KABARBURSA.COM - PT Pertamina (Persero) mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang konsisten dalam empat tahun terakhir. Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, mengatakan perusahaan pelat merah ini berhasil menciptakan keseimbangan baru dalam menghadapi dinamika harga minyak dunia.
“Kalau dilihat secara CAGR 2021-2024, pertumbuhan kinerja keuangan Pertamina mencapai 9 persen. Ini didorong oleh performa impresif selama periode 2021 hingga 2023,” ujar Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 22 Mei 2022.
Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar USD2,1 miliar (Rp34,44 triliun) saat harga minyak mentah atau crude di level USD 69 per barel pada tahun 2021. Ketika harga melonjak ke USD97 per barel pada 2022, laba pun meningkat signifikan menjadi USD 3,8 miliar—mayoritas disumbang dari sektor hulu.
Namun yang menarik, meski harga crude turun ke USD 78 per barel di 2023, Pertamina tetap mampu membukukan kenaikan laba menjadi USD 4,4 miliar.
“Kita menemukan keseimbangan baru. Jadi saat harga tidak setinggi 2022 pun, kami tetap mampu mencetak keuntungan yang lebih besar,” ungkap Wiko.
Untuk tahun 2024, Wiko memperkirakan laba bersih mencapai USD3,1 miliar atau setara Rp50,84 triliun. “Ini masih dalam tahap audit dan menunggu persetujuan dalam bentuk rupiah, tapi Insya Allah kami bisa capai angka itu,” katanya optimistis.
Setor ke Negara Tembus Rp300 Triliun
Tak hanya mencetak laba jumbo, Pertamina juga berkontribusi signifikan terhadap penerimaan negara. Sejak 2022, total kontribusi Pertamina kepada negara telah menembus angka Rp300 triliun per tahun, terdiri dari pajak, PNBP, dan dividen.
“Kalau di tahun 2021 kontribusinya masih di bawah Rp300 triliun, mulai 2022 kita sudah konsisten di atas angka itu,” kata Wiko.
Investasi juga menjadi prioritas. Pada 2024, realisasi investasi Pertamina mencapai USD 6,6 miliar. Dana ini digunakan untuk berbagai program strategis, dari peningkatan produksi hulu hingga distribusi bahan bakar minyak (BBM) melalui anak usaha Pertamina Patra Niaga.
“Ini bentuk komitmen kami dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendukung transformasi industri migas nasional,” imbuhnya.
Di sektor hulu, Pertamina menunjukkan dominasi kuat. Saat ini perusahaan mengelola 69 persen dari total produksi minyak nasional, serta 37 persen dari produksi gas nasional. Hal ini diperoleh dari pengelolaan wilayah kerja (WK) yang mewakili 24 persen dari total WK yang ada di Indonesia.
Produksi minyak menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,4 persen, sementara gas tumbuh 3 persen. Pertamina juga berhasil mengurangi laju penurunan produksi (decline rate) secara signifikan.
“Penurunan alami (natural decline) di sektor minyak yang biasanya 22 persen berhasil kami tekan hingga hanya 2 persen. Di sektor gas, dari minus 16 persen, sekarang tumbuh positif,” kataWiko.
Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari penerapan teknologi canggih di lapangan migas yang sudah mature. Di Blok Rokan, misalnya, Pertamina telah menerapkan teknologi multistage fracturing, steam flood di 14 area baru, serta berbagai skema enhanced oil recovery (EOR) lainnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.