Logo
>

Saldo Menipis Habis Lebaran, Begini Tips Menyeimbangkannya

Untuk menghindari stres finansial berkepanjangan, Head of IPOT Fund PT Indo Premier Sekuritas menekankan pentingnya melakukan langkah pemulihan secara cepat dan terstruktur.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Saldo Menipis Habis Lebaran, Begini Tips Menyeimbangkannya
Pengunjung memadati food court di AEON Sentul City, Minggu, 13 April 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Usai libur lebaran Idulfitri 2025, biasanya kantong kering atau saldo menipis karena habis untuk memenuhi kebutuhan perayaan seperti biaya mudik, pembelian makanan atau untuk dibagi-bagi ke sanak keluarga.

    Head of IPOT Fund PT Indo Premier Sekuritas, Dody Mardiansyah, menjelaskan bahwa kondisi keuangan pascalibur lebaran memang kerap kali mengalami ketidakseimbangan akibat berbagai pengeluaran tak terduga yang muncul di luar rencana awal. Ia memberikan beberapa tips yang bisa diadaptasi untuk menyeimbangkan finansial.

    “Tidak jarang pula muncul pengeluaran tak terduga yang membuat kondisi keuangan pascalibur lebaran menjadi tidak stabil. Situasi ini menimbulkan kegalauan, terutama ketika harus kembali menjalani rutinitas dan memenuhi kebutuhan harian,” ungkap Dody melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, 18 April 2025.

    Untuk menghindari stres finansial berkepanjangan, Dody menekankan pentingnya melakukan langkah pemulihan secara cepat dan terstruktur. Menurutnya, momentum pascalibur lebaran bisa dijadikan sebagai waktu refleksi finansial agar lebih bijak ke depannya.

    Tiga Langkah Ampuh Pulihkan Keuangan

    Secara lebih rinci, Dody membagikan tiga strategi utama untuk memperbaiki kondisi keuangan usai lebaran, yakni.

    1. Evaluasi pengeluaran dan susun anggaran baru

    Langkah pertama adalah mengevaluasi seluruh pengeluaran selama Lebaran secara menyeluruh. Catat semua biaya mulai dari pakaian, konsumsi, hadiah, hingga transportasi.

    “Rekapitulasi seluruh pengeluaran saat Lebaran, kemudian sesuaikan dengan sisa dana yang tersedia. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyusunan anggaran baru yang lebih realistis dan sesuai dengan prioritas kebutuhan yang sebenarnya,” tutur dia.

    Dody menyarankan untuk memangkas pos-pos yang tidak mendesak dan fokus pada pengeluaran utama seperti makanan, transportasi, dan tagihan rutin.

    2. Atur kembali utang dan tunda belanja besar

    Jika selama Lebaran menggunakan kartu kredit atau pinjaman, Dody menganjurkan untuk menyusun strategi pelunasan segera. Prioritaskan cicilan dengan bunga tinggi dan hindari menambah utang baru.

    “Untuk rencana belanja besar seperti membeli elektronik, liburan, atau renovasi rumah, sebaiknya tunda dulu sampai keuangan lebih stabil,” sarannya.

    Ia juga menekankan pentingnya meninjau kembali kebiasaan konsumtif dan menghindari pembelian impulsif.

    3. Kembali prioritaskan tabungan dan investasi

    Langkah terakhir adalah mengembalikan fokus pada tujuan keuangan jangka pendek dan panjang, termasuk dana darurat dan rencana pensiun.

    “Pilih jenis investasi reksa dana yang tepat untuk kondisi saat ini karena reksa dana menawarkan beragam jenis yang dapat disesuaikan dengan profil risiko,” ujarnya.

    Menurut Dody, pemulihan keuangan bukanlah proses instan. Dibutuhkan konsistensi dan kedisiplinan dalam menjalankan anggaran serta komitmen untuk memperbaiki kebiasaan finansial.

    “Dengan menerapkan langkah dan tips di atas, keuangan akan terkelola dengan lebih bijak. Ingat bahwa proses pemulihan keuangan memerlukan kesabaran dan konsistensi, namun manfaatnya akan terasa dalam jangka panjang," kata dia.

    Lebaran telah usai, namun tantangan finansial pasca-momen tersebut bisa diatasi dengan langkah cermat dan strategi yang tepat.

    Pinjol Naik: Sinyal Darurat Ekonomi

    Sebelumnya diberitakan Kabarbursa.com, Salah satu indikator mencolok muncul dari fenomena Lebaran tahun ini, di mana angka pemudik tercatat menurun signifikan dan di saat yang sama, pinjaman online (pinjol) justru melonjak.

    Untuk diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan peningkatan pada pembiayaan melalui layanan pinjaman online (pinjol) dan skema buy now pay later (BNPL) milik perbankan. Sementara total pinjaman yang tersalurkan lewat platform pinjol tercatat mencapai Rp80,7 triliun hingga akhir Februari 2025.

    Angka tersebut meningkat sebesar 31,6 persen secara tahunan year-on-year (yoy) dibandingkan Januari 2025 yang tercatat sebesar Rp 78,5 triliun. Kenaikan ini terjadi bertepatan dengan periode menjelang Ramadan hingga Lebaran 2025.

    Dosen Ekonomi Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyoroti bahwa konsumsi masyarakat yang lemah tercermin dari keputusan menahan belanja dan tidak pulang kampung selama masa Lebaran. Hal ini menurutnya memperlihatkan bahwa kondisi keuangan banyak keluarga sedang dalam posisi terjepit.

    “Artinya, makan tabungan itu sudah mentok sehingga masyarakat menengah bawah sudah mulai pinjam ke pinjol. Ini menggambarkan situasi keuangan masyarakat,” ungkap Wijayanto dalam diskusi yang bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, Jumat, 11 April 2025.

    Tak hanya itu, ia juga mencatat adanya tren peningkatan signifikan dalam pemesanan makanan secara daring selama momen Lebaran, yang menurutnya merupakan cerminan dari jumlah warga Jakarta yang tidak mudik.

    “Selama lebaran kemarin, itu terjadi peningkatan pemesanan makanan secara online yang luar biasa dibandingkan Lebaran tahun yang lalu. Artinya, banyak masyarakat Jakarta yang tidak mudik karena mereka sendiri di Jakarta dan pesan makanan online,” lanjutnya.

    Bahkan data yang ia kumpulkan dari operator seluler memperkuat temuan tersebut. Dalam dua pekan menjelang Lebaran, tercatat penurunan hampir 25 persen dalam jumlah nomor pelanggan yang keluar dari Jakarta ke daerah lain.

    “Beberapa data yang saya kumpulkan dari perusahaan operator telepon seluler, itu juga mengatakan 2 minggu sebelum Lebaran, jumlah nomor telepon pelanggan mereka yang keluar dari Jakarta ke daerah lain itu turun hampir 25 persen,” jelasnya.

    Menurut Wijayanto, kondisi ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika masyarakat sudah menahan konsumsi hingga Lebaran atau momen yang lazimnya menjadi puncak konsumsi tahunan, maka kondisi ekonomi riil bisa dikatakan sedang tidak sehat. Ditambah lagi, kekhawatiran masyarakat terhadap potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin mempertegas tekanan tersebut.

    “Jadi kalau kita lihat, Lebaran saja mengindikasikan masyarakat kita fokus menahan untuk berbelanja, menahan untuk mudik. Artinya memang kondisi keuangan mereka sedang sulit, apalagi takut dengan fenomena PHK,” ujarnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".