KABARBURSA.COM - Tiga tahun pasca merger pada 1 Oktober 2021, aset PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 6 persen, mencapai Rp123,2 triliun pada semester I 2024. Peningkatan ini seiring dengan penguatan kinerja keuangan Pelindo yang terus menunjukkan hasil positif sejak penggabungan operasional.
Ardhy Wahyu Basuki, Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo, mengungkapkan bahwa pertumbuhan aset ini terutama didorong oleh peningkatan aset tetap dari berbagai investasi strategis dan pendapatan operasional yang dihasilkan dari Belawan New Container Terminal (BNCT) di Medan, yang bekerja sama dengan Dubai Port.
Beberapa proyek strategis yang berkontribusi terhadap pertumbuhan aset Pelindo termasuk Makassar New Port, Bali Maritime Tourism Hub, Jalan Tol Cibitung-Cilincing, dan pengembangan Terminal Kalibaru di Jakarta. Pelindo juga berhasil mengoperasikan BNCT di Medan, yang membawa dampak positif bagi kinerja perusahaan. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Senin 30 September 2024.
Berdasarkan laporan tahunan Pelindo, aset perusahaan pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp116,2 triliun. Angka tersebut meningkat menjadi Rp118,3 triliun pada akhir 2023 dan kembali tumbuh menjadi Rp123,2 triliun pada semester I 2024. Pelindo terus berupaya mengoptimalkan aset yang ada guna mendukung kinerja operasional dan keuangan secara berkelanjutan.
Dalam hal pendapatan, Pelindo berhasil masuk ke dalam daftar Fortune 500 Southeast Asia tahun 2024 yang diterbitkan oleh media ekonomi global Fortune. Pelindo menduduki peringkat ke-5 untuk kategori industri pelayaran (shipping industry) di Asia Tenggara, serta peringkat ke-157 di antara 500 perusahaan dengan pendapatan terbesar di kawasan tersebut.
Selain itu, Kementerian BUMN juga menempatkan Pelindo sebagai salah satu penyumbang pajak terbesar dan peraih laba terbesar di antara BUMN pada tahun 2023. Pelindo berada di posisi ke-10 sebagai BUMN penyumbang pajak terbesar dengan kontribusi sebesar Rp5,6 triliun, dan menempati posisi ke-12 sebagai BUMN dengan laba terbesar yang mencapai Rp4,01 triliun.
Ardhy menyatakan optimisme bahwa Pelindo akan terus tumbuh di masa mendatang seiring dengan transformasi layanan dan ekspansi bisnis perusahaan yang semakin solid. Dengan pencapaian ini, Pelindo diharapkan dapat terus berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Proyeksi Pengurangan Beban
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo memproyeksikan pengurangan beban utang sebesar Rp8 triliun melalui divestasi 65 persen sahamnya di Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC).
Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, memperkirakan utang perusahaan pada 2024 akan menurun menjadi Rp41,93 triliun dari Rp49,87 triliun pada 2023.
“Proyeksi utang kami menurun pada 2024 karena divestasi jalan tol yang diharapkan selesai tahun itu, sehingga mengurangi utang sekitar Rp8 triliun,” ujar Arif di Jakarta, Rabu 3 Juli 2024.
Mengenai alasan Pelindo terlibat dalam bisnis jalan tol, Arif menjelaskan bahwa ini terkait dengan akses keluar-masuk kawasan hinterland di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Hal ini perlu dilakukan karena 60-70 persen kargo yang masuk dan keluar berada di sisi timur Jakarta.
“Kami hanya memastikan jalan itu jadi. Setelah selesai, Pelindo tidak berniat mempertahankan, sehingga kita akan melepasnya,” kata Arif.
Dalam pembangunan jalan tol ini, Pelindo menginvestasikan dana sebesar Rp9 triliun. Namun, Pelindo tidak akan menjual seluruh sahamnya karena masih akan melanjutkan proyek New Priok Eastern Access (NPEA).
“Yang akan didivestasikan sekitar 65 persen karena kami masih melanjutkan proyek New Priok Eastern Access yang akan menghubungkan Kalibaru dengan jalan ini,” jelasnya.
Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) adalah salah satu dari 13 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah selesai. Selain JTCC, proyek jalan tol lainnya yang selesai pada 2023 adalah Jalan Tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan, Jalan Tol Serpong–Cinere, dan Jalan Tol Cinere–Jagorawi.
NPEA dibangun untuk mendukung konektivitas dan efisiensi logistik nasional, direncanakan memiliki panjang 6,6 kilometer dengan nilai investasi Rp6,6 triliun. NPEA akan tersambung dengan PSN Jalan Tol Cibitung–Cilincing yang sudah selesai dan beroperasi.
Jalan akses dan jalan tol ini akan menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan berbagai kawasan industri di Bekasi, Karawang, dan Purwakarta, Jawa Barat.
Catatan Layanan Arus Peti Kemas
Di tengah kondisi perekonomian yang dinamis, Pelindo berhasil melayani arus peti kemas sebanyak 17,7 Juta TEUs sepanjang 2023, tumbuh 3 persen dibandingkan tahun 2022 (year on year/yoy). Sementara itu, arus barang tercatat 170 juta ton, meningkat 6 persen dari tahun sebelumnya.
“Seluruh kinerja operasional Pelindo makin tumbuh pada tahun 2023. Capaian ini melanjutkan tren positif paska merger pada Oktober 2021 lalu.” jelas Arif
Pada tahun 2023, arus kapal yang dilayani Pelindo mencapai 1,28 Miliar Gross Tonnage (GT), naik sebesar 7 persen dari tahun lalu. Sedangkan Arus penumpang naik signifikan sebesar 20 persen (yoy) atau mencapai 18,1 juta orang.
Pengelolaan yang tersentralisasi merupakan salah satu kunci peningkatan kinerja operasional. Arif menjelaskan bahwa hal tersebut membuat Pelindo memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standarisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antar pelabuhan.
Pelindo juga telah melakukan inovasi dengan meluncurkan berbagai aplikasi untuk memudahkan kegiatan kepelabuhanan, seperti TOS (Terminal Operating System) untuk mendukung layanan petikemas, PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose) untuk mempekuat layanan non petikemas, dan Phinnisi untuk sistem operasi layanan kapal.
“Bagi Pelindo, keberhasilan kinerja operasional tidak lepas dari standarisasi layanan dan pengelolaan manajemen yang efektif dari seluruh insan Pelindo. Selain itu, Pelindo juga telah mengambil langkah strategis di tahun 2023 dengan memanfaatkan teknologi terbaru seperti TOS, PTOS-M dan Phinnisi untuk meningkatkan efisiensi operasional.” ujar Arif.
Paska merger, kecepatan layanan bongkar muat di sejumlah pelabuhan meningkat. Sebagai contoh di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks hingga 60 boks per kapal per jam. Selain itu, di Terminal Peti Kemas Ambon, kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks menjadi 35 boks dalam kondisi optimum.
Menurut Steven, Direktur Tanto Intim Line, kecepatan pelayanan itu akhirnya mempengaruhi biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan pelayaran dan pemilik barang. Sebagai contoh, biaya bahan bakar jauh berkurang karena waktu sandar berkurang dari 2-3 hari menjadi hanya sehari. “Dulu perjalanan Surabaya-Makassar-Sorong bisa sampai 10 hari, sekarang sudah bisa seminggu. Ini bisa reduce cost lumayan. Dengan digitalisasi, proses pembayaran juga lebih transparan” katanya.
Direktur PT Serakoy Raya Ernest Montolalu selaku pelaku usaha Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) atau forwarding menyebut layanan pengurusan dokumen dilakukan secara daring dan proses pengambilan barang yang semakin mudah, cepat dan tersistem dengan baik. Hal tersebut dikarena ada sistem IBS (Integrated Billing System) yang menampilkan informasi kepada pengguna jasa tentang jadwal kedatangan kapal, bahkan informasi posisi barang.(*)