KABARBURSA.COM - Indeks S&P 500 menutup sesi perdagangan Senin, 28 April 2025, dengan perubahan tipis. Indeks acuan ini terbebani oleh pelemahan saham-saham megacap, seiring investor menantikan sejumlah katalis, termasuk data ekonomi penting serta laporan keuangan dari beberapa perusahaan terbesar di Amerika Serikat.
Mengutip laporan Reuters, saham Nvidia turun 2,1 persen dan Amazon melemah 0,7 persen. Kedua saham ini menjadi penekan utama terhadap S&P 500 sekaligus menyeret indeks Nasdaq ke wilayah negatif. Tekanan tambahan datang dari laporan Wall Street Journal pada Minggu, yang menyebutkan bahwa Huawei Technologies dari China tengah mempersiapkan pengujian prosesor kecerdasan buatannya. Prosesor ini diharapkan mampu menggantikan beberapa produk kelas atas Nvidia di pasar, meningkatkan ketidakpastian terhadap prospek bisnis raksasa chip asal Amerika tersebut.
Dari kelompok Magnificent Seven, Amazon dijadwalkan melaporkan kinerja kuartalannya pekan ini, bersama dengan Apple, Meta Platforms, dan Microsoft. Meskipun saham Apple menguat 0,4 persen dan Meta naik 0,5 persen, penguatan tersebut belum mampu sepenuhnya mengimbangi tekanan dari pelemahan Nvidia dan Amazon.
Secara keseluruhan, sebanyak 180 komponen S&P 500 dijadwalkan merilis laporan keuangan dalam pekan ini. Fokus investor tidak hanya pada angka pertumbuhan, melainkan juga pada panduan prospek di tengah ketidakpastian global, khususnya terkait kebijakan perdagangan AS. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengumumkan tarif baru terhadap sejumlah produk impor, yang diprediksi bisa memengaruhi kinerja laba perusahaan-perusahaan besar. Jack Ablin, Chief Investment Officer di Cresset Capital Chicago, menilai pekan ini sebagai momen penting, karena empat dari tujuh perusahaan raksasa Magnificent Seven akan melaporkan hasil keuangannya.
Dalam perdagangan Senin, Dow Jones Industrial Average naik 114,09 poin atau 0,28 persen menjadi 40.227,59. Sementara itu, S&P 500 menguat 3,54 poin atau 0,06 persen ke level 5.528,75. Nasdaq Composite melemah 16,81 poin atau 0,10 persen, berakhir di level 17.366,13. Kenaikan tipis yang dicatatkan S&P 500 ini menandai penguatan harian kelima berturut-turut, mencetak rekor streak kenaikan terpanjang sejak awal November 2024.
Data dari LSEG menunjukkan bahwa laba kuartal I 2025 perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 diperkirakan naik 10,9 persen dibandingkan tahun lalu. Namun, terdapat peningkatan kehati-hatian, di mana dari 179 perusahaan yang telah melaporkan, 78 di antaranya mengeluarkan panduan laba negatif dan hanya 32 yang memberikan prospek positif. Rasio 2,4 ini sedikit di bawah rasio 2,6 yang tercatat pada periode sama tahun lalu, mencerminkan meningkatnya kekhawatiran terhadap arah perekonomian.
Selain laporan keuangan, perhatian pasar juga terfokus pada sejumlah data ekonomi penting pekan ini. Di antaranya adalah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) — indikator inflasi pilihan Federal Reserve — serta data pasar tenaga kerja, yang akan berpuncak pada rilis laporan ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat. Data ini berpotensi memperkuat atau mengubah ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan suku bunga The Fed.
Saham Boeing naik 2,4 persen setelah lembaga analis Bernstein menaikkan peringkat saham dan target harga perusahaan pembuat pesawat tersebut. Kenaikan ini berkontribusi menjaga Dow tetap di wilayah positif. Sepanjang sesi, perdagangan berlangsung cukup volatil. S&P 500 dan Nasdaq sempat menyentuh level tertinggi sejak 2 April, sebelum mundur akibat pengumuman tarif baru dari Presiden Trump.
Pasar saham AS dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, di tengah optimisme akan tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya, terutama China. Namun, kurangnya kejelasan mengenai hasil negosiasi perdagangan AS-China membuat volatilitas tetap tinggi, dan sentimen pasar menjadi sangat sensitif terhadap perkembangan terbaru.
Saat ini, indeks S&P 500 masih berada sekitar 10 persen di bawah rekor tertingginya yang tercatat pada Februari lalu. Investor masih berhati-hati, sambil menantikan tanda-tanda konkret terkait dampak jangka panjang dari perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi global. Menurut survei Reuters, mayoritas ekonom memperkirakan risiko resesi global pada tahun 2025 tetap tinggi.
Selain itu, Spirit AeroSystems mencatat kenaikan harga saham sebesar 2,6 persen setelah Airbus menyepakati pengambilalihan beberapa fasilitas produksi milik perusahaan tersebut. Di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE), jumlah saham yang naik mengungguli yang turun dengan rasio 2 banding 1. Di Nasdaq, rasio saham naik terhadap saham turun tercatat sebesar 1,27 banding 1.
S&P 500 membukukan tiga rekor tertinggi baru dan dua rekor terendah baru dalam 52 pekan terakhir. Sementara Nasdaq Composite mencatat 47 rekor tertinggi baru dan 53 rekor terendah baru. Volume transaksi di bursa AS mencapai 17,05 miliar saham, lebih rendah dari rata-rata volume sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir yang berada di angka 19,26 miliar saham. (*)