KABARBURSA.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengklaim impor produk kakao Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar USD979 juta dengan volume 340,45 ribu ton. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi petani kakao yang menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan.
Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengungkap salah satu tantangan komiditi kakao Indonesia adalah rendahnya produktivitas tanaman kakao.
"Saat ini, produktivitas rata - rata kakao Indonesia hanya mencapai 500-700 kg per hektar per tahun. angka ini masih jauh di bawah potensi maksimal yang dapat dicapai, yakni 2.000 kg per hektar per tahun," kara Eliza kepada Kabar Bursa, Minggu, 15 September 2024.
Penurunan produktivitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk umur tanaman yang sudah tua, serangan hama dan penyakit, serta perubahan iklim dan degradasi kesuburan tanah.
Lanjut Eliza, kurangnya pemeliharaan kebun kakao juga menjadi masalah besar. keterbatasan modal teknologi yang digunakan petani mengakibatkan kualitas dan produktivitas kakao menjadi rendah.
"Sebagian besar produksi kakao di Indonesia berasal dari perkebunan rakyat yang hampir mencapai 99 persen, berbeda dengan kelapa sawit yang didominasi oleh perkebunan swasta dengan modal yang lebih besar." tambahnya.
Oleh sebab itu, hal ini berimplikasi pada perbedaan kualitas antara keduanya, di mana kualitas kakao Indonesia tergantung pada kemampuan dan pemeliharaan petani.
"Karena minimnya penerapan teknologi dan penerapan good agriculture practice (GAP) menyebabkan kualitas biji kakao yang di produksi dalam negeri relatif rendah," jelas Eliza.
Selain itu, proses peremajaan tanaman kakao yang tidak optimal turut memperburuk kondisi. pembiayaan dan pemeliharaan kebun yang terbatas menjadi salah satu penyebab utama masalah ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memudahkan akses kredit bagi petani serta meningkatkan kapasitas mereka dalam penangan produk pasca panen.
"Kondisi industri kakao pun tak kalah menyedihkannya. Industri pengolahan kakao kekurangan bahan baku karena menurunnya produksi kakao nasional, akibatnya untuk memenuhi bahan baku impor biji kakao meningkat," papar Eliza.
Kondisi ini menunjukan perlunya perhatian serius dan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi dalam sektor kakao Indonesia guna mendukung pertumbuhan industri pengolahan yang berkelanjutan.
Komitmen Pemerintah Mendukung Industri Kakao
Mendag Zulkifli Hasan menegaan komitmen pemerintah dalam mendukung pertumbuhan industri kakao dan cokelat di Indonesia. Katanya, program ini menjadi salah satu prioritas utama pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia memerlukan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak, termasuk pelaku industri yang tergabung dalam Cocoa Association of Asia (CAA) dalam mengatasi tantangan di sektor kakao.
"Melalui industri kakao, pemerintah ingin meningkatkan daya beli masyarakat. Ini merupakan salah satu program unggulan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani kakao," ujar Zulkifli Hasan saat bertemu dengan pelaku usaha kakao internasional di Singapura, Kamis, 12 September 2024.
Pertemuan tersebut berlangsung di sela acara Cocoa Association of Asia-International Cocoa Conference Exhibition (CAA-ICCE) 2024 yang diadakan di Raffles City Convention Center, Singapura, 12-13 September 2024.
Hadir juga di pertemuan tersebut, Chairman CAA Elie Fouché, Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura Sulistijo Djati Ismojo, Direktur Eksekutif International Cocoa Organization Michele Arrion, Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) Soetanto Abdoellah Soeparto, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto, serta perwakilan perusahaan Indonesia yang merupakan anggota CAA.
Zulhas, panggilan akrabnya menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil biji kakao dan produk kakao utama di dunia. Oleh karena itu, Indonesia sangat berkepentingan dalam merespons isu-isu terkait industri kakao, terutama mengenai produksi kakao global yang berkelanjutan. Isu-isu tersebut meliputi penurunan produksi biji kakao yang disebabkan oleh penuaan tanaman, penyakit, hama, serta perubahan iklim.
"Indonesia berkomitmen untuk menerapkan prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab guna mendorong kesejahteraan petani dan pelaku industri. Pemerintah mendukung penggunaan bibit kakao varietas unggul, bimbingan teknis, pelatihan untuk individu yang terlibat dalam produksi kakao, serta penyediaan peralatan dan infrastruktur,” jelas Zulhas.
Lanjutnya, pemerintah berencana untuk membagi kluster di bidang pertanian dan memetakan provinsi dengan potensi produksi komoditas unggulan terpilih.
Salah satu kebijakan mendukung sektor kakao adalah memberikan penugasan tambahan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk mengelola kakao dan kelapa, di samping kelapa sawit. Langkah lainnya mencakup rehabilitasi perkebunan kakao dan hilirisasi produk berbahan dasar kakao. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.