Logo
>

Selamatkan Nilai Tukar Rupiah, BI Turunkan Cadangan Devisa

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Selamatkan Nilai Tukar Rupiah, BI Turunkan Cadangan Devisa
Ilustrasi Cadangan devisa Indonesia pada April 2025 menurun signifikan menjadi USD 152,5 miliar dari rekor sebelumnya USD 157,1 miliar pada Maret. (Foto: KabarBursa.com/Abbas Sandji)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Cadangan devisa Indonesia pada April 2025 menurun signifikan menjadi USD 152,5 miliar dari rekor sebelumnya USD 157,1 miliar pada Maret. 

Penurunan bulanan terbesar sejak pertengahan 2022 ini menunjukkan langkah aktif Bank Indonesia (BI) dalam menahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.

Senior Ekonom Fithra Faisal Hastiadi menyebut bahwa penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh intervensi BI di pasar valuta asing serta pembayaran utang luar negeri pemerintah yang terjadwal. 

Intervensi BI diperkirakan mencapai USD 2 miliar selama April, dalam rangka meredam volatilitas berlebihan yang dipicu oleh penguatan Dolar AS dan gejolak eksternal lainnya.

“Langkah intervensi BI mencerminkan sikap proaktif dalam menjaga stabilitas nilai tukar sebagai instrumen utama untuk menjaga ekspektasi inflasi, terutama karena risiko inflasi impor mulai muncul kembali,” ujar Fithra dalam keterangan tertulisnya dikutip Senin, 9 Mei 2025.

Ia menjelaskan, tekanan terhadap Rupiah belakangan ini kembali mencuat akibat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan kekhawatiran pasar atas kemungkinan kebijakan tarif dari Presiden Trump. Kombinasi faktor global tersebut membuat nilai tukar USD/IDR menembus level 16.500, sementara IHSG turut tertekan dan turun 1,4 persen.

Meski cadangan devisa mengalami penurunan, Fithra menegaskan bahwa posisi cadangan Indonesia masih memadai. Dengan level saat ini, cadangan devisa mampu menutup 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah—jauh di atas ambang batas 3 bulan yang direkomendasikan IMF.

Menurut Fithra, lonjakan inflasi tahunan dari 1,03 persen pada Maret menjadi 1,95 persen pada April turut memperkuat alasan intervensi BI. Peningkatan ini didorong oleh permintaan musiman selama Lebaran dan kenaikan harga impor.

Namun, ia memproyeksikan BI tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, dan justru akan melanjutkan kebijakan pelonggaran makroprudensial untuk mendukung penyaluran kredit.

“Pendekatan hati-hati ini memungkinkan pelonggaran makroprudensial tetap berlanjut guna mendukung penyaluran kredit dan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Menurut Fithra, BI kemungkinan besar akan mempertahankan strategi intervensinya dalam jangka pendek, mengingat ketidakpastian global masih tinggi—termasuk arah kebijakan The Fed, ketegangan dagang AS-Tiongkok, dan volatilitas pasar keuangan internasional.

Namun, ia juga melihat peluang pemulihan cadangan devisa di paruh kedua 2025. Pemulihan ini akan ditopang oleh ekspor komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit, bangkitnya sektor pariwisata, serta arus modal dari restrukturisasi BUMN dan penerbitan obligasi.

“Kami memperkirakan cadangan devisa Indonesia akan stabil di kisaran USD 150–155 miliar pada kuartal II 2025, sebelum pulih secara bertahap pada paruh kedua 2025, selama tidak terjadi penurunan besar dalam selera risiko global,” tutur Fithra.

Ia menambahkan, tekanan terhadap Rupiah memang belum sepenuhnya mereda, namun posisi cadangan yang cukup dan intervensi yang bijak diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan dalam waktu dekat.

IKK Indonesia Naik Tipis

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan pada April 2025. Meski demikian, para analis menilai bahwa perbaikan ini belum cukup kuat untuk menghilangkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi, terutama di tengah ketidakpastian sektor ketenagakerjaan dan minimnya dorongan fiskal.

Senior Ekonom Fithra Faisal Hastiadi memandang bahwa tren positif pada IKK lebih mencerminkan stabilitas jangka pendek ketimbang perbaikan yang bersifat struktural.

“Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sedikit meningkat pada April 2025, naik tipis menjadi 121,7 dari sebelumnya 121,1 pada Maret. Ini mematahkan tren penurunan selama tiga bulan terakhir dan mengisyaratkan stabilisasi sementara dalam sentimen rumah tangga,” ujar Fithra dalam pernyataan resminya, Minggu, 11 Mei 2025.

Ia menjelaskan bahwa kenaikan indeks ini didorong oleh meningkatnya persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini, termasuk persepsi terhadap pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja jika dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.

Secara rinci, persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini naik 3,1 poin menjadi 113,7. Persepsi terhadap pendapatan meningkat 4,1 poin ke angka 125,4, sementara pandangan atas ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan terakhir naik 1,3 poin ke 101,6.

Namun, Fithra menekankan bahwa pemulihan ini belum menyeluruh dan masih diliputi berbagai risiko. Ia mencatat bahwa sub-indeks ketersediaan kerja secara keseluruhan justru mengalami penurunan sebesar 2,4 poin ke level 123,5. Hal serupa juga terlihat pada indikator prospek ekonomi yang turun 1,9 poin ke 129,8.

Dengan kata lain, meski sentimen konsumen membaik dalam jangka pendek, ketidakpastian masih terasa akibat kekhawatiran terhadap kondisi pasar tenaga kerja yang belum pulih sepenuhnya.

Fithra juga menyoroti adanya perbedaan mencolok antara sentimen konsumen saat ini dan proyeksi ke depan. Ia menilai bahwa peningkatan persepsi terhadap pendapatan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor musiman, seperti bonus tahunan dan peningkatan likuiditas rumah tangga setelah Idul Fitri.

“Belanja rumah tangga selama Lebaran lebih rendah dari perkiraan, dan kinerja ritel belum sepenuhnya pulih. Hal ini memperkuat kekhawatiran bahwa pemulihan konsumsi rumah tangga masih dangkal dan tidak konsisten,” tambahnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Ayyubi Kholid

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.