Logo
>

Saham-saham Teknologi Berguguran: Bursa Asia Tutup Pekan di Zona Merah

Bursa Asia rontok mengikuti kejatuhan Wall Street, namun IHSG masih berpeluang menguat berkat arus masuk asing meski tekanan profit taking kian besar.

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham-saham Teknologi Berguguran: Bursa Asia Tutup Pekan di Zona Merah
Bursa Asia dibuka melemah akibat kejatuhan saham-saham teknologi. Pun dengan IHSG yang hari ini merosot, namun tetap berada di level 8.000-an. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM - Bursa Asia memasuki akhir pekan dalam kondisi tertekan. Sentimen negatif dari Wall Street bergulir ke sesi pembukaan Jumat pagi, 21 November 2025. Kejatuhan tajam saham-saham teknologi Amerika—yang dipimpin oleh Nvidia, Oracle, dan AMD—memicu aksi jual berantai di regional Asia. 

Belum lagi data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja jauh di atas perkiraan. Data ini memperkuat pandangan bahwa pelonggaran moneter belum berada di depan mata.

Efek domino dari Wall Street terlihat jelas. Di Jepang, saham konglomerat teknologi SoftBank anjlok lebih dari 10 persen pada pembukaan. Saham-saham produsen semikonduktor pun ikut berguguran. Advantest jatuh lebih dari 9 persen, dan Tokyo Electron merosot hampir 6 persen.

Kejatuhan diikuti pula oleh saham Lasertec turun yang sekitar 5 persen, dan saham Renesas Electronics melemah hampir 2 persen. 

Tekanan ini semakin berat setelah data inflasi inti Oktober Jepang menunjukkan kenaikan tercepat sejak Juli. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa Bank of Japan akan menaikkan suku bunga. Sentimen hawkish tersebut memunculkan kekhawatiran baru soal pendanaan dan valuasi sektor teknologi Jepang yang sensitif terhadap perubahan biaya modal.

Korea Selatan tidak kalah terpukul. Samsung Electronics merosot hingga 4 persen, sementara SK Hynix jatuh lebih dari 9 persen. Betapa rentannya sektor chip terhadap pembalikan sentimen global. 

Indeks Kospi dibuka amblas 4,09 persen dan Kosdaq terbenam lebih dari 3 persen, sebelum keduanya melanjutkan pelemahan masing-masing ke 3,23 persen dan lebih dalam. 

Australia pun terseret arus pesimisme global. Indeks ASX 200 dibuka turun 1,3 persen dan kemudian melemah 1,24 persen ke 8.446.60 pada pukul 08.20 WIB. Sektor-sektor berbasis komoditas dan perbankan di Australia ikut melemah mengikuti tekanan risk-off internasional. 

Di Jepang, Nikkei 225 turun 2,10 persen ke 48.779,01 dan Topix ikut melemah, dan mengonfirmasi bahwa sentimen kehati-hatian kini merata di seluruh Asia Pasifik.

IHSG Dibuka Melemah, tapi Masih Berpeluang Naik

Di tengah tekanan regional yang luas, pasar Indonesia memasuki sesi perdagangan dengan kombinasi optimisme dan kewaspadaan. IHSG yang pada penutupan perdagangan Kamis, 20 November 2025, mencapai rekor tertinggi 8.491, pagi ini dibuka dengan pelemahan.

Tekanan global yang signifikan membuat potensi profit taking semakin besar hari ini, terutama karena ETF Indonesia, EIDO, melemah 0,87 persen ke USD18,32 di bursa AS. 

Pergerakan EIDO selama ini cukup akurat dan mencerminkan arah perdagangan IHSG satu hari setelahnya. Dengan begitu, sinyal negatif ini memunculkan ekspektasi koreksi jangka pendek.

Meski begitu, prospek domestik belum kehilangan pijakan optimistis. Beberapa analis menilai IHSG masih memiliki peluang untuk kembali menguat, didukung oleh net buy asing yang berlanjut. 

Pasar mencatat inflow asing sebesar Rp1 triliun ke saham-saham bluechip perbankan pada perdagangan kemarin. Ini menjadi sinyal kuat bahwa investor global tetap memandang Indonesia sebagai pasar defensif dengan fundamental stabil. 

Analis Indo Premier menekankan bahwa meskipun IHSG telah naik 17,5 persen secara year-to-date, indeks IDX30—yang berisi saham-saham bluechip—baru naik 3 persen. Ketertinggalan kinerja ini dianggap sebagai ruang potensial yang dapat mendorong reli lanjutan menuju akhir tahun.

Secara keseluruhan, pasar Asia hari ini bergerak di bawah bayang-bayang kombinasi tekanan global, yaitu pelemahan Wall Street, keraguan pemangkasan suku bunga The Fed, penguatan inflasi Jepang, serta kejatuhan sektor teknologi global. 

Sentimen regional cenderung risk-off, tetapi Indonesia berada dalam posisi relatif lebih stabil karena arus modal asing yang tetap kuat dan struktur technical IHSG yang masih positif. 

Bagi pelaku pasar, hari ini menjadi ujian antara kekuatan arus dana asing dan potensi koreksi yang tercermin dari tekanan global.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79