KABARBURSA.COM – Pemerintah memproyeksikan total investasi di Indonesia telah mencapai USD18 miliar. Jumlah tersebut dialokasikan untuk 28 komoditi hilirisasi. Sebanyak 91 persen besaran investasi tersebut terkonsentrasi di sektor gas dan minyak bumi.
“Total investasi sampai dengan 2035-2040 kita butuhkan USD618 miliar. Dari angka tersebut, sekitar 91 persen ada di Kementerian ESDM. Minerba yang paling banyak,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Jakarta, Senin, 25 November 2024.
Lebih lanjut, Bahlil menekankan pentingnya hilirisasi komoditas mineral dan batu bara sebagai upaya meningkatkan ekonomi nasional.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkat di atas 6 persen. Bahlil menilai, hilirisasi akan menjadi instrumen penting mencapai tujuan tersebut.
“Tidak ada cara lain yang harus kita lakukan untuk meningkatkan GDP dan pendapatan per kapita kita, selain dengan cara-cara terobosan baru. Hilirisasi adalah salah satu instrumen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kita inginkan,” ujarnya.
Menurutnya, hilirisasi minerba bakal membawa dampak positif kepada perekonomian daerah dan nasional. Dampak tersebut, kata dia, adalah menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan daerah.
“Multiplier effect-nya di daerah itu tinggi sekali. Jadi Minerba adalah salah satu instrumen pendongkrak ekonomi daerah. Ini kenapa kita harus saling mendukung,” ujarnya.
Kendati demikian, Bahlil mengingatkan pentingnya pengelolaan sumber daya alam dengan cara bijaksana. Karena, menurutnya, ini adalah salah satu prinsip yang harus dijaga, terutama untuk stabilisasi penawaran dan permintaan komoditas agar harganya tetap stabil.
Ia juga mengajak pengusaha untuk berperan aktif dalam memberikan masukan terkait perbaikan tata kelola industri pertambangan.
Ia berharap kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dapat menciptakan iklim usaha yang baik dan menumbuhkan industri pertambangan yang berkelanjutan.
“Kami selalu terbuka untuk melakukan perbaikan, dengan tujuan agar dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang, menciptakan lapangan pekerjaan, serta menghasilkan pajak dan royalti. Pada saat yang sama, negara akan menata agar proses ini berjalan lebih adil,” pungkasnya.
Kerja Sama dengan China
Sebelumnya, Kementerian ESDM menandatangani dua MoU di bidang mineral. Penandatanganan kerja sama ini disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden China Xi Jinping.
MoU pertama terkait dengan kerja sama mineral hijau dengan Menteri Perdagangan (MOFCOM) H.E Wang Wentao. Sedangkan MoU kedua terkait dengan kerja sama sumber daya mineral dengan Ketua National Development and Reform Commission (NDRC) H.E Zheng Shanjie.
“MoU ini menandai babak baru dalam kerja sama strategis Indonesia dan Tiongkok. Kolaborasi ini tidak hanya bakal memperkuat rantai pasok mineral yang berkelanjutan, tetapi juga akan mendorong investasi signifikan dalam pengembangan energi bersih di kedua negara,” kata Bahlil.
Bahlil mengungkapkan bahwa kolaborasi antara Indonesia dan China dalam pengembangan mineral hijau merupakan bukti nyata keseriusan kedua negara untuk mempercepat transisi energi yang ramah lingkungan di tingkat global.
Ia menjelaskan, kerja sama ini memungkinkan Indonesia turut berkontribusi dalam mewujudkan transisi energi yang adil dan inklusif. Sebagai dua badan penting di Tiongkok, NDRC dan MOFCOM berperan dalam memberikan persetujuan investasi outbound bagi perusahaan Tiongkok yang berinvestasi di luar negeri.
Dalam hal ini, MoU Kerja Sama Mineral Hijau dengan MOFCOM bertujuan mendorong perkembangan industri mineral hijau mulai dari proses penambangan hingga hilirisasi di Indonesia, yang sejalan dengan komitmen kedua negara dalam menanggulangi perubahan iklim.
Mineral hijau ini mengacu pada bahan mineral yang esensial untuk industri hijau dan rendah karbon serta eksplorasi dan pengelolaannya yang ramah lingkungan di setiap tahapan.
Kembangkan Industri Mineral Hijau
Bahlil menambahkan bahwa kemitraan ini membuka peluang signifikan bagi Indonesia untuk mengembangkan industri mineral hijau bernilai tambah tinggi, yang menurutnya akan menjadi elemen kunci dalam pengembangan energi bersih sesuai arahan Presiden Prabowo.
Kerja sama yang direncanakan dengan NDRC akan mencakup pengembangan mineral yang sangat diperlukan dalam industri modern, dari hulu hingga hilir. MoU ini memberikan kesempatan bagi kedua negara untuk mengeksplorasi peluang investasi dan memperkuat rantai pasok sumber daya mineral secara berkelanjutan dan aman.
Kerja sama ini melibatkan Kementerian ESDM yang berperan memperkokoh hubungan bilateral di sektor mineral, yang diharapkan akan meningkatkan investasi di Indonesia.
Dalam forum dua tahunan Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-7 yang berlangsung pada 3 September 2024 di Bali, kedua negara kembali menegaskan komitmen untuk bekerja sama dalam pengembangan sektor energi seperti minyak dan gas konvensional maupun non-konvensional, batu bara, ketenagalistrikan, serta energi bersih.
Di forum ini, Indonesia juga menawarkan berbagai peluang investasi di subsektor energi dan membahas potensi pendanaan proyek energi yang didukung oleh lembaga keuangan, termasuk Sinosure, China Development Bank, dan Exim Bank of China.(*)