Logo
>

Trump Buka Lagi Konflik Dagang dengan China, Wall Street Anjlok

Wall Street anjlok tajam usai Trump umumkan tarif 100 persen untuk impor China, memicu gejolak di saham teknologi dan semikonduktor serta lonjakan volatilitas pasar.

Ditulis oleh Yunila Wati
Trump Buka Lagi Konflik Dagang dengan China, Wall Street Anjlok
Ilustrasi Wall Street. Foto: Freepik.

KABARBURSA.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali meningkatkan konflik perdagangannya dengan China. Akibatnya, bursa saham Wall Street merosot tajam pada akhir perdagangan Sabtu pagi, 11 Oktober 2025.

Konflik memanas usai Beijing memperketat pembatasan ekspor logam tanah jarang. Pada akhirnya, Trump mengumumkan bahwa ia akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap impor dari China.

Kemudian, AS juga memberlakukan pengendalian ekspor untuk perangkat penting buatan AS. Akibatnya, saham0saham teknologi besar terguncang. Saham Nvidia, Tesla, Amazon, dan Advanced Micro Devices masing-masing turun lebih dari 2 persen setelah jam perdagangan berakhir.

Kerugian tersebut menambah penurunan tajam yang sudah terjadi selama sesi perdagangan hari Jumat, setelah sebelumnya Trump menulis di platform Truth Social bahwa ia sedang mempertimbangkan "kenaikan tarif besar-besaran" terhadap impor China. 

Ia juga menegaskan tidak ada alasan untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam dua minggu ke depan sesuai rencana, seraya menambahkan bahwa "banyak langkah balasan lain" tengah dipertimbangkan.

Seluruh Indeks Utama Tertekan

Langkah terbaru Trump terhadap China mengejutkan pasar dan mengancam memperburuk hubungan antara dua ekonomi terbesar di dunia yang sudah tegang. Ketiga indeks utama saham AS anjlok tajam selama sesi perdagangan dan memperpanjang penurunan setelah penutupan bursa.

S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan harian terbesar sejak 10 April. Secara mingguan, S&P 500 mencatat penurunan tertajam sejak Mei, sementara Nasdaq mengalami pelemahan minggu ke minggu terdalam sejak April.

"Ekonomi terbesar kedua dan pertama di dunia kembali berselisih, dan kita melihat mentalitas 'jual dulu, pikir nanti' di akhir pekan ini," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group, Omaha.

"Pernyataan Presiden Trump benar-benar datang tanpa peringatan, yang membuka pintu bagi volatilitas ekstrem. Dan penting untuk diingat, kita belum melihat tingkat volatilitas seperti ini selama cukup lama," tambah Detrick. 

"Bisa dibilang, kita memang sudah 'jatuh tempo' untuk sedikit gejolak di bulan Oktober ini,” lanjut dia.

Kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu telah mengguncang pasar sejak pengumuman tarif "Hari Pembebasan" pada 2 April, dengan negosiasi perdagangan yang naik-turun menyebabkan gejolak di berbagai kelas aset.

Dow Jones Industrial Average turun 878,82 poin atau 1,90 persen menjadi 45.479. Indeks S&P 500 kehilangan 182,60 poin atau 2,71 persen menjadi 6.552 dan Nasdaq Composite jatuh 820,20 poin atau 3,56 persen menjadi 22.204.

Indeks Sektor Semikonduktor Philadelphia merosot 6,3 persen setelah pengumuman Trump. China memproduksi lebih dari 90 persen logam tanah jarang dan magnet logam tanah jarang dunia, yang penting bagi berbagai produk mulai dari kendaraan listrik dan mesin pesawat hingga radar militer.

Perang dagang yang semakin meningkat antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini berpotensi memicu gangguan besar pada rantai pasok global, khususnya di sektor teknologi, kendaraan listrik, dan pertahanan.

Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang mencerminkan tingkat kecemasan pasar, naik ke level penutupan tertingginya sejak 19 Juni. Saham perusahaan China yang terdaftar di AS anjlok tajam, dengan Alibaba Group Holding, JD.com Inc, dan PDD Holdings masing-masing turun antara 5,3 persen hingga 8,5 persen.

Qualcomm merosot 7,3 persen setelah otoritas pasar China menyatakan bahwa negara tersebut telah membuka penyelidikan antimonopoli terhadap akuisisi perusahaan semikonduktor Israel, Autotalks, oleh Qualcomm.

Shutdown Government Masuki Hari Ke-10

Sementara itu, pemerintah AS telah memasuki hari ke-10 penutupan (shutdown), karena kebuntuan di Kongres belum menunjukkan tanda kemajuan atau negosiasi serius. Kondisi ini menyebabkan "pemadaman data" karena publikasi indikator ekonomi resmi pemerintah untuk sementara ditangguhkan.

Namun, data dari sumber independen tetap dirilis. Universitas Michigan menerbitkan laporan awal mengenai sentimen konsumen bulan Oktober, yang tetap berada di dekat level terendah historis karena harga tinggi dan prospek pekerjaan yang melemah masih menjadi kekhawatiran utama masyarakat.

Di tengah ketiadaan data resmi, investor mencari petunjuk dari Federal Reserve mengenai potensi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan bahwa meskipun data ketenagakerjaan swasta menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja, bank sentral harus berhati-hati saat menurunkan suku bunga acuan sambil mengevaluasi kondisi ekonomi.

Presiden The Fed St Louis Alberto Musalem, menyuarakan pandangan serupa. Menurut dia, pemangkasan suku bunga tambahan mungkin diperlukan sebagai langkah pencegahan terhadap melemahnya pasar tenaga kerja. 

"Saya percaya kita harus berhati-hati, agar kebijakan moneter tidak menjadi terlalu longgar,” ujar Musalem.

Sejumlah bank besar, termasuk JPMorgan Chase, Goldman Sachs, Citigroup, dan Wells Fargo, dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal ketiga pada hari Selasa. 

Analis memperkirakan pertumbuhan laba kuartal ketiga S&P 500 sebesar 8,8 persen secara tahunan, turun dibandingkan dengan pertumbuhan 13,8 persen pada kuartal sebelumnya dan 9,1 persen pada kuartal ketiga 2024, menurut data LSEG .

Jumlah saham yang turun melampaui saham yang naik dengan rasio 4,36 banding 1 di Bursa Efek New York ( NYSE ). Terdapat 215 saham mencetak harga tertinggi baru dan 167 saham mencapai level terendah baru di NYSE .

Di Nasdaq, 799 saham naik dan 3.936 saham turun, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan 4,93 banding 1.

S&P 500 mencatat 18 level tertinggi baru dalam 52 minggu dan 19 level terendah baru. Sementara Nasdaq Composite mencatat 102 level tertinggi baru dan 145 level terendah baru. Volume perdagangan di bursa AS mencapai 24,26 miliar saham, dibandingkan rata-rata 20,15 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79