KABARBURSA.COM - Surplus perdagangan Indonesia diprediksi menyusut pada September 2025, seiring meningkatnya aktivitas impor yang mulai menggeliat setelah kontraksi tajam di bulan sebelumnya.
Berdasarkan survei Reuters terhadap sembilan ekonom pada 27–31 Oktober, nilai surplus diperkirakan hanya mencapai USD4,79 miliar, turun sekitar 13 persen dari posisi Agustus yang sebesar USD5,49 miliar.
Meski demikian, Indonesia—ekonomi terbesar di Asia Tenggara—masih mempertahankan rekor surplus beruntun sejak pertengahan 2020. Namun, keunggulan itu kini melandai, jauh dari puncak kejayaan April 2022 saat harga komoditas global, terutama batu bara dan minyak sawit, melesat tajam. Seperti dikutip reuters di Jakarta, Jumat 31 Oktober 2025.
Kinerja ekspor pada September diperkirakan naik 7,72 persen secara tahunan (yoy), melampaui pertumbuhan 5,78 persen pada bulan sebelumnya. Sebaliknya, impor diprediksi berbalik arah, naik 1 persen setelah anjlok 6,56 persen pada Agustus. Peningkatan impor ini menandakan pulihnya permintaan domestik, terutama dari sektor industri dan pembangunan.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi Oktober pada Senin mendatang. Hasil jajak pendapat Reuters memperkirakan inflasi tahunan bertahan di 2,65 persen, sama seperti bulan sebelumnya, sementara inflasi bulanan melambat menjadi 0,07 persen dari 0,21 persen.
Bank Indonesia tetap optimistis menjaga inflasi dalam rentang sasaran 1,5–3,5 persen untuk periode 2025–2026. Adapun inflasi inti—yang menyingkirkan komponen pangan bergejolak dan harga yang dikendalikan pemerintah—diprediksi stabil di 2,18 persen, nyaris tak berubah dari 2,19 persen pada September lalu.(*)
 
      