Logo
>

Sepekan Emas Melemah: Langkah Berat Menuju Target USD5.000

Emas bergerak sempit di sekitar USD4.200 sepekan terakhir, mencerminkan fase konsolidasi setelah reli panjang, sementara pasar menimbang profit taking dan arah kebijakan moneter global.

Ditulis oleh Yunila Wati
Sepekan Emas Melemah: Langkah Berat Menuju Target USD5.000
Ilustrasi emas. Foto: Dok KabarBursa.com

KABARBURSA.COM – Harga emas dunia (XAU/USD) terus bergerak sempit. Sepekan terakhir, 1-5 Desember 2025, pergerakannya terus terkoreksi. Sepertinya emas sedang menunjukkan fase konsolidasi di dekat level psikologi USD4.200, usai reli panjang yang berlangsung sejak awal 2024.

Dalam satu minggu terakhir, kinerja emas terkoreksi 0,79 persen menjadi USD.197,25, dari pekan sebelumnya yang berada di level USD4.208,9. Koreksi ini menjadi yang terendah. Namun, penurunan ini sebenarnya tidak mengubah tren kenaikan, melainkan indikasi bahwa pasar sedang mencerna lonjakan harga yang begitu agresif dalam dua bulan terakhir, di mana emas sempat mencetak rekor baru di USD4.381,6 dalam rentang dua minggu.

Hal yang sama terjadi dalam pergerakan intraday-nya. Ada dinamika yang relatif sempit, di mana rentang hariannya hanya berkisar di area USD4.191,95 hingga USD4.259,55. Di sini, volatilitas mulai menurun dibandingkan fase reli Oktober hingga November. Saat itu, emas melompat dari area USD3.500 menuju USD4.300 hanya dalam beberapa minggu.

Likuiditas Kuat dan Spread Masih Rapat

Sementara itu, dari sisi mikrostruktur, posisi bid emas saat ini berada di USD4.198.07, sementara ask di USD4.198,44. Angka-angka ini menggambarkan likuiditas yang masih kuat dan spread yang sangat rapat. Cocok dengan tipikal emas yang berada dalam zona stabil, bukan panik.

Harga pembukaan yang berada di level 4.208,69, yang tidak jauh dari harga penutupan sebelumnya, menyatakan bahwa tekanan jual tidak bersifat struktural.

Jika menengok lebih panjang ke belakang, performa emas memang tetap dominan. Dalam enam bulan terakhir kenaikan mencapai 26,80 persen, sementara tiga bulan ke belakang kenaikan mencapai 17,02 persen. Sedangkan sepanjang satu bulan ini, kenaikannya mencapai 5,52 persen.

Sedangkan peningkatan hampir 60 persen dalam setahun Adalah anomali historis bagi komoditas safe haven dan biasanya hanya terjadi ketika ada tekanan makro kuat yang bersifat sistemik.

Lalu, apa yang mendorong pergerakan emas pada pekan ini?

Selama seminggu terakhir, sentiment pasar emas berada pada titik tarik menarik antara dua kekuatan, yaitu permintaan safe haven jangka panjang yang masih tinggi dan rotasi risiko jangka pendek di pasar global.

Di sini, investor global masih menaruh kepercayaan kuat pada emas sebagai lindung nilai terhadap risiko. Narasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada 2026, ketidakpastian fiskal Amerika Serikat, serta menyempitnya ruang investasi obligasi karena yield yang mulai stagnan, tetap menjaga emas pada level tinggi.

Hanya saja, aksi profit taking yang terjadi setelah emas mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, membuat emas bergerak lebih sempit. Ketika memasuki fase konsolidasi, emas menjadi sasaran untuk pengambilan keuntungan, karena reli sebelumnya sudah sangat tinggi.

Belum lagi stabilisasi sementara pada dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintahannya, cukup menahan momentum emas.

Pasar modal sendiri seperti sedang menarik napas dan belum menentukan apakah emas akan melanjutkan trennya menuju USD4.500-5.000 atau justru kembali menguji support kuat di area USD4.000-4.500.

Emas Tidak Akan Sentuh USD5.000

Menurut Vice President Equity Retail PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi Kasmarandana, pergerakan emas diperkirakan tidak sampai menyentuh level USD5.000. Disampaikannya, harga emas akan bergerak paling tinggi di level USD4.600 hingga kuartal pertama 2026.

“Kenaikan harga emas yang sangat signifikan ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, pembelian oleh bank sentral yang sangat signifikan, contohnya China. Bank Sentral China selama 55 tahun terakhir selalu membeli emas hingga 1000 ton dalam bentuk fisik. Aksi ini yang kemudian mendorong emas melesat hingga sekarang, karena permintaan akan emas fisik oleh Bank Sentral China masih sangat tinggi,” kata Audi dalam webinar bersama KabarBursa.com, Jumat, 5 Desember 2025.

Namun, lanjut Audi, untuk kenaikan harga emas diperkirakan tidak akan menyentuh harga USD5.000. Berdasarkan data, posisinya hanya mentok di angka USD4.600.

“Ada yang menahan laju emas, salah satunya adalah dinamika geopolitik AS yang mulai stabil. Kita juga belum tahu, sampai kapan bank sentral menumpuk emas. Makanya, secara data, kemungkinan tren kenaikan masih ada hingga kuartal pertama 2026,” lanjut dia.

Dari perspektif teknikal psikologis, level USD.200 kini menjadi zona tarik ulur utama. Dalam sepekan terakhir, emas berulang kali ditarik ke bawah level ini, tetapi selalu kembali masuk. Di sini, pembeli institusi yang masih menjaga struktur tren.

Performa emas selama satu pekan terakhir tampak melemah secara nominal, tetapi struktur trennya tetap sangat kuat. Koreksi –0,79 persen tidak mengubah kesimpulan fundamental bahwa emas berada dalam supercycle jangka panjang yang dipicu oleh pergeseran strategi investasi global ke aset keras (hard assets). Yang terjadi pekan ini lebih merupakan fase stabilisasi setelah reli yang terlalu cepat.

Dengan volatilitas yang turun, tekanan jual yang relatif ringan, serta kemampuan harga bertahan di zona USD4.200, pasar emas memperlihatkan karakter konsolidasi sehat. Sentimen jangka pendek memang sedang menahan kenaikan, tetapi sentimen jangka panjang tetap mendukung, terutama di tengah ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global dan meningkatnya risiko geopolitik.

Jika tren saat ini berlanjut, emas mungkin hanya sedang “menyiapkan tenaga” untuk fase kenaikan berikutnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79