan rencana yang jelas mengenai kapan harus menerima kerugian dan kapan harus merealisasikan keuntungan.
Cut loss berguna untuk membatasi kerugian agar tidak semakin membesar, misalnya dengan menjual saham jika turun 10 persen dari harga beli sesuai batas risiko yang sudah ditentukan.
Tanpa batas ini, kerugian bisa membengkak menjadi 20 persen atau lebih. Di sisi lain, menetapkan target keuntungan juga penting untuk mengunci profit tanpa terjebak ketamakan. Misalnya, jika saham sudah naik 30 persen sesuai target, sebaiknya sebagian atau seluruh saham dijual agar keuntungan terealisasi, ketimbang menunggu kenaikan lebih lanjut yang belum tentu terjadi.
Disiplin terhadap rencana ini menjadi salah satu faktor utama yang membedakan investor sukses dari mereka yang gagal, karena mampu mengurangi pengaruh emosi dalam pengambilan keputusan.
Rajin Pantau Kondisi Pasar
Terakhir, penting diingat bahwa investasi saham bukanlah aktivitas pasif. Setelah membeli saham modal kecil di bawah Rp1 juta, investor harus secara rutin memantau kondisi pasar secara umum dan kinerja perusahaan secara spesifik.
Kondisi pasar meliputi faktor-faktor makroekonomi seperti suku bunga, nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, ketika suku bunga naik, biasanya harga saham cenderung menurun karena biaya pinjaman meningkat dan konsumsi menurun.
Sementara dari sisi perusahaan, investor perlu memperhatikan perubahan mendasar seperti penurunan laba bersih, kenaikan utang yang tidak terkendali, pergantian manajemen, strategi bisnis baru yang belum terbukti, atau potensi merger dan akuisisi.
Jika terjadi perubahan negatif yang signifikan, investor perlu mengevaluasi apakah saham tersebut masih layak dipertahankan atau sebaiknya dijual.
Dengan memantau dan mengevaluasi secara rutin, investor tidak hanya mengandalkan harapan, tetapi membuat keputusan berbasis fakta dan data aktual, sehingga dapat mengelola portofolio secara lebih bijak dan adaptif terhadap perubahan pasar.(*)