KABARBURSA.COM – Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan harian untuk hari keenam berturut-turut pada Senin, 28 Juli 2025, diikuti Nasdaq yang juga membukukan rekor penutupan tertinggi.
Namun, perdagangan berlangsung fluktuatif seiring investor mencermati kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa serta bersiap menghadapi sejumlah pemicu besar pasar pekan ini.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan kerangka kerja baru perdagangan pada Minggu. Dalam kesepakatan itu, tarif impor dari Uni Eropa dipangkas menjadi 15 persen, separuh dari tarif 30 persen yang sebelumnya direncanakan berlaku mulai 1 Agustus. Meski demikian, Prancis mengecam kesepakatan ini sebagai bentuk “penyerahan diri”.
Kesepakatan dagang dengan Uni Eropa menjadi pengumuman terbaru dari serangkaian perjanjian dagang AS dalam beberapa hari terakhir, termasuk dengan Jepang dan Indonesia.
Di sisi lain, pejabat ekonomi AS dan Tiongkok juga kembali menggelar perundingan di Stockholm dalam upaya menyelesaikan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
“Kesepakatan ini membuat pasar sedikit lega karena skenario terburuk berupa tarif besar-besaran batal diterapkan,” ujar Scott Welch, Chief Investment Officer di Certuity, Potomac, Maryland. “Namun terlalu dini menilai dampak jangka panjangnya. Ini memang lebih baik dari alternatif lainnya, dan saya berharap dialog terus berlanjut.”
Sebagaimana dilaporkan Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 64,36 poin atau 0,14 persen ke level 44.837,56. S&P 500 naik tipis 1,13 poin atau 0,02 persen ke 6.389,77, sementara Nasdaq Composite menguat 70,27 poin atau 0,33 persen ke 21.178,58.
Indeks acuan S&P 500 kini telah mencetak enam rekor penutupan harian berturut-turut dan mencatatkan rekor ke-15 sepanjang tahun 2025. Reli saham terjadi sejak tekanan jual besar-besaran pada awal April lalu, saat Trump mengumumkan serangkaian tarif ekspor impor baru.
Antusiasme pasar terhadap potensi teknologi kecerdasan buatan (AI), realisasi sejumlah kesepakatan dagang, serta sinyal awal musim laporan keuangan yang diprediksi lebih baik dari ekspektasi turut mendorong penguatan saham-saham Wall Street.
Pasar kini menanti pengumuman kebijakan suku bunga dari Federal Reserve pada Rabu. Bank sentral AS diperkirakan akan menahan suku bunga tetap, meski Presiden Trump terus menekan Ketua The Fed Jerome Powell untuk segera menurunkan biaya pinjaman.
Pekan ini juga akan dipenuhi dengan rilis laporan keuangan dari emiten besar seperti Meta, Microsoft, Amazon, dan Apple yang berpotensi menggerakkan sentimen investor secara signifikan.
Di samping rapat The Fed dan laporan keuangan, sejumlah data ekonomi penting juga akan dirilis, termasuk laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) sebagai indikator inflasi favorit The Fed, serta data ketenagakerjaan pemerintah yang akan mencerminkan dampak tarif terhadap harga konsumen dan pasar tenaga kerja.
Saham Nike melonjak 3,89 persen setelah JPMorgan menaikkan peringkatnya menjadi “overweight” dari sebelumnya “netral”, dan menyarankan investor untuk “langsung beli”.
Sektor energi memimpin penguatan indeks S&P dengan kenaikan 1,15 persen didorong lonjakan harga minyak lebih dari 2 persen. Sebaliknya, sektor properti dan material menjadi pemberat utama dengan pelemahan masing-masing 1,75 persen dan 1,44 persen.
Di Bursa New York (NYSE), jumlah saham turun melampaui yang naik dengan rasio 1,81 banding 1. Sementara di Nasdaq, saham turun mengungguli saham naik dengan rasio 1,48 banding 1.
S&P 500 mencatat 26 saham yang menyentuh level tertinggi 52 minggu dan lima saham menyentuh level terendah baru. Nasdaq mencatatkan 68 saham di level tertinggi 52 minggu dan 54 saham di level terendah.
Volume perdagangan di bursa AS tercatat sebanyak 17,58 miliar lembar saham, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir sebesar 17,84 miliar saham. (*)