KABARBURSA.COM – Perayaan Iduladha yang jatuh hari ini, Jumat 6 Juni 2025, diperkirakan memberikan dorongan konsumsi yang terbatas. Meski tidak sekuat Idulfitri, beberapa sektor tetap berpotensi mencatat peningkatan aktivitas jangka pendek, terutama karena hari raya kali ini bertepatan dengan libur panjang.
“Iduladha kali ini bertepatan dengan libur panjang/akhir pekan, maka aktivitas konsumsi diperkirakan meningkat seiring dengan masyarakat yang merayakan hari raya, menghadiri acara keluarga, dan melakukan perjalanan,” kata Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata dan Researcher Kiwoom, Nixon Tan, dalam riset resmi mereka yang dikutip KabarBursa.com, Jumat.
Namun, Liza mengingatkan konsumsi tahun ini kemungkinan tidak melonjak tajam karena tekanan ekonomi. Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal pertama 2025 turun ke level 4,87 persen—terendah sejak 2023.
“Kelas menengah di Indonesia — yang merupakan kontributor utama terhadap PDB — mengalami penurunan sebesar 20 persen. Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja formal, minimnya investasi di industri berpenghasilan tinggi, serta ketergantungan pada sektor komoditas dengan upah rendah.” jelas Liza.
Sektor-Sektor yang Terdampak
1. Transportasi
Mayoritas warga yang merayakan Iduladha biasanya membutuhkan moda transportasi untuk bersilaturahmi dengan keluarga. Apalagi jika hari raya berdekatan dengan akhir pekan, kecenderungan bepergian jadi makin tinggi.
Mengacu pada data Iduladha 2024, penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta naik hingga 63,6 persen untuk perjalanan domestik. Pola serupa kemungkinan besar terulang tahun ini, menjadikan sektor transportasi sebagai salah satu yang paling terdampak.
Meskipun begitu, pergerakan saham JSMR selama sepekan terakhir justru cenderung menurun. Berdasarkan data Stockbit, saham JSMR ditutup di level Rp3.740 per 5 Juni 2025, melemah 1,84 persen dibanding pekan sebelumnya. Harga sempat menyentuh puncak mingguan di Rp3.830, sebelum terkoreksi tajam ke level terendah Rp3.730.
Dari sisi kinerja, JSMR justru mencetak pertumbuhan laba bersih yang solid pada kuartal I 2025. Emiten infrastruktur jalan tol ini meraup laba bersih sebesar Rp927 miliar, naik dari Rp620 miliar pada periode yang sama tahun 2024, dan jauh lebih tinggi dibanding Rp498 miliar pada kuartal I 2023.
Meski harga saham belum mencerminkan momentum positif secara instan, prospek emiten ini masih mendapat dukungan dari pola konsumsi musiman seperti Iduladha, yang berdampak langsung terhadap volume kendaraan di jaringan tol milik Jasa Marga.
2. Makanan & Minuman
Sektor F&B tetap aktif karena tingginya konsumsi daging dan jamuan makan keluarga. Pada Juni 2024, sektor ini tumbuh 3,5 persen secara tahunan. Tahun ini, efeknya diperkirakan tetap positif, meski tidak terlalu besar.
3. Kesehatan
Sido Muncul (SIDO) berpotensi mendapat dorongan penjualan dari konsumen yang mengonsumsi herbal dan suplemen pasca menyantap daging dalam jumlah besar.
Secara teknikal, saham SIDO bergerak datar dalam sepekan terakhir. Harga ditutup stagnan di level Rp515 per 5 Juni 2025, tidak berubah dibanding pekan sebelumnya. Sepanjang minggu, harga sempat menyentuh level tertinggi Rp520 dan terendah Rp510, mencerminkan volatilitas yang rendah meskipun sentimen konsumsi meningkat.
Dari sisi kinerja, laba bersih SIDO pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp233 miliar. Angka ini menurun tajam dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencapai Rp390 miliar, dan juga lebih rendah dari Q1 2023 sebesar Rp300 miliar. Penurunan ini memberi sinyal konsumsi produk kesehatan mungkin mulai jenuh atau terdampak pelemahan daya beli.
Meski begitu, secara trailing twelve months (TTM), laba bersih SIDO masih mencapai Rp1,01 triliun. Ini menunjukkan fondasi keuangan perusahaan masih cukup solid, meski performa kuartalan tengah menurun. Dengan distribusi produk yang luas dan basis konsumen loyal, momen Iduladha tetap memberi peluang bagi SIDO untuk mencatat kenaikan penjualan musiman di segmen tertentu.
4. Rumah Tangga
Produk kebersihan seperti sabun dan sampo juga ikut terdongkrak selama Iduladha. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) bisa mencatat peningkatan permintaan dari masyarakat yang menjaga kebersihan sebelum dan sesudah kegiatan kurban.
Namun, performa saham UNVR justru menunjukkan tekanan dalam sepekan terakhir. Saham ditutup di level Rp1.625 pada 5 Juni 2025, turun 6,07 persen dibanding minggu sebelumnya. Harga sempat menyentuh puncak mingguan di Rp1.745, lalu anjlok ke titik terendah Rp1.615.
Dari sisi kinerja keuangan, laba bersih UNVR pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp1,24 triliun. Angka ini turun dibanding kuartal I tahun lalu yang mencapai Rp1,45 triliun, sekaligus menjadi sinyal bahwa tekanan daya beli mulai dirasakan meski permintaan tetap ada. Namun secara tahunan, proyeksi laba 2025 mencapai Rp4,95 triliun—naik signifikan dibanding 2024 yang hanya Rp3,37 triliun.
5. Ritel dan Gaya Hidup
Meski tidak sekuat Lebaran, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) tetap punya peluang pertumbuhan penjualan dari konsumen yang belanja pakaian baru atau nongkrong di gerai F&B milik grup ini seperti Starbucks dan Domino’s.
Meski begitu, harga saham MAPI mengalami tekanan dalam sepekan terakhir. Per 5 Juni 2025, sahamnya ditutup di level Rp1.260, turun 3,08 persen secara mingguan. Selama periode tersebut, harga sempat menyentuh level tertinggi Rp1.300 dan terkoreksi ke titik terendah Rp1.245.
Dari sisi fundamental, MAPI menunjukkan kinerja cukup positif. Pada kuartal I 2025, laba bersih perusahaan mencapai Rp472 miliar—naik dari Rp414 miliar pada kuartal I 2024 dan Rp405 miliar pada periode sama 2023. Secara trailing twelve months, laba MAPI tercatat Rp1,83 triliun. Jika konsistensi ini terjaga, target tahunan Rp1,89 triliun berpotensi tercapai.
Efek konsumsi Iduladha 2025 bersifat sektoral dan terbatas. Di tengah pelemahan daya beli, hanya beberapa sektor yang tetap bisa bergerak—terutama yang berhubungan dengan mobilitas, makanan, dan gaya hidup sehari-hari.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.