Logo
>

Siap-siap Bawa Payung Nanti Malam, ini Peringatan BMKG

Ditulis oleh KabarBursa.com
Siap-siap Bawa Payung Nanti Malam, ini Peringatan BMKG

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa wilayah Jabodetabek akan dihiasi langit cerah pada pagi hingga siang hari, sebelum hujan turun di malamnya, Sabtu 10 Agustus 2024

    Pantauan di situs BMKG.go.id mengindikasikan Jakarta Pusat bakal cerah mulai pukul 8.00 WIB hingga malam hari, dengan suhu berkisar 25-32 derajat Celcius dan kelembapan 70-90 persen.

    Jakarta Utara, Timur, dan Kepulauan Seribu juga diprediksi cerah berawan hingga pukul 13.00 WIB. Namun, Jakarta Selatan, Barat, dan Timur akan dilanda hujan ringan dari sore hingga malam.

    Kota Bogor pun tak luput dari hujan ringan di sore hari sekitar pukul 16.00-17.00 WIB, meski pagi dan siangnya cerah berawan.

    Depok akan cerah di pagi hari, tetapi berawan pada malam hingga dini hari. Tangerang diprediksi cerah berawan sepanjang hari dengan kelembapan 50-95 persen dan suhu 25-34 derajat Celcius. Bekasi akan cerah dari pagi hingga sore, dan malamnya cerah berawan hingga pukul 23.00 WIB.

    Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia akan memasuki musim kemarau mulai Mei hingga Agustus 2024. Mayoritas wilayah diprediksi mengalami sifat hujan yang normal, dengan puncak kemarau terjadi pada bulan Juli dan Agustus.

    Sektor Pertanian Terancam

    Perubahan iklim yang semakin nyata, dengan pola curah hujan yang berubah dan kenaikan suhu udara, mengakibatkan penurunan tajam dalam produksi pertanian. Fenomena ekstrem seperti banjir dan kekeringan memperluas area gagal panen atau puso. Dampaknya, ketahanan pangan nasional bisa terganggu jika tidak ada tindakan mitigasi dan adaptasi yang tepat.

    Dwikorita, Kepala BMKG, menekankan pentingnya pemahaman para petani tentang cuaca dan iklim. Dengan pengetahuan ini, petani bisa menyesuaikan waktu tanam, memilih varietas unggul yang tahan kekeringan, dan mengelola air dengan lebih baik. Melalui SLI, BMKG berharap bisa membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jeruk di Purworejo.

    Fenomena El Nino dan IOD Positif tahun ini diperkirakan membuat musim kemarau lebih kering, dengan curah hujan yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini diprediksi mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga awal September.

    Badan PBB, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), telah menyusun skenario iklim untuk memproyeksikan perubahan iklim global dan regional hingga tahun 2100. Skenario iklim adalah pendekatan untuk memprediksi kondisi iklim masa depan dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhinya.

    Proyeksi ini diperlukan guna memahami kemungkinan kondisi iklim yang akan datang, meskipun memiliki ketidakpastian yang meningkat seiring waktu. Skenario emisi yang digunakan dalam proyeksi ini mengukur faktor-faktor yang memengaruhi emisi gas rumah kaca (GRK) dan konsentrasi di atmosfer, yang berdampak pada Radiative Forcing (RF). Peningkatan RF dapat memicu pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.

    Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Luki Subehi, dalam acara Webinar Talk to Scientist (TTS), menekankan pentingnya mitigasi bencana terkait ketersediaan air di daerah yang rawan kekeringan, serta perlunya kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat dalam membangun strategi yang efektif.

    Luki juga menekankan perlunya pemanfaatan teknologi untuk memprediksi dan merespons bencana dengan lebih baik. Soenardi, Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, menambahkan bahwa Indonesia terletak di wilayah ekuator, sehingga cuaca sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena seperti monsoon cold surge, La Niña, dan El Niño. Cuaca ekstrem sepanjang tahun dapat menyebabkan bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan, dan lainnya.

    Rachmat Fajar Lubis, peneliti BRIN, menyoroti pentingnya melihat potensi bencana akibat perubahan cuaca yang terjadi saat ini. BRIN telah mengembangkan berbagai sistem informasi untuk memonitor bencana seperti kebakaran hutan dan banjir. Salah satu solusi yang diusulkan adalah teknologi hujan buatan yang telah terbukti efektif dalam memitigasi kekeringan. Selain itu, perhatian terhadap manajemen sumber daya air juga sangat penting, dengan pengembangan sistem pengelolaan air yang terpadu dan berkelanjutan.

    Budi Prastowo, Kepala Subdirektorat Keandalan Bangunan Gedung, menekankan pentingnya mitigasi bencana di bidang infrastruktur melalui perencanaan yang matang dan penggunaan teknologi ramah lingkungan. Bangunan yang andal dan infrastruktur yang aman dari bencana adalah kunci untuk menghadapi tantangan perubahan cuaca yang semakin ekstrem. Selain itu, kebijakan dan strategi penanganan bencana harus diimplementasikan dengan baik, termasuk penyediaan air minum dan sanitasi yang memadai selama kondisi bencana. (*)

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi