KABARBURSA.COM - Sebagian besar indeks utama Wall Street melonjak pada Kamis, 7 November 2024, dengan dua indeks besar, S&P 500 dan Nasdaq, memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH). Momentum positif ini terjadi di tengah evaluasi pasar terhadap keputusan Federal Reserve terkait pemangkasan suku bunga. Namun, Dow Jones menutup sesi dengan pergerakan yang berbeda arah.
Mengutip laporan dari CNBC Internasional, S&P 500 naik sebesar 0,74 persen, ditutup pada level rekor baru 5.973,10. Sementara itu, Nasdaq Composite mencatatkan lonjakan 1,51 persen, menembus angka psikologis 19.000 untuk pertama kalinya, dengan penutupan di 19.269,46. Namun, Dow Jones Industrial Average justru mengalami penurunan yang sangat tipis, turun kurang dari satu poin dan ditutup di 43.729,34.
Ketiga indeks besar tersebut mencapai titik tertinggi sepanjang hari dalam sesi perdagangan, menggarisbawahi optimisme yang mewarnai pasar saham. Di sisi lain, pasar obligasi AS mengalami volatilitas yang cukup signifikan. Imbal hasil obligasi sempat turun pada Kamis setelah sebelumnya melonjak dalam sesi perdagangan sebelumnya. Fluktuasi ini terjadi di tengah keputusan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sedikit lebih kecil dibandingkan pemangkasan sebelumnya pada bulan September yang mencapai 50 basis poin.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan bahwa bank sentral Amerika Serikat tetap optimistis terhadap prospek ekonomi saat ini. Powell juga menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga yang dilakukan adalah bagian dari langkah kehati-hatian untuk mempertahankan stabilitas ekonomi. "Dengan adanya berbagai risiko yang muncul, The Fed kini memiliki ruang untuk terus melakukan pemangkasan suku bunga secara bertahap hingga tahun 2025. Namun, pasar sebaiknya tidak mengharapkan pemangkasan yang besar kecuali terjadi penurunan ekonomi yang signifikan, yang tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat," ungkap Jamie Cox, Managing Partner di Harris Financial Group.
Pemerintahan Trump yang kedua membawa optimisme tersendiri bagi para pelaku pasar di Wall Street. Umumnya, mereka melihat bahwa kepemimpinan Trump dapat berdampak positif terhadap aset-aset berisiko seperti saham, terutama karena adanya rencana untuk kembali menurunkan pajak. Meskipun demikian, kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait peningkatan inflasi akibat defisit anggaran yang besar dan tarif perdagangan yang lebih tinggi.
Chief Investment Officer (CIO) Wilmington Trust, Tony Roth, mengungkapkan bahwa meskipun dampak penuh dari kebijakan Trump belum sepenuhnya terlihat, para investor harus bersiap menghadapi volatilitas perdagangan dan potensi penguatan harga saham. “Dengan valuasi ekuitas yang sudah tinggi dan imbal hasil obligasi yang meningkat, pada titik tertentu, mungkin akan ada penurunan premi risiko ekuitas. Ini bisa membuat peluang investasi di pasar saham lebih terbatas. Namun, kita masih memiliki waktu sekitar enam bulan sebelum kondisi tersebut perlu dipertimbangkan secara serius,” jelas Roth.
Pada Kamis, saham-saham sektor teknologi menjadi pendorong utama bagi kenaikan pasar. Beberapa perusahaan besar seperti Apple dan Nvidia mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,3 persen dan 1,9 persen, sementara Meta Platforms melonjak hingga 3,5 persen. Di sisi lain, saham-saham sektor keuangan yang sempat mengalami kenaikan pada Rabu, justru terkoreksi pada Kamis. Saham JPMorgan Chase melemah 4,3 persen, diikuti oleh American Express yang turun 3 persen, yang pada akhirnya memberi beban pada indeks Dow Jones.
Ikut All Time High Kemarin
Indeks-indeks utama Wall Street mencetak rekor tertinggi baru secara serentak pada Rabu, 6 November 2024, setelah Donald Trump diproyeksikan memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024. Pergerakan pasar ini mencerminkan optimisme yang kuat di kalangan investor terhadap dampak kebijakan Trump pada periode kepemimpinannya yang kedua.
Menurut laporan CNBC Internasional, Dow Jones Industrial Average melonjak tajam, naik hingga 1.508 poin atau sekitar 3,6 persen, dan ditutup pada 43.729,9, sebuah level rekor tertinggi sepanjang masa. Kenaikan signifikan ini juga menjadi lonjakan terbesar dalam satu hari untuk Dow Jones sejak November 2022. Selain Dow Jones, indeks utama lainnya seperti S&P 500 dan Nasdaq Composite turut mencatatkan rekor baru, masing-masing meningkat sebesar 2,5 persen dan hampir 3 persen, menandakan penguatan yang meluas di pasar saham.
NBC News melaporkan bahwa Trump berhasil mengamankan kemenangan atas saingannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, setelah memperoleh setidaknya 291 suara elektoral. Kemenangan ini didukung oleh keberhasilannya di negara-negara bagian kunci seperti Pennsylvania, Carolina Utara, dan Georgia, yang memiliki peran penting dalam menentukan hasil akhir pemilu.
Kepastian kemenangan Trump mendorong lonjakan besar pada saham-saham yang diperkirakan akan diuntungkan dari kebijakannya, terutama yang berorientasi pada industri dan deregulasi. Tesla, misalnya, yang CEO-nya Elon Musk dikenal sebagai sosok yang mendukung kebijakan Trump, mencatatkan kenaikan harga saham lebih dari 14 persen. Saham-saham sektor perbankan juga mengalami peningkatan yang signifikan, dengan JPMorgan Chase melonjak sebesar 11,5 persen dan Wells Fargo meningkat hingga 13 persen. Penguatan ini mencerminkan harapan investor terhadap kebijakan ekonomi Trump yang pro-bisnis, termasuk potensi pemotongan pajak dan deregulasi yang dapat memberikan keuntungan bagi sektor perbankan dan industri lainnya.
Sentimen pasar yang positif juga didorong oleh ekspektasi bahwa kebijakan fiskal dan infrastruktur yang diprioritaskan oleh Trump akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Investor memandang bahwa dukungan Trump pada sektor energi dan manufaktur akan mendorong pertumbuhan lebih lanjut di sektor-sektor tersebut, seiring dengan upayanya untuk menciptakan lapangan kerja di Amerika Serikat.
Kenaikan di Wall Street pada hari tersebut tidak hanya mencerminkan optimisme domestik, tetapi juga memengaruhi pasar global. Saham-saham perusahaan multinasional, terutama di bidang teknologi dan keuangan, menunjukkan penguatan yang cukup signifikan karena adanya harapan bahwa lingkungan bisnis akan tetap kondusif. Dengan latar belakang ekonomi yang kuat, pasar saham tampaknya siap untuk bergerak positif dalam jangka menengah, meskipun investor tetap waspada terhadap risiko geopolitik dan potensi inflasi yang meningkat akibat defisit fiskal.
Rekor ini menunjukkan bahwa kemenangan Trump membawa optimisme baru terhadap prospek bisnis di Amerika Serikat, dengan harapan besar bahwa kebijakannya akan meningkatkan nilai aset-aset berisiko seperti saham, sekaligus menciptakan peluang investasi baru bagi investor. (*)