KABARBURSA.COM - Singapore Airlines telah menerima persetujuan dari pemerintah India untuk melanjutkan investasi asing langsungnya dalam penggabungan maskapai Vistara dengan Air India. Vistara adalah perusahaan patungan di mana Tata Group memiliki 49 persen saham, dan penggabungan ini bertujuan untuk menciptakan maskapai penerbangan layanan penuh yang dominan baik di pasar domestik maupun internasional.
Langkah ini pertama kali diumumkan pada November 2022, dan Singapore Airlines mengharapkan proses penggabungan ini selesai pada akhir tahun ini. Meskipun demikian, target waktu awal yang ditetapkan pada Maret mungkin akan tertunda. Singapore Airlines juga sedang membahas perpanjangan dari tanggal akhir yang disepakati, yaitu pada 31 Oktober.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Singapore Airlines akan memperoleh 25,1 persen saham di grup gabungan Air India dengan investasi sebesar USD250 juta. Setelah penggabungan selesai, Singapore Airlines berencana untuk berinvestasi hingga SGD880 juta (sekitar USD675,42 juta).
India, sebagai salah satu pasar penerbangan yang tumbuh paling cepat di dunia, telah menarik perhatian maskapai penerbangan global. Maskapai penerbangan India juga telah membuat pesanan rekor untuk pesawat baru. Singapore Airlines, yang merupakan satu-satunya maskapai asing dengan kepemilikan langsung di maskapai India, berperan penting dalam memperkuat posisi Air India di pasar yang semakin kompetitif.
Tata Group, yang mengambil alih Air India pada 2022, telah memulai transformasi besar-besaran untuk memodernisasi maskapai penerbangan nasional tersebut.
Jadwal Pengoperasian Pesawat
Maskapai penerbangan India, Vistara, mengumumkan bahwa mulai November, pesawat-pesawatnya akan dioperasikan oleh Air India sebagai bagian dari proses merger yang telah mendapatkan persetujuan penting dari pemerintah India.
Menurut Reuters pada Jumat, 30 Agustus 2024, Singapore Airlines, yang memiliki 49 persen saham Vistara dalam kemitraan dengan Tata Group India, telah menerima lampu hijau untuk investasi asing langsung ke Air India. Ini menandai langkah signifikan dalam merger antara kedua maskapai.
India, yang merupakan salah satu pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, telah melihat maskapai-maskapai global meningkatkan frekuensi penerbangan dan melakukan pesanan rekor untuk pesawat baru tahun lalu.
Singapore Airlines memperkirakan proses merger ini, yang sudah mendapatkan persetujuan dari regulator antimonopoli di India dan Singapura, akan selesai pada akhir tahun 2024. Meskipun proses ini mengalami penundaan dari target awal Maret, perusahaan sedang dalam pembicaraan untuk memperpanjang tanggal penghentian yang disepakati pada 31 Oktober.
Vistara mengumumkan bahwa mulai 3 September, pemesanan dengan maskapai ini untuk perjalanan setelah 12 November tidak akan lagi tersedia. Semua penerbangan Vistara setelah tanggal tersebut akan dikelola oleh Air India, dan pemesanan untuk rute-rute tersebut akan dialihkan ke situs web Air India.
Campbell Wilson, CEO Air India, menyatakan bahwa tim Air India telah bekerja dengan Vistara selama beberapa bulan untuk memastikan transisi yang mulus. Mereka berharap dapat menawarkan jaringan penerbangan yang lebih luas, lebih banyak pilihan, dan program frequent flyer yang ditingkatkan. Merek Vistara akan dihentikan setelah proses ini selesai.
Singapore Airlines, sebagai satu-satunya maskapai asing yang memiliki saham langsung di maskapai India, akan memegang 25,1 persen saham di grup gabungan Air India sebagai imbalan atas investasi sebesar USD250 juta. Setelah merger selesai, Singapore Airlines akan berinvestasi tambahan hingga 50,2 miliar rupee India (USD599 juta).
Tata Group mengambil alih Air India pada tahun 2022 dan memulai transformasi besar-besaran pada maskapai penerbangan milik negara tersebut.
(1 dolar = 1,3029 dolar Singapura)
(1 dolar = 83,8660 rupee India)
Saham Ambruk
Singapore Airlines melaporkan penurunan laba kuartal pertama sebesar 38,4 persen pada 31 Juli 2024, dipicu oleh turunnya pendapatan penumpang dan lonjakan biaya bahan bakar.
Laba bersih maskapai asal Singapura ini merosot menjadi SD452 juta (USD337,5 juta) untuk periode yang berakhir pada 30 Juni, dibandingkan dengan SD734 juta pada tahun lalu. Angka ini juga berada di bawah ekspektasi konsensus Visible Alpha yang memproyeksikan laba sebesar SD504,6 juta.
Di tengah permintaan perjalanan udara yang tinggi, terutama selama musim panas, maskapai global telah memperluas jumlah penerbangan dan rute mereka. Namun, peningkatan persaingan ini telah menekan harga tiket dan memperkecil margin keuntungan, sementara biaya bahan bakar terus meningkat.
Laporan ini juga menjadi yang pertama sejak insiden turbulensi parah yang dialami penerbangan London-Singapura pada 20 Mei lalu, yang mengakibatkan puluhan penumpang terluka dan satu orang meninggal.(*)