Logo
>

S&P 500 dan Nasdaq Menanjak, Dow Turun: Wall Street Hadapi Tekanan AS-China

Wall Street ditutup variatif, didorong lonjakan saham bank dan teknologi, sementara ketegangan dagang AS–China dan prospek pemangkasan suku bunga tetap membayangi pasar.

Ditulis oleh Yunila Wati
S&P 500 dan Nasdaq Menanjak, Dow Turun: Wall Street Hadapi Tekanan AS-China
Ilustrasi Wall Street. Foto: Freepik.

KABARBURSA.COM – Bursa saham Amerika, Wall Street, menutup perdagangan Rabu waktu New York atau Kamis pagi WIB, 16 Oktober 2025 dengan nada campuran. S&P 500 dan Nasdaq menanjak beriringan, masing-masing menguat 0,40 persen ke level 6,671,06 dan 0,66 persen ke 22.670,08.

Sementara, Dow Jones Industrial Average sedikit terseret turun 0,04 persen ke 46.253,31. 

Katalis utama yang menjadi penggerak pasar Adalah sektor keuangan. Morgan Stanley dan Bank of America tampil sebagai Bintang. Kedua bank raksasa ini melesat masing-masing 4,7 persen dan 4,4 persen setelah laporan laba kuartal ketiganya melampauai ekspektasi.

Kenaikan tersebut mendorong indeks sektor perbankan S&P 500 melonjak 1,2 persen dan memperpanjang rangkaian kenaikan selama tiga hari berturut-turut.

Optimisme ini semakin dipertegas oleh hasil kuat dari Goldman Sachs dan JPMorgan Chase sehari sebelumnya, yang juga mencatatkan pertumbuhan signifikan di lini bisnis yang sama. 

Para analis menilai, laporan keuangan tersebut menjadi cerminan kekuatan konsumen dan pasar tenaga kerja AS yang masih kokoh. Senior Portfolio Manager GLOBALT di Atlanta Thomas Martin, menekankan bahwa inflasi dan tingkat pekerjaan masih berada di ‘zona nuaman’, meskipun resesi masih membayangi.

Sektor Teknologi “Meledak”

Sementara itu, di sektor teknologi, indeks Semikonduktor Philadelphia melonjak 3 persen setelah ASML, yang merupakan raksasa teknologi asal Belanda, melaporkan pesanan dan laba operasional yang jauh melampaui ekspektasi.

Hal ini didorong oleh ledakan investasi di bidang kecerdasan buatan (AI). Saham ASML di bursa AS naik 2,7 persen dan menjadi bahan bakar utama penguatan Nasdaq. 

Dalam geliat yang sama, konsorsium investasi besar yang terdiri dari BlackRock, Microsoft, dan Nvidia, mengumumkan rencana akuisisi operator pusat data senilai USD40 miliar. Isu ini langsung memicu reli besar di saham-saham data center seperti Applied Digital.

Namun, tidak semua berpesta. Saham Abbott Laboratories turun 2,4 persen karena laporan pendapatannya di bawah ekspektasi pasar. Begitu pula Progressive Corp, ambruk 5,8 persen setelah laporan kinerjanya mengecewakan.

Di sisi lain, Bunge Limited mencuri perhatian di S&P 500 dengan lonjakan hampir 13 persen. Burge Limited menurunkan proyeksi laba 2025 pascamerger dengan Viterra. Sebuah Langkah paradoks yang menunjukkan betapa kuatnya sentiment spekulatif dalam pasar agribisnis.

Dow Jones Sedikit Kecewa

Jika menengok ke Dow Jones, tiga saham yang paling bersinar adalah Walmart (+1,70 persen), IBM (+1,67 persen) dan Cisco Systems (_1,31 persen). Artinya, sektor ritel dan teknologi korporasi masih memiliki napas Panjang.

Namun, indeks ini dirundung kekecewaan akibat anjloknya saham Honeywell (-2,90 persen), Travelers Companies (-2.25 persen), dan Salesforce (-1,32 persen). Anjloknya ketiga saham mengartikan bahwa kinerja Dow stagnan lantaran adanya tekanan dari saham-saham industri dan layanan bisnis, bukan karena sentimen pasar.

Di bursa Nasdaq, drama justru mencapai titik ekstrem. Saham Genprex mencatat kenaikan luar biasa, hingga 231.88 persen. Disusul Australian Oilseeds holdings (+177,72 persen) dan Omeros Corporation (+154,27 persen).

Namun, Yueda Digital Holding anjlok 86,29 persen. Aqua Metals jauh 53,04 persen, dan Electra Battery Materials ambruk 50,96 persen. Lonjakan dan kejatuhan ekstrem ini memperlihatkan bahwa Nasdaq penuh gairah, namun tak jarang berubah menjadi medan spekulasi yang brutal.

Ketegangan Dagang AS-China Bayangi Pasar AS

Dari sisi maksto, sentimen pasar secara kesuluruhan masih dibayangi oleh ketegangan politik antara Amerika Serikat dan China. Menteri Keuangan AS Scott Bessent berusaha menenangkan pasar dengan menegaskan bahwa Washington tidak bermaksud memperburuk perang dagang.

Washington, menurut Bessent, Trump siap bertemu dengan Xi di Korea Selatan, pada akhir bulan ini. Tapi, komentar Presiden – yang mengisyaratkan kemungkinan pemutusan Sebagian hubungan dagang denga n China, termasuk di sektor minyak goreng – menjadi pengingat bahwa ketegangan ekonomi global masih bisa berubah menjadi badai, sewaktu-waktu.

Jika melihat dari kebijakan moneter nada dovish Kembali terdengar dari Gedung Federal Reserve. Gubernur Fed Stephen Miran, menyebut dua kali, pemangkasan suku bunga tahun ini masih realistis, sejalan dengan pandangan ketua Jerome Powell.

Namun, laporan Beige Book terbaru justru menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekonomi. Beberapa perusahaan mulai melakukan PHK akibat ketidakpastian pasar dan lonjakan investasi AI. Sementara, pengetatan imigrasi memperpara kelangkaan tenaga kerja di sektor-sektor padat karya, seperti perhotelan, pertanian, konstruksi, dan manufaktur.

Dengan volume perdagangan mencapai 21,5 saham, lebih tinggi dari rata-rata 20,4 miliar saham dalam 20 sesi sebelumnya, Wall Street menunjukkan bahwa investor masih aktif, namun belum sepenuhnya yakin ke mana arah pasar berikutnya.

Rasio saham naik dan turun, menandakan keseimbangan yang rapuh antara optimisme dan kewaspadaan.

Pada akhirnya, perdagangan Wall Street memainkan nada-nada campuran. Sektor perbankan memimpin dengan tempo cepat, teknologi menambah harmoni dengan nada tinggi, sementara Do memainkan nada minor yang sedikit sumbang.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79