KABARBURSA.COM – Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka genap per 20 Oktober.
Dalam masa satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, PT Pertamina (Persero) terus menunjukkan upaya dalam melayani kebutuhan energi rakyat, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote di Tanah Air.
Peran Pertamina dalam penyediaan energi, dianggap menjadi bagian penting dari realisasi Asta Cita, yakni visi besar dalam pemerintahan Prabowo-Gibran untuk membangun Indonesia dari desa.
Selain itu visi tersebut dicanangkan Prabowo-Gibran guna memperkuat pemerataan ekonomi, dan menekan angka kemiskinan.
Sebagai BUMN energi nasional, Pertamina menjalankan mandat untuk menyediakan energi secara adil, merata, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan, semangat Pertamina dalam melayani energi negeri tak pernah surut, meski dihadapkan dengan tantangan geografis Indonesia yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau dan 83 ribu desa serta kelurahan.
“Distribusi energi di Indonesia dikenal sebagai salah satu yang paling kompleks di dunia. Namun Pertamina tetap setia menyalurkan energi ke seluruh penjuru Nusantara,” ujarnya lewat keterangan resmi, Senin 20 Oktober 2025.
Pertamina terus memperkuat perannya sebagai tulang punggung infrastruktur energi nasional, agar distribusi BBM dan LPG semakin mudah diakses masyarakat dengan harga yang terjangkau.
Lebih lanjut, Pertamina memiliki program BBM Satu Harga untuk memastikan masyarakat di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) menikmati harga bahan bakar yang sama dengan di kota besar.
Selama satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, Pertamina telah membangun dan mengoperasikan 40 lembaga penyalur BBM Satu Harga, tersebar di Maluku–Papua 14 titik, Sulawesi–Nusa Tenggara 12 titik, Kalimantan 7 titik, dan Sumatra sebanyak 7 titik.
Kini total terdapat 573 lembaga penyalur BBM Satu Harga dari 15.345 titik distribusi BBM di seluruh Indonesia.
Selain itu, ada program One Village One Outlet (OVOO), Pertamina juga memperluas jangkauan LPG subsidi 3 kilogram (kg) sampai ke pelosok negeri. Hingga kini, telah berdiri 269.096 pangkalan LPG di 38 provinsi.
Dalam setahun terakhir, Pertamina berhasil meningkatkan status 370 ribu pengecer LPG menjadi sub pangkalan resmi, memperkuat layanan distribusi gas hingga ke tingkat RW dan RT.
“Pertamina memanfaatkan jalur darat, laut, hingga udara untuk memastikan energi tersedia di mana pun masyarakat berada,” tambah Simon.
Armada dan Infrastruktur Diperkuat
Untuk menjaga kelancaran distribusi energi nasional, Pertamina kini mengoperasikan 6.000 armada mobil tangki serta 476 kapal tanker dan kapal pendukung.
Selama satu tahun terakhir, armada laut Pertamina diperkuat dengan 10 kapal baru, terdiri dari 4 kapal tanker gas ramah lingkungan tipe Very Large Gas Carrier (VLGC): Pertamina Gas Caspia, Pertamina Gas Dahlia, Pertamina Gas Tulip, dan Pertamina Gas Bergenia.
Kapal-kapal ini menjadi urat nadi distribusi energi melalui jalur laut, menopang ketahanan energi nasional.
Pertamina juga terus mengembangkan infrastruktur pengolahan energi. Dalam satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran, Pertamina menuntaskan pembangunan dua tangki minyak mentah raksasa di Lawe-Lawe, Kalimantan Timur, masing-masing berkapasitas 1 juta barel. Kapasitas tersebut menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Fasilitas ini bagian dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang akan meningkatkan kapasitas kilang menjadi 360 ribu barel per hari. Unit utama RFCC (Residue Fluid Catalytic Cracking) ditargetkan beroperasi akhir tahun ini.
Di sisi lain, Kilang Balongan juga menambah empat tangki baru berkapasitas 29 ribu meter kubik per unit, memperkuat cadangan pasokan BBM nasional.
Selain itu, Pertamina membangun pipa minyak sepanjang 96 km yang menghubungkan Kilang Balongan dengan Terminal BBM Plumpang, berkapasitas distribusi 4,6 juta kiloliter per tahun. Pipa ini menjadi tulang punggung pasokan energi untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat, yang menyerap sekitar 30 persen konsumsi nasional.
“Kehadiran infrastruktur energi menjadi kunci menjaga ketahanan energi sekaligus mewujudkan kemandirian bangsa, sejalan dengan semangat Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran,” tegas Simon.
Sebagai pemimpin transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan memperkuat program berkelanjutan yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh langkah Pertamina dilandasi penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis, memastikan transformasi energi nasional berjalan inklusif dan berkelanjutan.
Pertamina Bekali Sertifikasi Operator PLTS bagi 40 Local Hero Desa Energi Berdikari
PT Pertamina (Persero) terus menunjukkan dukungannya terhadap transisi energi nasional lewat penguatan sumber daya manusia di sektor energi baru terbarukan (EBT).
Kali ini, Pertamina membekali 40 perwakilan dalam program Desa Energi Berdikari (DEB) atau Local Hero dengan Sertifikasi Junior Operator Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Program ini menjadi bagian dari inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina yang mendorong kemandirian energi desa serta pertumbuhan ekonomi hijau berbasis teknologi tepat guna.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan 76 persen tambahan kapasitas listrik 69,5 GW (Gigawatt) hingga 2034 bersumber dari energi terbarukan.
Sejalan dengan arah tersebut, Pertamina kini telah mengembangkan 176 Desa Energi Berdikari di seluruh Indonesia, dengan 149 unit PLTS aktif beroperasi, dan menargetkan 80 tambahan unit baru pada 2025.
Vice President CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero), Rudi Ariffianto, mengatakan bahwa sertifikasi ini dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Pengembangan SDM Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) di Jakarta, pada Selasa 14 Oktober 2025.
“Dari 176 DEB yang sudah beroperasi, kita membutuhkan lebih banyak operator junior yang tersertifikasi. Karena itu, program sertifikasi ini akan terus berlanjut seiring bertambahnya jumlah PLTS di lapangan,” ujar Rudi kewat keterangan resmi, Rabu 15 Oktober 2025.
Sejak pertama kali digelar pada 2023 hingga 2024, sebanyak 48 Local Hero telah lulus sertifikasi, dan kini 40 peserta baru kembali mengikuti pelatihan untuk memperkuat kapasitas SDM di desa-desa binaan.
“Kami tidak berhenti di penyediaan listrik saja. Energi dari PLTS ini dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi seperti pertanian, perikanan, hingga usaha kreatif desa,” tambah Rudi.
Dari Lampung hingga Papua, Energi Surya Buka Harapan Baru
Salah satu peserta, Kukuh Diki Prasetya dari Lampung, penggerak DEB di sektor kopi, menuturkan bahwa kehadiran PLTS telah mempercepat produktivitas petani.
“Program Pertamina membantu mempercepat target kami. Dari yang seharusnya 10 tahun bisa tercapai dalam 5 tahun. Energi surya membuat petani bisa bekerja lebih cepat dan efisien,” ujarnya.
Kini, Kukuh telah membina 18 kelompok petani kopi yang mengelola produksi dari hulu ke hilir, sekaligus menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di sekitar.
Kisah serupa datang dari Edison Fami di Desa Wisata Malasigi, Papua, yang sukses mengembangkan ekowisata hutan berkelanjutan dengan PLTS berkapasitas 8,72 kWp.
“Lewat PLTS ini, kami mendapat penerangan, air, dan harapan baru. Energi matahari membuat masyarakat bisa mengembangkan wisata tanpa merusak hutan,” ungkap Edison.
Sementara itu, Kasmawati, Local Hero dari Maros, Sulawesi Selatan, melalui DEB AFT Hasanuddin, aktif membina Kelompok Wanita Tani (KWT) Baji Minasa dalam pertanian hidroponik berbasis energi surya. “Kami belajar bahwa energi terbarukan bisa berjalan seiring dengan ekonomi hijau yang menyejahterakan,” tuturnya. (info-bks/*)