KABARBURSA.COM - Ketidakpastian global telah menghantui pasar modal Indonesia. Pemicunya kali ini adalah kebijakan tarif global dari Presiden AS Donald Trump, yang berdampak langsung pada aliran dana investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menghadapi hal tersebut, Direktur Utama BEI Iman Rachman, memastikan pihaknya telah menyiapkan strategi berlapis, dari jangka pendek hingga panjang, demi menjaga kepercayaan pasar.
“Kalau kita bicara pasar modal, ini menarik bahwa indeks itu kan ada tiga hal yang mempengaruhi IHSG, satu faktor global, kedua faktor domestik, dan ketiga, fundamental dari perusahaan tersebut. Semuanya diramu menjadi persepsi investor atau confidence level,” ujar Iman dalam diskusi yang bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, Jumat 11 April 2025.
Iman menegaskan bahwa sebagai otoritas bursa, BEI tidak memiliki kemampuan intervensi langsung layaknya Bank Indonesia. Karena itu, langkah pertama yang diambil adalah penguatan komunikasi publik secara aktif.
“Jangka pendek yang kami lakukan mau tidak mau adalah komunikasi aktif dengan publik dan media. Jadi kalau Bapak Ibu lihat, kita berusaha aktif dibantu teman-teman media dan juga teman-teman ekonom untuk mengkomunikasikan kondisi daripada korporasinya,” jelas Iman.
Ia mengungkapkan, meskipun sentimen global cukup menekan, data menunjukkan bahwa sebagian besar emiten di BEI mencatatkan kinerja positif pada laporan keuangan 2024. Ini memperlihatkan bahwa fundamental perusahaan masih kuat dan layak untuk dipertimbangkan investor.
“Kalau kita lihat, sebagian besar perusahaan-perusahaan yang memasukkan laporan keuangan ternyata di 2024 itu positif, artinya mereka menunjukkan keuntungan,” kata Iman.
Tak hanya itu, selama masa libur, Iman menyebut ada lebih dari 35.000 investor baru yang masuk ke pasar, menandakan tingkat kepercayaan investor domestik masih tinggi.
"Artinya apa? bahwa confidence investor domestik cukup besar untuk bertransaksi di pasar modal," kata dia.
Penyesuaian Aturan dan Penguatan Pengawasan
Sebagai bagian dari respons cepat terhadap volatilitas, BEI juga melakukan penyesuaian kebijakan pasar. Salah satunya adalah penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) dan sistem trading halt, seperti yang dilakukan pada 8 April lalu, untuk menjaga stabilitas perdagangan.
“Yang kedua tentu saja penyesuaian aturan, contohnya 8 April pagi, sebelum perdagangan, kami melakukan pengaturan mengenai ARB dan trading halt. Dan tentu saja yang ketiga dilakukan oleh OJK adalah penyesuaian aturan buyback,” ujar Iman.
BEI juga meningkatkan pengawasan pasar untuk mencegah terjadinya transaksi tidak wajar. “Kita lakukan juga penguatan pengawasan karena kita ingin bahwa confidence market ini terjaga. Sehingga kita harapkan bahwa transaksi yang tidak wajar bisa kita pantau secara intensif,” tambahnya.
Diversifikasi Produk dan Modernisasi Infrastruktur
Untuk strategi jangka panjang, Iman memaparkan pentingnya diversifikasi produk di pasar modal, agar investor tak hanya bergantung pada pergerakan indeks.
“Kalau kita lihat selama ini, banyak orang bicara bahwa kita ini one way, ketika sahamnya naik. Tapi ketika indeks sideways, penambahan investor menurun,” kata Iman.
Sebagai solusi, BEI memperkenalkan berbagai produk derivatif seperti structured warrant, single stock futures, dan Exchange Traded Fund (ETF), termasuk rencana peluncuran ETF emas tahun ini. Produk-produk ini memungkinkan investor melakukan lindung nilai (hedging) saat pasar menurun.
Tak hanya itu, BEI juga memperkuat proses fundraising melalui pasar modal, termasuk dengan digitalisasi proses IPO dan rencana kerja sama dengan bursa lain untuk dual listing.
“Pasar modal itu justru adalah tempat bagi fundraising bagi perusahaan. Setiap tahun itu sekitar Rp200–230 triliun fundraise yang dilakukan di pasar. Maka kita lakukan perbaikan sistem research, digitalisasi IPO, hingga rencana cross listing,” paparnya.
Tingkatkan Likuiditas dan Partisipasi Investor Institusi
Iman tak menutup mata bahwa likuiditas masih menjadi tantangan besar. Ia menyebut bahwa nilai transaksi pasar Indonesia belum cukup dalam untuk menarik investor global.
“Market kita belum deep, secara sizeable sekitar USD 800 miliar, tapi dari sisi transaksinya belum cukup dalam bagi investor asing,” katanya.
Karenanya, BEI tengah menyiapkan liquidity provider, sistem perdagangan intraday, hingga modernisasi infrastruktur bursa yang akan diluncurkan pada 2026 dengan kapasitas tiga kali lipat dari sekarang.
Di sisi lain, partisipasi investor institusi domestik pun masih rendah. Dari total transaksi Rp16 triliun, net buy institusi baru mencapai Rp1,1–2 triliun.
“Yang paling penting tentu saja adalah bagaimana kita bisa meningkatkan partisipasi dari investor institusi,” pungkas Iman.
Revisi Trading Halt dan ARB
Sebelumnya, langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam merevisi peraturan auto rejection bawah (ARB) dan trading halt dinilai efektif.
Sebelumnya, BEI resmi melakukan penyesuaian terhadap perubahan panduan penanganan kelangsungan perdagangan dalam kondisi darurat usai libur panjang lebaran 2025.
Adapun ketentuan tersebut memberlakukan, trading halt selama 30 menit jika IHSG mengalami penurunan mendalam hingga lebih dari 8 persen.
Kemudian, trading halt dilakukan selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 15 persen. Lalu yang ketiga, trading suspend apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 20 persen.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kebijakan merevisi ARB dan trading halt sukses mencegah penurunan mendalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Memang peraturan baru tersebut bertujuan sebagai bagian dari mitigasi risiko manakala performa IHSG negatif," ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com dikutip, Kamis, 10 April 2025.
Meski peraturan tersebut sudah diumumkan BEI, IHSG masih terkoreksi cukup dalam sebesar 9,9 persen pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025 hingga akhinya BEI melakukan trading halt.
Meski begitu, Nafan melihat kinerja IHSG masih relatif baik ketimbang bursa saham di negara Asia lainnya dan Eropa yang melemah hingga 10 persen pada pekan lalu.
"Jadi sejauh ini efektif kalau menurut saya kebijakan yang ditempuh oleh Bursa Efek Indonesia terkait dengan peraturan trading hall maupun juga ARB," pungkasnya.
Sementara itu, IHSG akhirnya dibuka menghijau hingga 5,26 persen atau naik 313 poin ke level 6.281 pada perdagangan sesi I, Kamis, 10 April 2025.
Merujuk data perdagangan RTI, sebanyak 351 saham mengalami penguatan, 23 saham di zona merah, dan 106 saham berada di posisi stagnan.
Pada pembukaan sesi I pagi ini, volume mencapai 899.877 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp934.603 miliar.(*)