KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah terhadap sejumlah mata uang utama pada perdagangan Rabu waktu setempat, 26 November 2025. Ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan Desember, menjadi katalis dominan yang menekan greenback.
Serangkaian indikator yang tidak cukup solid untuk menggoyahkan pandangan dovish pasar membuat dolar kehilangan momentumnya di sesi malam.
Pergerakan yen menjadi sorotan tersendiri. Mata uang Jepang ini sebelumnya sempat menguat akibat spekulasi bahwa Bank of Japan (BOJ) dapat menaikkan suku bunga bulan depan, terutama setelah beberapa pejabat memberi sinyal perlunya penyesuaian kebijakan.
Namun sentimen tersebut memudar dengan cepat hingga akhirnya memicu pelemahan yen terhadap dolar. Investor waspada terhadap potensi intervensi pemerintah Jepang, tetapi tanpa indikasi konkret dalam waktu dekat, tekanan jual kembali mendominasi pergerakan yen.
Sementara itu, poundsterling mencatat penguatan stabil setelah pemerintah Inggris menyampaikan anggaran baru yang memberikan ruang fiskal lebih besar dari perkiraan. Prospek fiskal yang lebih longgar ini memberi dukungan bagi mata uang Inggris, di tengah harapan bahwa belanja pemerintah dapat menopang pertumbuhan ekonomi dalam beberapa kuartal mendatang.
Di pasar Eropa, euro menguat tipis ke USD1,1590. Mata uang tunggal ini mengambil keuntungan dari pelemahan dolar, meski tidak didukung oleh katalis ekonomi baru dari zona euro. Pergerakan euro lebih banyak bersifat reflektif terhadap sentimen pasar global yang condong ke aset berisiko dan pandangan dovish The Fed.
Aksi paling agresif terlihat pada dolar Selandia Baru. Kiwi melonjak 1,3 persen ke USD0,5695 setelah bank sentral Selandia Baru menurunkan suku bunga menjadi 2,25 persen, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Namun bukan kebijakan itu yang mendorong reli, melainkan pernyataan bahwa siklus pelonggaran kemungkinan mendekati akhir karena ekonomi mulai menunjukkan pemulihan. Prospek berakhirnya fase pemotongan suku bunga memberi tenaga baru bagi kiwi.
Dolar Australia juga menguat, naik 0,7 persen ke USD0,6517. Kenaikan ini terjadi setelah data inflasi Australia mencatat kenaikan empat bulan berturut-turut pada Oktober.
Lonjakan inflasi tersebut langsung menutup peluang bagi pelonggaran kebijakan moneter tambahan, sehingga memberikan dukungan langsung terhadap AUD.
Secara keseluruhan, performa dolar AS hari ini mencerminkan pasar yang semakin yakin bahwa suku bunga akan turun dalam waktu dekat. Kombinasi spekulasi kebijakan global, proyeksi fiskal Inggris, dan sinyal perubahan arah bank sentral di Asia-Pasifik membuat lanskap pasar valas bergerak dinamis.
Dolar kehilangan dominasi jangka pendeknya ketika investor lebih memilih mata uang dengan prospek kebijakan yang lebih jelas dan risiko yang lebih terukur.(*)