Logo
>

Suku Bunga BI Berpotensi Turun Lagi: Rupiah dan Pertumbuhan Jadi Pertaruhan

Tugas BI tetap berat: menyeimbangkan stabilitas nilai tukar di tengah badai ekonomi global

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Suku Bunga BI Berpotensi Turun Lagi: Rupiah dan Pertumbuhan Jadi Pertaruhan
Ilustrasi kantor Bank Indonesia. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali memangkas suku bunga acuan untuk keempat kalinya secara berturut-turut dalam Rapat Dewan Gubernur, Rabu 22 Oktober 2025, menurunkannya menjadi 4,50 persen.

    Survei ekonom Reuters menilai langkah ini mencerminkan perubahan fokus bank sentral—dari sekadar menjaga stabilitas rupiah menuju dorongan agresif terhadap pertumbuhan ekonomi. Bulan lalu, BI sempat mengejutkan pasar dengan pemangkasan tak terduga, dan Gubernur Perry Warjiyo menegaskan tekadnya: menggerakkan roda ekonomi tanpa menimbulkan gejolak keuangan.

    Rupiah memang sempat menguat dalam beberapa pekan terakhir, buah dari intervensi BI di pasar valuta asing. Namun sepanjang tahun ini, mata uang Garuda masih melemah sekitar 3 persen. Tugas BI tetap berat: menyeimbangkan stabilitas nilai tukar di tengah badai ekonomi global.

    Reuters melaporkan pada Senin 20 Oktober 2025, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua melampaui ekspektasi pasar. Meski demikian, sejumlah ekonom memperingatkan adanya tanda-tanda melambatnya permintaan domestik. Dengan inflasi yang tetap terkendali di level 2,65 persen—masih berada dalam rentang target BI 1,5 hingga 3,5 persen—ruang untuk pelonggaran moneter kembali terbuka lebar.

    Dari 28 ekonom yang disurvei, 21 memprediksi suku bunga acuan seven-day reverse repo rate akan turun 25 basis poin menjadi 4,50 persen. Sisanya memperkirakan suku bunga tetap di 4,75 persen. Survei yang dilakukan pada 13–20 Oktober itu juga mengindikasikan bahwa suku bunga fasilitas simpanan dan pinjaman semalam akan dipangkas masing-masing 25 basis poin menjadi 3,50 persen dan 5,25 persen.

    “Pejabat bank sentral kini lebih menyoroti risiko perlambatan pertumbuhan,” ujar Jason Tuvey, Wakil Kepala Ekonom Pasar Negara Berkembang di Capital Economics. Ia menambahkan, data sekunder menunjukkan mesin ekonomi mulai kehilangan tenaga. Penjualan kendaraan merosot, kepercayaan konsumen menurun, ekspor melambat. “Dengan kondisi ini dan penguatan rupiah belakangan, kami perkirakan BI akan memangkas suku bunga 25 basis poin,” ujarnya.

    Median proyeksi menunjukkan suku bunga kebijakan utama akan turun ke 4,25 persen pada akhir tahun dan bertahan di level tersebut hingga 2026. “Toleransi terhadap pelemahan rupiah kemungkinan akan sedikit lebih besar demi memberi ruang bagi pelonggaran lanjutan,” kata Adam Ahmad Samdin, ekonom Oxford Economics. Menurutnya, meski suku bunga riil antarbank telah menurun, peluang untuk penurunan tambahan masih terbuka.

    Namun tidak semua kalangan menyambut prospek itu tanpa kekhawatiran. Sejumlah analis menyoroti potensi terganggunya independensi BI pasca kesepakatan burden sharing dan rancangan undang-undang baru yang memberi parlemen peran lebih besar dalam menilai kinerja bank sentral. “Jika langkah pelonggaran berlanjut dan terlalu agresif, pasar bisa menilai BI mulai tunduk pada tekanan politik,” ujar Tuvey memperingatkan.

    Ia menambahkan, kebijakan moneter yang terlalu longgar bisa berbalik arah—memanaskan ekonomi secara berlebihan, memicu inflasi, menaikkan premi risiko, dan dalam jangka panjang justru menahan laju pertumbuhan.

    Survei Reuters memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 5 persen pada 2025 dan dua tahun berikutnya—masih jauh dari target ambisius Presiden Prabowo Subianto sebesar 8 persen, namun konsisten dengan tren pertumbuhan beberapa tahun terakhir. Inflasi diproyeksikan rata-rata 1,8 persen tahun ini dan naik bertahap menuju 2,5 persen pada 2026–2027.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.