KABARBURSA.COM - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) memulai rangkaian penurunan suku bunga dengan pengurangan setengah persen, lebih besar dari biasanya, pada Rabu, 18 September 2024, waktu setempat atau Kamis, 19 September 2024 waktu Indonesia. Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan langkah ini untuk menjaga tingkat pengangguran tetap rendah setelah inflasi mulai mereda.
"Kami memulai dengan baik dan saya sangat senang dengan langkah ini," ujar Powell dalam konferensi pers setelah The Fed menurunkan suku bunga acuan menjadi kisaran 4,75 hingga 5 persen, dikutip dari Reuters, Kamis, 19 September 2024. "Alasan ini jelas baik dari sudut pandang ekonomi maupun manajemen risiko,” tambah Powell
Langkah ini mencerminkan penyesuaian ulang atau recalibration untuk menyesuaikan dengan penurunan inflasi yang tajam sejak tahun lalu. Meski ekonomi masih kuat, bank sentral ingin mencegah pelemahan di pasar kerja. Analis menilai Powell ingin menghindari pengorbanan tingkat pengangguran yang lebih tinggi demi mencapai target inflasi dua persen.
"Soft landing sudah dalam jangkauan, yang akan memastikan legacy Powell sebagai Ketua Fed," ujar Kepala Ekonom KPMG, Diane Swonk.
Selain pengurangan setengah persen, The Fed memproyeksikan suku bunga acuan akan turun lagi setengah persen tahun ini, satu persen tahun depan, dan setengah persen pada 2026. Namun, Powell mengingatkan proyeksi jangka panjang ini masih penuh ketidakpastian.
Keputusan ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam kebijakan moneter AS dan mengakui kenyamanan The Fed dengan inflasi yang terus mendekati target. Meski hanya terpaut sekitar setengah persen dari target, keputusan ini menandai langkah penting bagi bank sentral.
Langkah ini dilakukan hanya sekitar tujuh minggu sebelum pemilihan presiden di AS. Penurunan suku bunga ini pun ditanggapi dengan tenang dari para kandidat presiden negeri Paman Sam. Calon presiden dari Demokrat, Kamala Harris, menyebut pemotongan suku bunga ini sebagai kabar baik bagi masyarakat Amerika. Sementara Donald Trump, kandidat dari Partai Republik, menilai ukuran pemotongan ini mengindikasikan masalah ekonomi yang serius.
Powell menekankan ekonomi masih kuat, dengan indikator pasar tenaga kerja seperti klaim pengangguran dan tingkat pengangguran 4,2 persen tidak berada pada level yang mengkhawatirkan. Namun, ia mengakui perubahan kebijakan moneter memerlukan waktu untuk berdampak. Powell menekankan pentingnya mendukung pasar tenaga kerja saat masih kuat, sebelum muncul tanda-tanda pelemahan.
Memulai Aksi dengan Pergerakan Besar
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen sejak Juli lalu, setelah mengakhiri kampanye kenaikan suku bunga selama 18 bulan yang dimaksudkan untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Tahun 2022, inflasi melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun.
Powell tidak menyatakan kemenangan atas upaya ini, tetapi dia mengatakan inflasi kini mendekati target 2 persen The Fed. Kondisi tenaga kerja juga konsisten dengan tujuan bank sentral mencapai pekerjaan maksimal.
Setelah pernyataan dan pembaruan proyeksi ekonomi triwulanan dirilis, pasar saham AS awalnya menguat, sebelum berbalik arah dan ditutup lebih rendah pada hari ini. Dolar AS sedikit menguat terhadap sekeranjang mata uang, sementara imbal hasil obligasi AS naik.
Pedagang suku bunga berjangka memperkirakan penurunan suku bunga lebih banyak dari yang diproyeksikan oleh The Fed, dengan suku bunga kebijakan diperkirakan berada di kisaran 4,00 persen hingga 4,25 persen pada akhir tahun ini.
"The Fed mengakhiri jeda dengan langkah besar. Ini sinyal kuat bahwa mereka menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan mengharapkan penurunan 50 basis poin lagi tahun ini. Ini cukup kontroversial," kata kepala ekonom di Annex Wealth Management, Brian Jacobsen.
Saat ini, inflasi berdasarkan ukuran preferensi The Fed berada sekitar setengah poin persentase di atas level 2 persen. Proyeksi ekonomi terbaru menunjukkan tingkat kenaikan tahunan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi akan turun menjadi 2,3 persen pada akhir tahun ini dan 2,1 persen pada akhir 2025.
Tingkat pengangguran diperkirakan akan berakhir tahun ini pada 4,4 persen dan tetap di level tersebut hingga 2025. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 2,1 persen hingga 2024 dan 2 persen tahun depan, sama seperti proyeksi yang dikeluarkan pada Juni 2024 lalu.
Pangkas 50 Basis Poin
The Fed sebelumnya mengambil langkah signifikan dengan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, dari posisi 5,25 persen – 5,5 persen menjadi 4,75 persen – 5,0 persen.
Langkah ini mencerminkan kebijakan moneter yang lebih agresif dari The Fed untuk menopang ekonomi Amerika Serikat, terutama dalam mendukung pasar tenaga kerja. Keputusan ini diumumkan setelah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memberikan 11 suara mendukung pemangkasan suku bunga.
Sebelum pemangkasan ini, Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas FFR sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini, dengan total penurunan sebanyak 75 basis poin. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam konferensi pers pada 18 September 2024, menyebutkan bahwa pemangkasan FFR diprediksi akan terjadi dalam tiga tahap, yaitu September, November, dan Desember.
Perry juga menambahkan, terdapat kemungkinan besar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada tiap kesempatan, meskipun pemangkasan sebesar 50 basis poin juga tidak dapat dikesampingkan.
Perkiraan BI terbukti akurat dengan keputusan terbaru The Fed pada September ini. Selain itu, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga lagi sebesar 50 basis poin pada akhir 2024, dan terus menurunkannya pada 2025 hingga mencapai kisaran 2,75 persen – 3,00 persen pada 2026.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.