KABARBURSA.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, Indonesia membutuhkan lonjakan investasi yang signifikan dan berkelanjutan.
Adapun pemerintah terus menggeber upaya reformasi struktural demi mendorong investasi sebagai mesin utama penggerak ekonomi nasional.
“Bahkan untuk mencapai di atas 5 persen seperti 5,3 hingga 5,8 persen, kita membutuhkan kenaikan investasi yang cukup signifikan,” tegas Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Sabtu, 5 Juli 2025.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan berada di rentang 4,7 hingga 5 persen pada 2025, sangat bergantung pada dua komponen utama: konsumsi rumah tangga dan investasi. Untuk mencapai pertumbuhan 5 persen saja, konsumsi rumah tangga perlu dijaga di level pertumbuhan minimal 5 persen.
“Ini menjadi tantangan yang tidak ringan, apalagi di tengah tekanan global dan ketidakpastian geopolitik,” ujar Sri Mulyani.
Untuk itu, pemerintah terus mempercepat langkah deregulasi guna memperkuat iklim investasi. Salah satu contoh konkret yang disoroti adalah penyederhanaan regulasi penyaluran pupuk bersubsidi.
Sebanyak 145 aturan dipangkas, yang berdampak langsung pada kelancaran distribusi pupuk ke petani sebelum masa tanam.
“Ini menjelaskan adanya perbaikan pertumbuhan di sektor pertanian yang sebelumnya sempat terhambat,” jelasnya.
Langkah reformasi tidak berhenti di situ. Pemerintah juga tengah memperkuat berbagai insentif fiskal untuk investasi di sektor strategis, termasuk sektor manufaktur dan kawasan ekonomi khusus.
Sri Mulyani menyebut kehadiran sovereign wealth fund nasional, Danantara, sebagai instrumen baru yang diharapkan mampu mempercepat realisasi investasi asing maupun dalam negeri.
“Danantara menjadi salah satu harapan kita untuk mendorong foreign direct investment dan penanaman modal dalam negeri di sektor-sektor prioritas,” paparnya.
Di sisi lain, keberadaan kawasan ekonomi khusus dan kawasan perdagangan bebas juga terus diperkuat. Pemerintah mengarahkan agar kawasan-kawasan ini tidak hanya menjadi zona industri, tetapi juga mampu bersaing secara global.
“Kita harapkan industri manufaktur di kawasan ini bisa menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Sri Mulyani.
Ia menegaskan, target jangka panjang pemerintah adalah membangun trajektori pertumbuhan ekonomi yang mendekati 8 persen. Namun untuk menuju ke sana, fondasi pertumbuhan di tahun 2025 harus terlebih dahulu dicapai dengan strategi yang kredibel.
“Pertumbuhan 8 persen hanya bisa diraih bila investasi benar-benar naik tajam dan konsumsi masyarakat tetap terjaga. Ini tantangan sekaligus peluang besar,” pungkasnya. (*)