Logo
>

Sinyal Dua Indikator BI Tunjukkan Konsumsi Masyarakat Pulih?

IKK 117,2 dan IPR Agustus 2,7 persen yoy, inflasi inti 2,17 persen, kredit konsumsi 8,11 persen yoy.

Ditulis oleh Syahrianto
Sinyal Dua Indikator BI Tunjukkan Konsumsi Masyarakat Pulih?
Konsumsi rumah tangga mulai bergerak, tetapi belum bertenaga. (Foto: Dok. KabarBursa)

KABARBURSA.COM – Konsumsi rumah tangga mulai bergerak, tetapi belum bertenaga. Indikator utama menunjukkan optimisme tetap terjaga, sementara ruang belanja sedikit menyempit. Inflasi yang landai memberi alas, meski kredit konsumsi melambat.

Data terbaru Bank Indonesia (BI) sampai Agustus 2025 memperlihatkan hal itu. Data ini penting untuk menentukan napas pertumbuhan. Komponen penilaiannya adalah sentimen, perilaku belanja, harga, dan ritel.

Pada sisi indikator utama, IKK berada di 117,2 dengan IKE 105,1 dan IEK 129,2, sedangkan penjualan eceran Agustus diprakirakan 221,7 atau tumbuh 2,7 persen year on year (yoy) dan minus 0,3 persen secara bulanan.

Melihat Denyut Konsumsi Masyarakat

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus berada di zona optimis 117,2. Komponen kondisi saat ini 105,1 dan ekspektasi 129,2 menjaga optimisme ke depan, meski penilaian terhadap kondisi sekarang melemah tipis. 

IEK relatif stabil dibanding bulan sebelumnya 129,6, menandakan ekspektasi konsumen belum berubah banyak. Struktur subindeks menunjukkan IPSI 116,9, IPDG 105,1, sementara IKLK masih pesimis di 93,2.

Optimisme tertinggi muncul pada responden dengan pengeluaran di atas lima juta rupiah. Dari sisi demografi, kelompok usia 20 sampai 30 tahun mencatat optimisme tertinggi; secara spasial, IKK turun di beberapa kota seperti Semarang, Banjarmasin, dan Pontianak.

Di dompet rumah tangga, proporsi pendapatan untuk konsumsi turun ke 74,8 persen. Porsi cicilan terhadap pendapatan naik ke 11,4 persen, sedangkan tabungan relatif stabil 13,7 persen. Kecenderungan ini sejalan dengan posisi IPDG yang masih di zona optimis 105,1, tetapi belum kuat untuk mendorong lonjakan belanja barang tahan lama.

Tekanan cicilan paling terasa pada kelompok pengeluaran satu sampai dua juta rupiah dan tiga koma satu sampai empat juta rupiah.

Inflasi memberi ruang bernapas. IHK Agustus 2025 tercatat 2,31 persen yoy, dengan inflasi inti 2,17 persen. Secara bulanan, IHK mengalami deflasi 0,08 persen; tekanan turun terutama dari volatile food dan administered prices, sementara inflasi inti tetap dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.

BI menilai perbaikan permintaan masih gradual, sejalan dengan kredit konsumsi Juli yang tumbuh 8,11 persen yoy, melambat dibanding bulan sebelumnya.

BI juga mencatat deflasi administered prices 0,08 persen secara bulanan pada Agustus, dipengaruhi turunnya harga BBM nonsubsidi dan diskon tarif angkutan udara dalam rangka HUT RI.

Ekspektasi harga ke depan juga tidak memanas. Konsensus memprakirakan inflasi akhir tahun sekitar 2,4 persen dan ekspektasi harga pedagang eceran untuk tiga dan enam bulan ke depan cenderung melandai. 

Indeks Ekspektasi Harga Umum Oktober 2025 tercatat 134,8, relatif stabil, sedangkan Januari 2026 naik ke 169,3.

Ini selaras dengan deflasi kelompok administered prices secara bulanan pada Agustus, antara lain karena penyesuaian harga BBM nonsubsidi dan diskon tarif angkutan udara saat HUT RI.

Di sisi pangan, stok Cadangan Beras Pemerintah akhir Agustus berada di 3,91 juta ton, SPHP kembali digencarkan sejak Juli, dan HET beras disesuaikan pada 22 Agustus 2025 untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.

Seperti Apa Trennya?

Dari sisi penjualan ritel, IPR Juli masih tumbuh empat koma tujuh persen yoy, meski minus empat koma satu persen secara bulanan karena efek pascalibur. 

Pertumbuhan yoy yang positif pada Juli terutama ditopang kelompok suku cadang dan aksesori serta perlengkapan rumah tangga lainnya; peralatan informasi dan komunikasi masih tertahan.

Untuk Agustus, IPR diprakirakan 221,7, setara dua koma tujuh persen yoy dan minus nol koma tiga persen bulanan, artinya pelemahan bulanan mulai dangkal. Sejalan dengan itu, pelaku ritel menurunkan ekspektasi penjualan: IEP Oktober 2025 menjadi 143,0 dan Januari 2026 menjadi 157,5, lebih rendah dari periode sebelumnya.

Sisi harga ke depan terlihat stabil dalam tiga bulan dan cenderung meningkat enam bulan, tercermin dari IEH 134,8 untuk Oktober 2025 dan 169,3 untuk Januari 2026.

Pemulihan belum merata. Secara spasial, Surabaya tumbuh dua belas koma tujuh persen yoy, Semarang termasuk Purwokerto sebelas koma tiga persen, Banjarmasin sebelas koma tiga persen, dan Denpasar tiga koma sembilan persen. 

Sebaliknya, DKI Jakarta minus dua puluh dua koma satu persen, Medan minus empat belas koma delapan persen, dan Manado minus dua puluh tujuh koma enam persen.

Polanya konsisten dengan temuan bahwa sebagian kota besar masih dalam fase penyesuaian setelah periode liburan, sementara beberapa kota di Jawa dan Kalimantan berada di zona ekspansi.

Kategori penyumbang yoy di Juli antara lain suku cadang dan aksesori serta perlengkapan rumah tangga lainnya. 

Menjelang Agustus, perbaikan bertahap juga terlihat di bahan bakar kendaraan bermotor, barang budaya dan rekreasi, serta sandang. 

Lanskap ini menunjukkan pemulihan yang selektif, lebih kuat di kebutuhan rutin dan kota-kota tertentu.

Di sisi harga pangan, gambarnya campuran. Kelompok volatile food mengalami deflasi bulanan berkat pasokan panen cabai dan bawang putih, namun secara tahunan masih lebih tinggi dari bulan sebelumnya. 

Pemerintah menahan gejolak lewat CBP yang tinggi dan program SPHP, sembari menyesuaikan HET beras pada 22 Agustus untuk menyeimbangkan struktur biaya.

BI mencatat VF turun 0,61 persen secara bulanan pada Agustus, sementara secara tahunan kelompok ini masih naik 4,47 persen; administered prices mencatat inflasi 1,00 persen yoy. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.