Logo
>

Stabilitas Ekonomi: Rupiah Rp15.330 per USD, Inflasi Rendah

Ditulis oleh Dian Finka
Stabilitas Ekonomi: Rupiah Rp15.330 per USD, Inflasi Rendah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mencatatkan nilai tukar rupiah menguat pada September 2024 menjadi Rp15.330/USD atau menguat 0,78 persen dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

    "Nilai tukar Rupiah menguat didukung oleh konsistensi bauran kebijakan moneter Bank Indonesia serta meningkatnya aliran masuk modal asing," jelas Perry dalam konferensi pers, Rabu, 18 September 2024.

    Adapun penguatan Rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India yang menguat sebesar 0,32 persen dan 0,13 persen. 

    Dengan perkembangan tersebut, jika dibandingkan dengan akhir Desember 2023, nilai tukar Rupiah juga mengalami apresiasi sebesar 0,40 persen. Ini lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti Rupee India dan Won Korea, yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 0,66 persen dan 3,41 persen.

    "Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan terus menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian," jelas Perry.

    Lanjutnya, Perry mengungkap seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar Rupiah.

    Inflasi Tetap Rendah

    Inflasi di Indonesia menunjukkan kinerja yang stabil dan berada dalam kisaran target yang ditetapkan, yaitu 2,5±1 persen. Data terbaru dari Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Agustus 2024 menunjukkan inflasi sebesar 2,12 persen (year-on-year atau yoy). Ini mencerminkan pemeliharaan inflasi yang relatif rendah dan terkendali, yang sangat penting dalam menjaga daya beli masyarakat dan mendukung stabilitas ekonomi nasional.

    Komponen-komponen inflasi juga menunjukkan perkembangan positif. Inflasi inti, yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga pangan dan energi, tercatat pada angka 2,02 persen (yoy). Angka ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di luar faktor-faktor musiman tetap terkendali. Sementara itu, inflasi volatile food (VF) mengalami penurunan menjadi 3,04 persen (yoy) pada Agustus 2024, dibandingkan dengan 3,63 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

    Penurunan inflasi VF ini terlihat di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan pasokan pangan yang terjadi berkat musim panen yang baik. Selain itu, sinergi yang kuat dalam pengendalian inflasi melalui berbagai inisiatif dan koordinasi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) turut berperan dalam menurunkan inflasi pangan.

    Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan optimisme bahwa inflasi IHK akan tetap terkendali sesuai dengan sasaran. Dia mengemukakan bahwa inflasi inti diperkirakan akan tetap stabil, didorong oleh ekspektasi inflasi yang terjaga dengan baik, kapasitas perekonomian yang masih besar dan responsif terhadap permintaan domestik, serta pengendalian inflasi impor yang sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

    Bank Indonesia juga memproyeksikan bahwa inflasi VF akan tetap terjaga pada tingkat yang wajar. Proyeksi ini didukung oleh kolaborasi efektif antara bank sentral dan pemerintah di berbagai level, baik pusat maupun daerah, dalam pengendalian inflasi. Upaya ini mencakup pengaturan pasokan pangan dan kebijakan untuk mengatasi fluktuasi harga yang ekstrem.

    Dalam upaya memperkuat efektivitas kebijakan moneter, Bank Indonesia bertekad untuk menjaga inflasi selama tahun 2024 dan 2025 tetap dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. Bank Indonesia akan terus memantau dan menyesuaikan kebijakan moneter sesuai dengan perkembangan ekonomi dan inflasi global, sambil tetap mendukung upaya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan komitmen yang kuat untuk stabilitas harga dan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia berusaha memastikan kondisi ekonomi yang kondusif bagi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan nasional.

    Suku Bunga Acuan Turun

    Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September.

    “Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17 dan 18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 6 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu, 18 September 2024.

    Perry menambahkan, BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility yang dipangkas menjadi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi sebesar 6,75 persen.

    Pemotongan suku bunga BI ini menjadi yang pertama sejak bulan Februari 2021 karena bank sentral Indonesia ini telah mengerek suku bunga sebesar 275 bps pada periode Agustus 2022 hingga April 2024, dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 6,25 persen.

    Lebih lanjut BI pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024, telah menahan kenaikan atau mempertahankan suku bunga acuan itu.

    Sementara itu, CME FedWatch, peluang Federal Reserve (The Fed) menurunkan Fed Funds Rate akan turun 25 bps menjadi antara 5 persen sampai 5,25 persen sebesar 37 persen.

    Sementara kemungkinan langkah yang lebih agresif dengan pemangkasan 50 bps ke level 4,75 persen-5 persen mencapai sebanyak 63 persen.

    Ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih besar ini sebagian besar dipengaruhi oleh laporan ketenagakerjaan bulan Juli 2024 yang memunculkan kekhawatiran akan potensi resesi. 

    Meskipun laporan tersebut menunjukkan adanya pelemahan dalam pasar tenaga kerja, data lanjutan yang dirilis setelahnya tidak memperkuat kecemasan terkait resesi secara signifikan. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.