KABARBURSA.COM - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mulai memfokuskan ekspansinya ke segmen perhiasan emas sebagai bagian dari strategi jangka panjang 2025–2029. Perusahaan pelat merah ini menilai lini perhiasan bukan sekadar pelengkap dari bisnis emas batangan yang sudah mapan, tetapi menjadi pintu masuk untuk menjangkau konsumen baru sekaligus memperluas ekosistem emas nasional.
Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie, mengungkapkan ada potensi besar yang belum tergarap optimal. “Mengenai perhiasan emas, ANTAM melihat potensi besar dalam komoditas emas untuk mengoptimalkan penjualan melalui diversifikasi produk, ekspansi pasar, dan perluasan jaringan distribusi ritel,” ujarnya kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.
Langkah tersebut bukan tanpa perhitungan. Menurut Faisal, pasar perhiasan menawarkan dinamika yang berbeda namun saling menguatkan dengan segmen batangan. Dengan memperluas portofolio produk, Antam tidak hanya memperluas sumber pendapatan, tetapi juga membangun jalur transisi yang alami dari konsumen perhiasan ke investor emas batangan.
Faisal menambahkan, strategi ini meliputi tiga fokus utama, yakni diversifikasi produk, ekspansi pasar, dan perluasan jaringan distribusi ritel. “Kami tengah mengkaji berbagai inovasi desain dan kolaborasi dengan pelaku kreatif lokal, agar perhiasan emas Antam punya identitas yang kuat di pasar domestik maupun internasional,” tuturnya.
Sebagai bagian dari keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan pada 6 Mei 2025, Faisal mengatakan segmen perhiasan emas ini ditujukan untuk menjangkau konsumen baru. Segmen ini diharapkan juga akan meningkatkan ketertarikan mereka terhadap produk emas batangan.
Pengembangan segmen emas—yang di antaranya berbentuk perhiasan—diproyeksikan akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam lima tahun ke depan. Dalam jangka pendek, perluasan jaringan toko LM Gold Boutique dan kanal penjualan digital menjadi prioritas, sementara dalam jangka panjang, Antam mengincar potensi ekspor perhiasan ke pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah.
“Secara keseluruhan, sesuai dengan keterbukaan informasi yang telah kami sampaikan pada 6 Mei 2025, pengembangan segmen emas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan perusahaan,” kata Faisal.
Rencana Hilirisasi Antam Masuk RUPS Juni 2025
Rencana besar Antam menggarap bisnis hilir logam mulia dan perhiasan mulai menyita perhatian pelaku pasar. Langkah ini dinilai sebagai babak baru dalam transformasi Antam dari sekadar penambang mineral menjadi pemain di industri manufaktur emas.
Ekspansi tersebut menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk periode 2025–2029. Fokusnya mencakup diversifikasi produk, perluasan jangkauan pasar, dan penguatan jaringan distribusi ritel di sektor emas nonkomoditas.
Sebagai tindak lanjut dari rencana itu, Antam telah mengajukan perubahan anggaran dasar dan rumah tangga kepada Kementerian Hukum dan HAM pada tahun ini. Perubahan itu mencakup penambahan kegiatan usaha sesuai KBLI 3211, yang meliputi industri perhiasan dan barang sejenis—langkah hukum yang mempertegas posisi Antam sebagai pelaku hilir logam mulia.
Program strategis ini akan dipaparkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan berlangsung pada 12 Juni 2025. Jika mendapat persetujuan, Antam diperkirakan bisa memperkuat posisi di sektor hilirisasi emas, serta membuka sumber pendapatan baru yang tidak lagi tergantung pada volatilitas harga logam dasar.
Ekonom dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menilai ekspansi ini sebagai upaya mendongkrak performa jangka panjang ANTM. “Langkah ini menciptakan peluang diversifikasi pendapatan dari sektor non-komoditas yang lebih stabil. Produk seperti perhiasan, custom product, dan perlengkapan laboratorium berbahan dasar emas, memiliki margin keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan logam batangan,” kata Syafruddin kepada KabarBursa.com, Senin, 12 Mei 2025.
Ia mengatakan jika ekspansi ini dikelola dengan branding yang kuat, manufaktur efisien, dan jaringan distribusi yang luas, maka potensi rerating saham ANTM akan sangat terbuka. “Bila pasar melihat ekspansi ini sebagai bentuk sinergi nyata dalam MIND ID, perhatian dari investor institusi akan meningkat tajam,” katanya.
Namun begitu, Syafruddin melihat pasar belum akan langsung bereaksi besar dalam jangka pendek. Ia memandang hilirisasi ini lebih tepat dikategorikan sebagai katalis jangka menengah.
“Meskipun pengumuman resminya bisa menimbulkan euforia sementara, investor masih menunggu realisasi konkretnya. Apakah roadmap-nya jelas, apakah strategi branding-nya kompetitif, dan apakah eksekusinya bisa cepat pasca-RUPS 12 Juni 2025 nanti,” kata dia.
Menurutnya, progres nyata seperti peluncuran produk perdana atau kerja sama strategis dalam enam hingga dua belas bulan ke depan akan menjadi sinyal penting bagi pasar. Jika pendapatan non-komoditas mulai terlihat dalam laporan keuangan, maka rerating valuasi saham bukan lagi sekadar harapan.
Meski optimis, Syafruddin juga mengingatkan akan risiko eksekusi yang tidak kecil. Antam yang selama ini berfokus pada produksi bahan mentah, kini harus berhadapan dengan tantangan baru di sektor manufaktur dan ritel. Desain produk, manajemen rantai pasok, strategi pemasaran itu semua memerlukan kapabilitas yang sangat berbeda.
Menurutnya, tanpa pengalaman dan teknologi produksi yang mumpuni, serta tanpa mitra strategis yang tepat, ekspansi ini bisa membebani arus kas jangka pendek. Syafruddin mengatakan nantinya investor akan menilai seberapa serius dan siap Antam menjalankan strategi ini. "Apakah ekspansi ini benar-benar sudah melalui studi kelayakan yang matang? Apakah transparansi eksekusi akan dijaga?” katanya.
Pendapatan dan Laba Antam Positif hingga Kuartal I 2025
Secara fundamental, Antam mampu menjaga pendapatan dan laba sepanjang tahun 2024 hingga kuartal I 2025. Laba Antam di kuartal I 2025 melonjak 10 kali lipat menjadi Rp2,32 triliun, melonjak 1.001,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp210,59 miliar.
Antam juga mencatat peningkatan EBITDA sebesar menjadi Rp3,26 triliun pada kuartal I 2025, meningkat 518 persen dari periode serupa tahun lalu Rp527,61.
Selain laba bersih, Antam turut mencatatkan kenaikan laba kotor menjadi Rp3,64 triliun, melonjak lebih dari tiga belas kali lipat. Selain itu, laba usaha Antam berbalik positif menjadi Rp2,69 triliun, dari sebelumnya mencatatkan rugi Rp491,19 miliar.
Laba bersih per saham dasar (EPS) ikut melonjak 794 persen menjadi Rp88,69, disertai peningkatan total aset sebesar 17 persen menjadi Rp48,30 triliun, dan kenaikan ekuitas sebesar 10 persen menjadi Rp34,62 triliun.
Direktur Utama Antam Nico Kanter mengatakan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil implementasi strategi pemasaran inovatif dan pengendalian biaya yang ketat.
"Kami terus mengedepankan operation excellence dan penerapan good mining practices sehingga dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Sabtu, 10 Mei 2025.
Nico menambahkan, Antam juga terus melakukan strategi pemasaran yang inovatif, efisiensi biaya, serta menjaga struktur cash cost yang kompetitif.
Adapun secara total, sepanjang kuartal I 2025 Antam mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp26,15 triliun, naik signifikan 203 persen dibandingkan Rp8,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penjualan domestik mendominasi 95 persen dari total pendapatan atau sebesar Rp24,83 triliun. Komoditas emas menjadi tulang punggung pendapatan, dengan nilai penjualan mencapai Rp21,61 triliun atau naik 182 persen dan menyumbang 83 persen dari total penjualan.
Volume penjualan emas juga meningkat signifikan sebesar 93 persen menjadi 13.739 kg, didorong oleh peluncuran aplikasi ANTAM logam mulia yang mempermudah transaksi emas fisik secara digital.
Segmen nikel dan bauksit juga memperlihatkan pertumbuhan gemilang. Total penjualan nikel (feronikel dan bijih nikel) melonjak 581 persen menjadi Rp3,77 triliun. Produksi feronikel tercatat sebesar 4.498 ton nikel dalam feronikel (TNi), sementara volume penjualan mencapai 4.839 TNi.
Produksi bijih nikel juga mengalami kenaikan drastis sebesar 221 persen menjadi 4,63 juta wet metric ton (wmt), sejalan dengan pertumbuhan penjualan bijih nikel sebesar 281 persen menjadi 3,83 juta wmt.
Sementara itu, komoditas bauksit dan alumina mencatatkan penjualan sebesar Rp708,75 miliar, naik 102 persen dibandingkan kuartal I tahun lalu. Produksi bijih bauksit meningkat 328 persen menjadi 653.781 wmt, dan penjualan alumina mencapai 44.048 ton, tumbuh 4 persen secara tahunan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.