Logo
>

Tarif AS Kembali Guncang Global, Trump Kirim Sinyal Keras Jelang Tenggat 9 Juli

Trump ancam naikkan tarif impor hingga 70 persen bagi negara yang belum teken kesepakatan dagang. Pasar global langsung terguncang, Jepang dan Uni Eropa disorot.

Ditulis oleh Yunila Wati
Tarif AS Kembali Guncang Global, Trump Kirim Sinyal Keras Jelang Tenggat 9 Juli
Ilustrasi: Trump tinggalkan KTT G7 lebih awal karena konflik Iran-Israel. Agenda dagang dengan UE, Kanada, dan Meksiko pun buyar sebelum sempat dimulai. (Foto: Whitehouse.gov)

KABARBURSA.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang pasar global dengan ancaman tarif impor yang lebih tinggi bagi negara-negara yang belum menjalin kesepakatan dagang dengan Washington. 

Dalam pernyataan terbaru, Trump menyebut Gedung Putih mulai mengirim surat pemberitahuan tarif ke puluhan negara sejak Jumat, 4 Juli 2025, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS.

“Kami akan mulai mengirim surat hari ini, ke 10 atau 12 negara per hari selama lima hari ke depan,” kata Trump saat berbicara di Pangkalan Udara Andrews, dikutip dari CNN. 

“Tarifnya akan berkisar dari 10 persen hingga 70 persen dan mulai berlaku besok.”

Pernyataan ini langsung mengguncang pasar dunia. Di tengah libur bursa AS, nilai tukar dolar anjlok dan saham global terpukul. 

Ini bukan sekadar reaksi spontan, melainkan cerminan kecemasan investor terhadap ancaman perang dagang skala besar yang kini tampak kian nyata.

Strategi Timbal Balik Trump

Trump menegaskan bahwa tarif baru ini merupakan bagian dari strategi “timbal balik” terhadap negara-negara yang dianggap telah memberlakukan kebijakan dagang yang tidak adil terhadap Amerika Serikat. 

Pemerintah AS sebelumnya memberikan tenggat hingga 9 Juli kepada lebih dari 170 negara untuk mencapai kesepakatan dagang baru. Negara yang tidak memenuhi batas waktu tersebut akan mulai dikenai tarif baru per 1 Agustus 2025.

“Uang akan mulai masuk ke Amerika Serikat pada 1 Agustus, dalam hampir semua kasus,” ujar Trump. 

Nada pernyataannya terdengar lebih mendesak dibandingkan sebelumnya. Bila pada April lalu ia mengklaim hampir menyelesaikan 200 kesepakatan dagang, kali ini ia mengakui bahwa angka itu tidak realistis dalam waktu dekat. 

“Kami tidak bisa menyelesaikan semuanya. Jadi kami mulai kirim surat,” katanya.

Jepang dan Uni Eropa Disorot, Vietnam dan China Aman

Meskipun Gedung Putih belum merinci negara-negara mana saja yang akan menerima surat pemberitahuan lebih dulu, Trump menyebut Jepang dan Uni Eropa sebagai mitra dagang yang selama ini dikenal “sulit dalam negosiasi”.

Jepang disebut-sebut bisa terkena tarif hingga 35 persen.

Di pihak lain, Uni Eropa masih berada dalam tahap perundingan yang dinilai sangat alot. Seorang diplomat Eropa kepada CNN mengatakan bahwa blok tersebut tengah menjalani proses negosiasi yang sangat kompleks dan tertutup. 

“Kami berada di tengah perundingan yang sangat sulit,” ujarnya tanpa menyebutkan identitas. 

Juru bicara perdagangan Uni Eropa, Olof Gill, menolak memberikan detail lebih lanjut, hanya menyebut bahwa pembicaraan masih berada dalam “fase yang sangat sensitif”.

Hingga kini, baru tiga negara yang berhasil mencapai kerangka kesepakatan dengan AS: Inggris, China, dan Vietnam. Meskipun demikian, kesepakatan dengan Vietnam belum diumumkan secara resmi. 

Ketiganya sementara ini bisa dibilang lolos dari gelombang tarif yang akan datang.

Bagi negara-negara lain yang masih berunding, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memberikan sedikit ruang optimisme. Ia menyebut bahwa tenggat 9 Juli bukan batas keras, dan AS masih membuka pintu untuk sejumlah kesepakatan tambahan sebelum tarif diberlakukan. 

Meski demikian, Bessent memperkirakan sekitar 100 negara tetap akan dikenai tarif minimum sebesar 10 persen.

Menggugat Ketergantungan Dagang Global

Langkah Trump ini menandai babak baru dalam upaya pemerintahan AS untuk merombak lanskap perdagangan global. 

Lewat kebijakan yang sangat proteksionis ini, Gedung Putih ingin menegaskan bahwa berdagang dengan AS kini tidak bisa lagi dianggap sebagai hak, melainkan sebuah privilese yang harus ditebus dengan kesepakatan yang dinilai adil oleh Washington.

Namun risiko strategi ini tidak kecil. Negara-negara yang merasa ditekan bisa memilih membentuk poros perdagangan baru atau bahkan membawa kebijakan ini ke meja gugatan WTO. 

Di dalam negeri, pelaku usaha dan konsumen AS berpotensi menghadapi kenaikan harga barang impor secara tajam, mulai bulan depan.

Kebijakan tarif ini mungkin akan memperkuat posisi Trump di panggung politik domestik, terutama menjelang pemilu. Tapi bagi dunia, sinyal yang dikirimkan sangat jelas, Amerika Serikat siap memaksakan kehendaknya, dan siapa pun yang tidak bersedia mengikuti, akan dikenai harga mahal.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79