KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan capaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI yang berlangsung di Jakarta pada Selasa, 22 Juli 2025.
Di hadapan anggota dewan, ia menyampaikan bahwa di tengah tekanan situasi global dan domestik, kinerja APBN tetap menunjukkan hasil positif.
"Dalam hal ini APBN ditutup 2024 dengan defisit 2,29 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Waktu kami menyampaikan ke Komisi XI maupun Banggar, outlook dari laporan semester 2024 sebetulnya di 2,70 persen dari PDB,"ujar Sri Mulyani.
Ia mengungkapkan, tekanan eksternal cukup terasa pada semester pertama 2024 dan memberikan dampak signifikan terhadap indikator ekonomi makro nasional.
“Kita lihat rupiah terdepresiasi, yield SBN naik, Indeks Harga Saham (IHSG) melemah, dan penerimaan negara mengalami kontraksi 6,2 persen year on year (yoy),” jelasnya.
Dalam paparannya, nilai tukar rupiah melemah dari Rp15.416 pada akhir Desember 2023 menjadi Rp16.421 pada pertengahan 2024. Sementara itu, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) naik dari 6,5 persen menjadi 7,1 persen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami penurunan dari posisi 7.272,8 ke angka 7.063,6.
Meski sempat memperkirakan defisit akan lebih dalam, hasil akhirnya justru lebih baik dari ekspektasi.
"Sehingga kita memprediksikan lapsem-nya akan defisit 2,7 tapi kita tutup dengan 2,29, jadi lebih baik, bahkan juga lebih baik dari defisit yang tadinya sudah didesain sejak awal," imbuhnya.(*)