Logo
>

The Fed Pangkas Suku Bunga, Dolar Menguat dan Saham Asia Melonjak

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
The Fed Pangkas Suku Bunga, Dolar Menguat dan Saham Asia Melonjak

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar kembali menguat, imbal hasil obligasi bertenor panjang naik, dan saham Asia melonjak setelah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin dan mengisyaratkan bahwa siklus penurunan suku bunganya akan berlangsung secara terukur.

    Dilansir dari Reuters, Kamis, 19 September 2024, indeks S&P 500 sempat mencapai rekor tertinggi semalam, dan meskipun ditutup sedikit lebih rendah, indeks futures naik 0,67 persen pada sesi perdagangan Asia. Indeks Nasdaq futures juga mengalami kenaikan sebesar 1 persen. Indeks Nikkei Jepang melonjak 2,5 persen, sementara pasar saham di Australia dan Indonesia mencatatkan rekor tertinggi.

    The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi kisaran 4,75 hingga 5 persen, sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar sebelum keputusan tersebut diumumkan. Dolar AS sempat menyentuh titik terendah dalam dua setengah tahun terhadap pound sterling, namun kemudian rebound tajam. Pada Kamis pagi, dolar naik hampir 1 persen menjadi 143,55 yen, dan sedikit menjauhi posisi terendah terhadap euro di level 1,1097 dolar.

    Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor sepuluh tahun naik hampir delapan basis poin dari hari sebelumnya menjadi 3,719 persen. Harga emas sempat melonjak ke rekor tertinggi mendekati 2.600 dolar per ons, sebelum stabil di 2.559 dolar per ons.

    Pemangkasan suku bunga oleh The Fed ini diharapkan dapat mendorong belanja konsumen dan ekonomi AS, serta mendorong bank sentral lain untuk menurunkan suku bunga.

    "Yang penting sebenarnya bukan tentang 25 atau 50 basis poin, melainkan bagaimana arah ke depan, dan saya pikir mereka telah menyampaikan pandangan bahwa ekonomi masih berjalan dengan baik," ujar ahli strategi dari BNZ di Wellington, Jason Wong.

    "Ini bukanlah pemangkasan 50 basis poin yang dilakukan secara panik,” imbuhnya.

    Para pembuat kebijakan menyesuaikan proyeksi suku bunga median ke bawah dibandingkan dengan pandangan mereka pada bulan Juli, namun Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan fleksibilitas.

    "Saya tidak berpikir bahwa siapa pun harus melihat ini dan berkata, oh, ini adalah laju baru," kata Powell kepada wartawan setelah pengumuman pemangkasan suku bunga. "Kami sedang menyesuaikan kebijakan ke tingkat yang lebih netral secara bertahap. Dan kami bergerak pada kecepatan yang kami anggap sesuai, mengingat perkembangan dalam ekonomi,” katanya lagi.

    Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen. Pasar saham Hong Kong dan China mencatat kenaikan luas dengan pandangan bahwa Beijing lebih mungkin meluncurkan stimulus setelah langkah The Fed.

    Sementara itu, pasar Korea Selatan kembali dari libur dengan penurunan signifikan setelah catatan pesimis dari Morgan Stanley. Laporan tersebut memangkas separuh target harga SK Hynix, mendorong aksi jual di saham-saham sektor chip. Saham SK Hynix anjlok 8,7 persen, sementara saham Samsung turun 3,1 persen.

    Di sisi lain, harga minyak dunia mengalami penurunan, dengan kontrak berjangka Brent terakhir turun 0,3 persen ke level 73,42 dolar per barel.

    Secara regional, suku bunga AS yang lebih rendah secara teori memberi pasar negara berkembang ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan mereka guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia mengambil langkah lebih awal beberapa jam sebelum The Fed dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu.

    Bank of England akan menggelar pertemuan pada Kamis ini dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level 5 persen, terutama setelah data inflasi menunjukkan kenaikan inflasi sektor jasa pada bulan Agustus. Sementara itu, Bank of Japan akan menetapkan kebijakan pada Jumat, dan diharapkan tetap bertahan namun akan mengisyaratkan kenaikan di masa mendatang, mungkin secepatnya pada Oktober.

    Mengendalikan Pengangguran

    Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menegaskan langkah pemangkasan suku bunga ini untuk menjaga tingkat pengangguran tetap rendah setelah inflasi mulai mereda.

    “Kami memulai dengan baik dan saya sangat senang dengan langkah ini,” ujar Powell dalam konferensi pers setelah The Fed menurunkan suku bunga acuan menjadi kisaran 4,75 hingga 5 persen, dikutip dari Reuters, Kamis, 19 September 2024. “Alasan ini jelas baik dari sudut pandang ekonomi maupun manajemen risiko,” tambah Powell.

    Langkah ini mencerminkan penyesuaian ulang atau recalibration untuk menyesuaikan dengan penurunan inflasi yang tajam sejak tahun lalu. Meski ekonomi masih kuat, bank sentral ingin mencegah pelemahan di pasar kerja. Analis menilai Powell ingin menghindari pengorbanan tingkat pengangguran yang lebih tinggi demi mencapai target inflasi dua persen.

    “Soft landing sudah dalam jangkauan, yang akan memastikan legacy Powell sebagai Ketua Fed,” ujar Kepala Ekonom KPMG, Diane Swonk.

    Selain pengurangan setengah persen, The Fed memproyeksikan suku bunga acuan akan turun lagi setengah persen tahun ini, satu persen tahun depan, dan setengah persen pada 2026. Namun, Powell mengingatkan proyeksi jangka panjang ini masih penuh ketidakpastian.

    Keputusan ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam kebijakan moneter AS dan mengakui kenyamanan The Fed dengan inflasi yang terus mendekati target. Meski hanya terpaut sekitar setengah persen dari target, keputusan ini menandai langkah penting bagi bank sentral.

    Langkah ini dilakukan hanya sekitar tujuh minggu sebelum pemilihan presiden di AS. Penurunan suku bunga ini pun ditanggapi dengan tenang dari para kandidat presiden negeri Paman Sam. Calon presiden dari Demokrat, Kamala Harris, menyebut pemotongan suku bunga ini sebagai kabar baik bagi masyarakat Amerika. Sementara Donald Trump, kandidat dari Partai Republik, menilai ukuran pemotongan ini mengindikasikan masalah ekonomi yang serius.

    Powell menekankan ekonomi masih kuat, dengan indikator pasar tenaga kerja seperti klaim pengangguran dan tingkat pengangguran 4,2 persen tidak berada pada level yang mengkhawatirkan. Namun, ia mengakui perubahan kebijakan moneter memerlukan waktu untuk berdampak. Powell menekankan pentingnya mendukung pasar tenaga kerja saat masih kuat, sebelum muncul tanda-tanda pelemahan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).