Logo
>

Sri Mulyani Sebut Danantara Bisa Jadi Katalis atau Beban Investasi

Menkeu menilai Danantara berperan penting sebagai katalis investasi jika mampu tarik investor swasta, tapi bisa jadi beban jika dominan sendiri.

Ditulis oleh Dian Finka
Sri Mulyani Sebut Danantara Bisa Jadi Katalis atau Beban Investasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani beserta jajaran wakil menteri keuangan dan pejabat tinggi Kementerian Keuangan dalam Konferensi Pers APBN KiTa di Jakarta, Kamis, 13 Maret 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pentingnya peran strategis sovereign wealth fund nasional, Danantara, dalam mendongkrak pertumbuhan investasi Indonesia ke depan.

    Adapun Sri Mulyani menyebut Danantara bisa menjadi katalis pertumbuhan atau justru menimbulkan efek negatif bila gagal menggaet investasi swasta.

    “Kalau Danantara hanya dominan sendiri tanpa mampu menarik investor swasta, maka yang terjadi adalah crowding out. Tapi kalau bisa meng-attract private sector, maka dia bisa menjadi katalis. Ini titik krusial,” tegas Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Sabtu, 5 Juli 2025.

    Pemerintah, lanjutnya, terus berkomunikasi dengan tim Danantara agar lembaga tersebut berperan aktif dalam mendorong proyek-proyek investasi yang produktif.

    Dalam konteks Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026, Danantara diharapkan memainkan peran signifikan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen hingga 5,8 persen.

    Selain investasi, pemerintah juga menaruh perhatian besar terhadap ekspor dan program hilirisasi. Menurut Menkeu, keberlanjutan hilirisasi dan ketahanan ekspor sangat penting untuk menopang sektor produksi dan menjaga keseimbangan eksternal di tengah tantangan global.

    Di tengah tekanan global, Sri Mulyani memastikan bahwa kondisi makro Indonesia tetap terkendali. Inflasi Indonesia tetap dalam tren positif berkat kerja tim pengendali inflasi di pusat dan daerah.

    Track record inflasi kita cukup baik. Dan mekanisme yang sekarang berjalan akan terus diteruskan,” ujarnya.

    Suku bunga obligasi pemerintah (SBN) 10 tahun juga dinilai tetap kompetitif dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.

    “Reputasi APBN dan kebijakan fiskal kita yang hati-hati memberikan confidence bagi investor. Dibanding Brazil dan Meksiko, yield kita jauh lebih baik. Kita berada di liga yang sama dengan Filipina dan India,” jelasnya.

    Sri Mulyani memaparkan sejumlah asumsi dasar makro untuk APBN 2026. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi antara 5,2 persen hingga 5,8 persen, inflasi 1,5 persen hingga 3,5 persen, dan nilai tukar rupiah di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.900 per dolar AS.

    Yield SBN 10 tahun dipatok dalam rentang 6,6 persen hingga 7,2 persen, sementara harga minyak diasumsikan berada antara USD60 hingga USD80 per barel. Lifting minyak ditargetkan sebesar 600–605 ribu barel per hari dan lifting gas antara 950 ribu hingga 1,17 juta boepd.

    “Kami akan terus menjaga keberlanjutan APBN agar fiskal tetap sehat dan kredibel. Ini penting untuk memastikan pertumbuhan bisa dicapai secara berkelanjutan,” pungkasnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.