KABARBURSA.COM – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri, mengungkapkan kondisi defisit minyak dan gas (migas) nasional yang masih menjadi tantangan besar. Salah satu sorotan utama adalah tingginya impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) akibat keterbatasan produksi dalam negeri.
“Kita tahu kebutuhan LPG nasional mencapai lebih dari 8 juta metrik ton per tahun, sementara produksi domestik hanya sekitar 1,6 juta metrik ton. Jadi selisihnya harus ditutup dengan impor,” ujar Simon dalam konferensi pers di Graha Pertamina, Jakarta, Minggu, 15 Juni 2025.
Namun, Simon menegaskan bahwa ada ruang untuk meningkatkan produksi LPG nasional. Dalam koordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ia menyebut potensi peningkatan produksi hingga tambahan 1 juta metrik ton per tahun masih bisa dioptimalkan.
“Kalau potensi itu dimaksimalkan, kita bisa dorong produksi sampai 2,6 juta metrik ton. Ini tentu akan mengurangi ketergantungan kita pada impor,” tegasnya.
Sebagai langkah strategis, Pertamina juga terus mendorong program pengembangan Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG. Tak hanya itu, perluasan jaringan gas (jargas) rumah tangga pun digencarkan untuk mengurangi ketergantungan pada LPG impor.
“Jargas kalau bisa diwujudkan secara luas akan membantu pemanfaatan gas dalam negeri untuk kebutuhan rumah tangga. Tapi kita sadar kendalanya ada di wilayah kepulauan,” jelas Simon.
Ia menilai wilayah Jawa dan Sumatera masih menjadi fokus prioritas pengembangan jaringan gas karena potensi infrastrukturnya lebih besar. Meski begitu, progres realisasi belum maksimal.
“Tahun ini targetnya 200 ribu sambungan, yang baru tercapai sekitar 60 ribu. Ini masih jadi PR besar kami. Tapi dengan dukungan pemerintah, kami optimistis infrastruktur gas akan terus berkembang sebagai alternatif energi murah bagi masyarakat,” paparnya.
Target Lifting 1 Juta Barel per Hari Masih Jalan
Terkait target lifting minyak nasional, Simon menegaskan komitmen Pertamina untuk mencapai target 1 juta barel per hari pada 2028–2029. Untuk itu, peningkatan eksplorasi menjadi fokus utama.
“Kita tidak bisa hanya berharap pada sumur eksisting. Banyak yang sudah masuk kategori mature fields dengan natural decline 20 persen per tahun. Harus ada upaya eksplorasi masif untuk temuan baru,” tandasnya.
Ia menyebut rencana lelang wilayah kerja baru oleh pemerintah menjadi momentum penting. Di sisi lain, Pertamina akan aktif memperkuat kerja sama strategis dengan investor asing dan national oil company untuk memperkuat basis produksi.
“Subholding upstream kami sudah lakukan berbagai inisiatif seperti Improved Oil Recovery (IOR). Hasilnya memang tidak spektakuler dalam peningkatan produksi, tapi signifikan untuk memperlambat penurunan alamiah,” ujar Simon.
Shifting Impor dari AS dan Negosiasi Tarif Trump
Menanggapi kebijakan tarif Trump Amerika Serikat, Simon menegaskan bahwa langkah Indonesia bukan untuk menambah impor, melainkan melakukan “shifting” dari negara lain ke AS.
“Impor kita sangat fleksibel karena tidak terikat kontrak jangka panjang. Jadi kita bisa alihkan dari negara satu ke negara lain, termasuk ke Amerika, jika negosiasinya menguntungkan,” bebernya.
Pertamina pun saat ini tengah menyiapkan skema pengadaan yang memperhitungkan efisiensi harga dan waktu pengiriman dari AS. Menurut Simon, dukungan pemerintah dalam negosiasi akan jadi kunci untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif.
“Kalau dalam jangka panjang kita bisa dapat harga lebih baik, itu akan positif buat ketahanan energi kita,” katanya.
Di tengah upaya menjaga ketahanan energi nasional, Simon menegaskan bahwa optimalisasi potensi energi dalam negeri terus menjadi prioritas. Salah satu potensi besar yang terus didorong adalah geothermal.
“Kita harus dorong potensi-potensi indigenous, seperti geothermal. Kita juga perlu perkuat ekosistem bioenergi seperti biodiesel dan biofuel,” kata Simon.
Menurutnya, dengan kombinasi optimalisasi energi dalam negeri dan strategi impor yang adaptif, Pertamina berada pada jalur yang tepat untuk mendukung ketahanan energi nasional serta transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
“Kami akan terus berinovasi, berkoordinasi dengan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, agar roadmap energi kita tetap on track dan mendukung pertumbuhan nasional,” tutup Simon.(*)