Logo
>

Saham-Saham yang Diuntungkan dari Kebijakan Pemerintah

Pemerintah mendorong infrastruktur, energi, pangan, dan UMKM. Saham-saham ini mendapat peluang cuan dari arah kebijakan baru.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Saham-Saham yang Diuntungkan dari Kebijakan Pemerintah
Ilustrasi: Pemerintah mendorong infrastruktur, energi, pangan, dan UMKM. Saham-saham ini mendapat peluang cuan dari arah kebijakan baru. Gambar dibuat olhe AI untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kalau bicara soal investasi saham, banyak orang suka mengira faktor utama yang menggerakkan harga itu cuma kinerja perusahaan. Padahal, ada satu pemain besar lain yang sering kali lebih berisik, yakni pemerintah.

    Dari zaman pembangunan jalan tol sampai proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang baru, dari kebijakan energi bersih sampai program ketahanan pangan, pemerintah punya tangan panjang dalam menentukan siapa yang bakal cuan dan siapa yang harus sabar. Sebentar saja ada regulasi baru diumumkan, bukan tidak mungkin harga saham-saham tertentu langsung melonjak, bahkan sebelum proyeknya jalan.

    Contohnya, saat proyek IKN digembar-gemborkan, saham perusahaan konstruksi macam PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) langsung jadi primadona. Padahal, kalau dipikir-pikir, semen saja belum dituang. Di sektor energi, cerita serupa terjadi.

    Target Net Zero Emission (NZE) yang dicanangkan pemerintah bikin saham-saham energi baru terbarukan seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), BREN, dan PTBA mulai dilirik banyak orang—bahkan yang biasanya cuma kenal BBM.

    Di ranah pangan, ketahanan pangan jadi kata kunci baru yang seksi. Emiten-emiten perkebunan seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dapat angin segar, seiring upaya pemerintah mengamankan pasokan beras dan minyak goreng di negeri ini.

    Membaca gerak-gerik kebijakan bukan cuma soal mengikuti berita, tapi tentang menebak kemana arus uang akan mengalir. Lewat artikel ini, kita bakal ngulik lebih dalam: kebijakan-kebijakan macam apa yang bisa menggerakkan pasar, sektor mana yang paling diuntungkan, sampai tips biar kita tidak jadi korban euforia sesaat.

    Karena kalau tahu arah angin, layar perahu kita bisa lebih cepat terbentang.

    Peran Kebijakan Pemerintah dalam Pasar Modal

    Di pasar modal, harga saham bisa bergerak karena banyak faktor. Tapi satu yang tidak pernah bisa diremehkan, yakni pengaruh kebijakan pemerintah. Bisa lewat stimulus, bisa lewat regulasi, atau bisa juga lewat subsidi. Ketiganya sama-sama ampuh mengubah arah angin pasar.

    Apa Itu Stimulus Fiskal, Regulasi, dan Subsidi?

    Stimulus fiskal adalah suntikan dana atau dorongan ke sektor tertentu dari pemerintah. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari pembangunan proyek besar, insentif pajak, hingga bantuan langsung tunai. Tujuannya satu, yakni menggairahkan ekonomi. Kalau ekonomi bergerak, perusahaan tumbuh, orang belanja, dan pasar saham ikut terkerek.

    Regulasi adalah aturan main baru. Bisa dalam bentuk pelonggaran, bisa juga pembatasan. Contohnya, pemerintah mengatur agar emisi karbon ditekan. Maka, perusahaan energi terbarukan akan diuntungkan. Atau ketika ada regulasi insentif pajak rumah pertama, saham-saham properti langsung ketiban durian runtuh.

    Sementara subsidi lebih mirip "bantuan bensin" buat sektor tertentu. Pemerintah kasih sokongan supaya harga jual tetap terjangkau atau supaya produksi terus jalan. Misal subsidi kendaraan listrik yang membuat mobil listrik jadi lebih murah dan saham otomotif ikut melaju.

    Bagaimana Investor Merespons Perubahan Kebijakan?

    Dalam dunia saham, berita kebijakan bisa seperti bunyi peluit dalam lomba lari. Begitu terdengar, para pelari—alias investor—langsung tancap gas. Respons pasar terhadap kebijakan pemerintah ini kerap menentukan arah saham-saham yang diuntungkan.

    Fenomena ini sering disebut buy the rumor, sell the news. Investor membeli saat isu atau berita baru keluar, berharap harga saham akan naik. Tapi setelah sentimen positifnya terealisasi atau sudah terlalu ramai, banyak yang memilih jualan untuk ambil untung. 

    Membaca dampak kebijakan pemerintah terhadap saham. Infografis dibuat oleh AI untuk KabarBursa, naskah dan kurasi oleh Alpin Pulungan.

    Misalnya, begitu diumumkan ada pembangunan 10 bendungan baru, saham WIKA dan ADHI langsung diserbu. Walaupun pembangunan fisiknya butuh waktu bertahun-tahun, ekspektasi laba di masa depan sudah cukup bikin harga saham loncat lebih dulu.

    Tapi tidak semua investor reaktif. Investor jangka panjang biasanya lebih hati-hati. Mereka bukan cuma lihat berita hari ini, tapi memikirkan konsistensi jangka panjang: Apakah proyek ini sungguh-sungguh dibiayai? Apakah potensi labanya sebanding dengan resikonya?

    Dampak Jangka Pendek vs Jangka Panjang

    Tidak semua kebijakan berdampak instan. Ada kebijakan yang efeknya langsung terasa, seperti potongan pajak kendaraan bermotor. Hari ini diumumkan, minggu depan showroom penuh. Tapi ada juga kebijakan yang bersifat jangka panjang. Seperti program Net Zero Emission 2060—jangankan cuannya, implementasinya saja bertahap puluhan tahun. Di sinilah pentingnya membedakan apakah kita mau ikut arus sentimen jangka pendek, atau sabar menanti realisasi manfaat jangka panjang?

    Investor jangka pendek mungkin mencari saham-saham yang bisa terbang cepat setelah berita. Sedangkan investor jangka panjang lebih tertarik pada saham-saham yang konsisten mendapat untung dari program pemerintah dalam 5–10 tahun ke depan.

    Membaca arah kebijakan dengan jeli, lalu menyesuaikan strategi investasi, itulah salah satu kunci bertahan di pasar yang kadang galak, kadang manja ini. Karena di pasar modal, bukan cuma cepat-cepat yang menang, tapi siapa yang paling paham arah angin.

    Jenis Kebijakan Pemerintah yang Sering Menguntungkan Saham

    Kalau mau jeli membaca peluang saham di pasar modal, satu hal yang tidak boleh dilewatkan, yakni memperhatikan arah kebijakan pemerintah. Soalnya, dari sinilah kadang angin segar untuk sektor tertentu berembus kencang. Berikut beberapa jenis kebijakan yang belakangan ini mengubah peta permainan di bursa.

    1. Kebijakan Infrastruktur, Dari Proyek Jalan Tol hingga Istana Negara Baru

    Siapa bilang proyek pemerintah hanya memanjakan birokrat? Di balik pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang kini progresnya sudah menembus 68,6 persen, ada peluang besar buat emiten-emiten konstruksi dan properti.

    Dengan anggaran Rp89 triliun yang digelontorkan sejak 2022 sampai 2024, pemerintah sudah menyelesaikan 55 paket fisik, membangun jalan tol 56,8 kilometer, runway bandara 3 kilometer, dan 27 tower hunian ASN. Belum lagi perkantoran elit seperti Istana Presiden, Sumbu Kebangsaan, dan masjid negara yang ikut berdiri di KIPP.

    Bagi saham-saham seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), proyek ini bukan cuma soal tumpukan beton—ini sumber kontrak baru, pendapatan berulang, dan tentu saja, cerita manis buat menarik minat investor. Sektor properti juga ikut menikmati.

    Dengan semakin matangnya infrastruktur dasar, geliat investasi kawasan sekitar IKN bakal makin terasa. Ini salah satu bukti konkret bagaimana kebijakan pemerintah mengubah peta peluang di pasar saham.

    2. Kebijakan Energi, Bertaruh Besar pada Transisi Energi

    Pemerintah resmi menerbitkan Peta Jalan Transisi Energi 2025 lewat Permen ESDM Nomor 10 Tahun 2025. Target besarnya adalah menekan emisi karbon dan pensiun dini PLTU batu bara demi mencapai Net Zero Emission (NZE) sebelum 2060. Namun, jalan menuju transisi ini tidak semulus jalan tol baru.

    Kebutuhan dana segar yang mencapai USD100 miliar membuat pemerintah mau tak mau bergantung pada skema Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan negara-negara maju menjanjikan suntikan dana senilai USD21 miliar.

    Apa artinya buat pasar?

    Emiten energi baru terbarukan seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan sektor pendukung energi surya, angin, hingga biomassa akan semakin relevan. Namun, buat investor, penting juga mewaspadai risiko implementasi. Ketergantungan terhadap pendanaan asing di tengah ekonomi global yang loyo bisa membuat transisi ini jalan di tempat.

    3. Kebijakan UMKM, Dari QRIS dan Go Digital

    UMKM di Indonesia bukan pemain figuran. Mereka menyumbang 60 persen PDB dan menyerap 97 persen tenaga kerja. Kini, pemerintah lewat Kementerian UMKM dan Kementerian Komunikasi Digital atau Komdigi mendorong digitalisasi besar-besaran.

    Hingga pertengahan 2024, sebanyak 25,5 juta UMKM sudah go digital, dengan dukungan penggunaan QRIS di lebih dari 32 juta merchant. Program pelatihan Digital Talent Scholarship (DTS) juga ikut menyokong dengan cerita sukses UMKM yang omzetnya lompat dari Rp50 juta menjadi miliaran rupiah.

    Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, bahkan menuturkan bagaimana strategi ini membuka jalan ekspor ke pasar global bagi UMKM lokal.

    "Ada satu startup namanya Evernote, sekitar 300 ribu UMKM yang ikutan di dalam platform itu yang rata-rata omset-nya bisa mulai dari Rp50 juta, kemudian dalam waktu dua tahun bisa sampai Rp5 miliar dan bisa mengekspor produk-produknya ke global," jelasnya dalam Talkshow Strategi Meningkatkan Kapasitas dan Daya Saing UMKM di Era Digital di Universitas Pertamina, Jakarta Selatan, Jumat, 28 Februari 2025, dikutip dari laman komdigi.go.id.

    Di sini, peluang saham teknologi dan e-commerce lokal kembali terbuka. Emiten-emiten seperti Bukalapak (BUKA), Blibli (BELI), dan bahkan penyedia infrastruktur digital seperti Mitratel (MTEL) dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) bisa diuntungkan dari penetrasi teknologi ke sektor mikro.

    Transformasi UMKM ini menunjukkan bagaimana kebijakan pemerintah yang berpihak pada digitalisasi mampu menciptakan ekosistem baru, yang pada akhirnya berdampak luas ke pasar modal.

    4. Kebijakan Ketahanan Pangan, Bukan Sekadar Harga Beras

    Ada kabar krisis pangan global? Indonesia malah tancap gas. Dengan alokasi anggaran ketahanan pangan Rp155,5 triliun di 2025—naik jauh dari Rp114,3 triliun tahun sebelumnya—pemerintah all out mendorong produktivitas pertanian, perikanan, dan distribusi pangan nasional.

    Dari subsidi pupuk 9,5 juta ton, cetak sawah 225 ribu hektare, sampai pembangunan sarana pelabuhan perikanan, semua digarap demi satu tujuan: swasembada pangan. Menteri Pertanian Andi Amran bahkan menyebut ketahanan pangan Indonesia kini dalam kondisi terbaik selama dua dekade terakhir dengan produksi padi melonjak 62 persen hanya dalam satu tahun.

    Emiten agribisnis seperti AALI, TBLA, dan LSIP tentu menjadi pemain yang diuntungkan. Begitu pula sektor logistik pangan dan BUMN seperti Bulog yang kini dipersenjatai dana jumbo untuk menjaga stabilitas harga. Ketika ketahanan pangan menjadi fokus utama, kebijakan fiskal dan program intervensi pangan yang dikeluarkan pemerintah menjadi bensin baru bagi saham-saham di sektor ini untuk melaju lebih kencang.

    Daftar Emiten dan Sektor yang Diuntungkan

    Peluang dari kebijakan pemerintah bukan cuma cerita di atas kertas. Kalau mau lebih jeli, peluang itu bisa diterjemahkan ke dalam nama-nama saham nyata yang bertumbuh di berbagai sektor. Berikut daftar sektor dan emiten yang mencuri peluang dari setiap geliat kebijakan pemerintah.

    1. Sektor Infrastruktur

    Dorongan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur nasional, terutama proyek raksasa Ibu Kota Nusantara (IKN), membuka jalan lebar bagi emiten di sektor konstruksi, properti, hingga jalan tol. Dengan kucuran dana triliunan rupiah, para pemain yang terlibat langsung dalam pembangunan infrastruktur dasar ini berpotensi menikmati kenaikan kontrak baru dan mempertebal kinerja keuangan mereka.

    Beberapa saham yang berpeluang kecipratan manfaat ini antara lain:

    • PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

    WIKA mencatat pendapatan Rp19,24 triliun sepanjang 2024 dengan laba bersih Rp2,33 triliun. Sebagai kontraktor utama dalam pembangunan jalan tol, gedung perkantoran, dan hunian ASN di IKN, WIKA berada di posisi strategis untuk mendulang backlog baru dan mempercepat perputaran kas.

    • PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP)

    PTPP membukukan pendapatan Rp19,81 triliun, naik 7,3 persen year on year (yoy). Keterlibatan PTPP dalam pembangunan infrastruktur dasar seperti bendungan dan kawasan Sumbu Kebangsaan di IKN membuka jalan untuk perolehan proyek berulang.

    • PT Jasa Marga Tbk (JSMR)

    Pendapatan JSMR melonjak 34,64 persen menjadi Rp28,7 triliun, meski laba bersih turun. Namun, pengoperasian jalan tol Balikpapan–IKN menjadi katalis jangka menengah yang berpotensi mendongkrak trafik dan pendapatan tol baru.

    2. Sektor Energi

    Kebijakan pemerintah yang mendorong transisi energi baru terbarukan memperbesar peluang bagi emiten di sektor energi hijau. Dengan adanya peta jalan pensiun dini PLTU dan akselerasi proyek energi bersih, perusahaan energi ramah lingkungan menjadi primadona baru di lantai bursa.

    Saham-saham yang diuntungkan dari transisi ini meliputi:

    • PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

    PGEO mencatat pendapatan stabil di USD407,12 juta (sekitar Rp6,79 triliun) dan laba bersih USD160,49 juta. Keberadaan PGEO sebagai pemain utama pembangkit listrik panas bumi menjadikannya pilar penting dalam agenda Net Zero Emission pemerintah.

    • PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)

    BREN membukukan pendapatan USD597 juta dan laba bersih USD155 juta. Tren global dan nasional menuju energi bersih mendorong ekspansi BREN ke energi baru terbarukan.

    • PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA)

    TOBA mencatat pendapatan USD445,6 juta dengan laba bersih USD28,47 juta. Walau masih berbasis batubara, upaya diversifikasi TOBA ke energi hijau sesuai dengan arah kebijakan pemerintah mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

    Selain ketiga emiten tersebut, emiten energi terbarukan lain yang punya potensi besar seiring kebijakan transisi hijau pemerintah adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Keduanya tengah memperkuat portofolio energi baru terbarukan melalui proyek PLTS, hydropower, dan diversifikasi energi berkelanjutan lainnya.

    Saham-saham yang diuntungkan dari kebijakan pemerintah. Infografis dibuat oleh AI untuk KabarBursa, naskah dan kurasi oleh Alpin Pulungan.

    3. Sektor UMKM dan Digitalisasi

    Pemerintah mendorong digitalisasi UMKM besar-besaran melalui penggunaan QRIS, marketplace lokal, dan pelatihan digital. Kebijakan ini bukan hanya memperbesar volume transaksi online, tetapi juga membuka peluang baru bagi penyedia infrastruktur digital dan platform e-commerce.

    Beberapa emiten yang menikmati peluang ini antara lain:

    • PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)

    Dengan pendapatan Rp4,60 triliun, BUKA mengandalkan basis merchant UMKM yang terus bertumbuh, sejalan dengan dorongan digitalisasi nasional, meski tantangan profitabilitas masih membayangi.

    • PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL)

    MTEL membukukan pendapatan Rp9,30 triliun dan laba Rp2,10 triliun. Sebagai penyedia menara telekomunikasi terbesar, MTEL menjadi tulang punggung infrastruktur digital yang menopang pertumbuhan UMKM daring.

    • PT Global Digital Niaga Tbk (BELI)

    Pendapatan BELI tumbuh 13,7 persen menjadi Rp16,71 triliun. Perbaikan ini mengindikasikan potensi e-commerce lokal dalam menggarap pasar UMKM digital yang makin luas.

    4. Sektor Pangan

    Peningkatan anggaran ketahanan pangan hingga Rp155,5 triliun pada 2025 membuka ruang pertumbuhan bagi emiten di sektor agribisnis. Fokus pemerintah pada swasembada pangan, stabilitas harga, dan penguatan rantai pasok memberikan dorongan tambahan pada sektor ini.

    Saham-saham yang berpotensi panen cuan antara lain:

    • PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)

    AALI mencatat pendapatan Rp21,81 triliun dan laba Rp1,14 triliun. Permintaan pangan dan ekspansi hilirisasi perkebunan menopang kinerja perusahaan ini.

    • PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)

    LSIP membukukan lonjakan laba bersih 75,56 persen, seiring dukungan pemerintah terhadap sektor minyak sawit sebagai bahan pangan dan energi.

    • PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)

    TBLA meraih pendapatan Rp17,41 triliun dengan laba Rp700,02 miliar. Diversifikasi TBLA ke bioenergi dan produk pangan strategis menguatkan posisinya di tengah program ketahanan pangan nasional.

    Studi Kasus Saham yang Diuntungkan dari Kebijakan Pemerintah

    Kebijakan pemerintah kadang jadi bahan obrolan, tapi lebih seru kalau sudah terbukti lewat kenaikan harga saham. Mari kita lihat bagaimana kebijakan pemerintah benar-benar menggerakkan harga saham di dunia nyata. Berikut dua contoh studi kasus yang menunjukkan bagaimana angin kebijakan bisa membawa kapal investor melaju lebih kencang.

    1. WIKA dan PTPP, Anak Emas Proyek IKN

    Saat pemerintah resmi menggulirkan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan mengumumkan percepatan pembangunan infrastruktur dasar, saham-saham konstruksi langsung bereaksi. Di antara semua pemain, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) adalah dua nama yang paling cepat mencuri perhatian.

    Pada 29 Agustus 2022, Kementerian PUPR mengumumkan penandatanganan kontrak 19 paket pembangunan infrastruktur di IKN senilai Rp4 triliun. WIKA dan PTPP termasuk dalam deretan pemenang lelang untuk proyek jalan tol, yang memicu euforia pasar.

    Harga saham WIKA pada hari pengumuman itu ditutup di Rp1.005. Sehari kemudian, sahamnya melonjak ke Rp1.065 dan terus bertahan di rentang Rp1.035–Rp1.165, bahkan mencapai puncak Rp1.100 pada 16 dan 19 September 2022. Sementara itu, saham PTPP juga naik dari Rp950 menjadi Rp990 hanya dalam sehari, sempat mengawang di kisaran Rp980–Rp1.050, lalu menyentuh puncak Rp1.060 pada 16 September.

    Sayangnya, sentimen manis itu tak bertahan lama. Mulai akhir September, harga saham kedua emiten tersebut mulai melandai. Pada 28 September 2022, WIKA ditutup di Rp965, sedangkan PTPP terkoreksi ke Rp905.

    Kejadian ini menggambarkan bagaimana optimisme awal terhadap proyek pemerintah bisa mendorong harga saham naik tajam, namun realisasi kinerja dan ekspektasi pasar jangka panjang tetap menjadi ujian berikutnya.

    Sentimen proyek nasional seperti IKN memang bisa menciptakan "angin sakal" yang mengangkat layar saham, tapi hanya emiten dengan eksekusi proyek yang kuat yang bisa bertahan sampai ke pelabuhan cuan.

    2. Program B35 dan B40

    Sektor sawit Indonesia juga merasakan angin segar dari kebijakan pemerintah. Pada 2024, Kementerian ESDM menetapkan kuota penyaluran biodiesel B35 sebesar 13,41 juta kiloliter, naik dibanding realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 12,2 juta kiloliter. Target konsumsi domestik ini akan terus didorong hingga mencapai 18 juta kiloliter pada 2030, sejalan dengan komitmen enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) pemerintah.

    Peningkatan konsisten pemanfaatan biodiesel ini menjadi katalis positif bagi sektor kelapa sawit nasional. Dengan permintaan domestik yang terus bertumbuh, emiten-emiten sawit memiliki peluang memperbesar penjualan lokal, asalkan mampu meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi lonjakan kebutuhan bahan baku biodiesel.
    Beberapa saham yang berada dalam radar pasar antara lain:

    • PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI),
    • PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP),
    • PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).

    Meski dinamika harga CPO tetap menjadi faktor penting, dorongan kuat dari konsumsi domestik memberikan bantalan tambahan bagi emiten agribisnis untuk menghadapi gejolak pasar global.

    Tips Investor: Bagaimana Menilai Saham yang Diuntungkan dari Kebijakan Pemerintah?

    Membaca peluang dari kebijakan pemerintah itu ibarat menavigasi kapal di tengah laut lepas. Kalau tahu arah angin dan arus, layar bisa dibentangkan lebih cepat. Tapi kalau salah hitung, jangankan cuan, bisa-bisa malah karam sebelum sampai tujuan. Supaya tidak sekadar ikut-ikutan euforia, ada beberapa prinsip penting yang bisa dijadikan bekal untuk memilih saham-saham yang berpotensi diuntungkan dari kebijakan pemerintah.

    1. Cek Fundamental Perusahaan, Bukan Cuma Berita

    Saat ada kabar proyek baru, seperti pembangunan IKN atau ekspansi program biodiesel, banyak saham langsung melonjak. Tapi jangan buru-buru ikut membeli hanya karena harga naik. Fundamental tetap harus jadi pertimbangan utama. Cek laporan keuangan, apakah perusahaan punya neraca yang sehat? Apakah pertumbuhan pendapatan dan laba konsisten? Bagaimana rasio utang mereka?

    Contohnya, meski banyak perusahaan konstruksi kecipratan proyek IKN, tidak semua punya arus kas yang kuat. Kalau arus kas negatif dan utang tinggi, proyek baru justru bisa menambah beban, bukan memperbaiki kinerja. Ingat, peluang besar hanya bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yang punya fundamental kuat. Sisanya, hanya numpang sensasi.

    2. Analisis Keberlanjutan Proyek, Bukan Sekadar Janji

    Tidak semua proyek pemerintah berjalan mulus. Beberapa proyek bisa molor, berubah prioritas, atau bahkan dihentikan di tengah jalan karena perubahan politik, pendanaan, atau regulasi. Makanya, penting untuk mengevaluasi apakah proyek tersebut punya komitmen pendanaan jangka panjang? Apakah sudah masuk dalam Rencana Strategis Nasional (Renstra)? Apakah sudah ada pengesahan APBN atau APBD terkait?

    Misalnya, pembangunan infrastruktur jalan tol Balikpapan–IKN sudah masuk dalam program prioritas nasional sehingga kemungkinan lanjutnya lebih besar. Begitu pula dengan program biodiesel B40 yang sudah diatur lewat regulasi teknis oleh Kementerian ESDM. Investor yang jeli akan lebih fokus pada proyek-proyek yang memiliki dasar hukum dan pendanaan kuat, bukan sekadar janji manis di podium.

    3. Hindari Euforia Sesaat, Fokus pada Prospek Nyata

    Pasar modal seringkali bergerak cepat mengikuti berita. Hari ini diumumkan proyek baru, besok saham-saham terkait bisa terbang tinggi. Tapi tanpa pondasi fundamental, harga saham yang naik karena euforia bisa sama cepatnya jatuh saat ekspektasi tak terpenuhi.

    Strateginya? Jangan membeli saham hanya karena fear of missing out (FOMO). Tunggu harga kembali ke level wajar setelah euforia mereda, sambil terus mengamati perkembangan realisasi proyek. Lebih baik masuk saat prospek sudah terbukti, ketimbang buru-buru masuk hanya karena takut ketinggalan. Pasar selalu memberi kesempatan kedua untuk mereka yang sabar.

    Diversifikasi, Jangan Bertaruh pada Satu Sektor Saja

    Meskipun sektor tertentu, seperti konstruksi atau energi terbarukan, terlihat bersinar karena kebijakan pemerintah, bukan berarti investor harus mengalokasikan seluruh portofolionya di situ. Diversifikasi tetap kunci. Sektor pangan, digitalisasi UMKM, bahkan sektor properti dan logistik juga bisa mendapat efek domino positif dari kebijakan pemerintah. Menyebar risiko sambil tetap selektif adalah cara paling waras untuk bertahan dalam pasar yang dinamis.

    Investasi di pasar modal memang tak pernah lepas dari ketidakpastian. Tapi satu hal yang pasti, arah kebijakan pemerintah selalu punya peran besar dalam membentuk peta jalan ekonomi ke depan.

    Memahami arah kebijakan—apakah soal pembangunan infrastruktur, transisi energi, digitalisasi UMKM, atau program ketahanan pangan—adalah kunci untuk membaca peluang lebih awal. Investor yang jeli bukan hanya mengejar sentimen sesaat, tetapi mampu melihat fondasi jangka panjang yang dibangun lewat kebijakan-kebijakan strategis.

    Tentu, tidak semua peluang dari pemerintah berujung manis. Itulah kenapa analisis fundamental, kesabaran, dan kemampuan memilah informasi tetap jadi senjata utama di tengah riuh rendah pasar. Karena pada akhirnya, di pasar modal, bukan siapa yang paling cepat yang menang, tapi siapa yang paling paham ke mana arah angin bertiup—dan tahu kapan saatnya membentangkan layar.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).