Logo
>

Wall Street Cetak Rekor, Big Tech Angkat Pasar

Optimisme laba raksasa teknologi dan sinyal damai dagang dorong reli indeks utama Wall Street.

Ditulis oleh Syahrianto
Wall Street Cetak Rekor, Big Tech Angkat Pasar
Ilustrasi: Suasana New York Stock Exchange (NYSE) atau populer sebagai Wall Street. (Foto: Public Domain Pictures)

KABARBURSA.COM – Indeks utama Wall Street kembali mencetak rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua berturut-turut pada Senin, 27 Oktober 2025.

Ini terjadi di tengah harapan investor terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta antusiasme menjelang pekan padat laporan laba perusahaan teknologi besar dan ekspektasi luas terhadap pemangkasan suku bunga AS.

Seperti dilansir Reuters, Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 337,47 poin atau 0,71 persen menjadi 47.544,59. S&P 500 (SPX) menguat 83,47 poin atau 1,23 persen ke 6.875,16, menandai penutupan pertama di atas level 6.800. Nasdaq Composite (IXIC) melonjak 432,59 poin atau 1,86 persen ke posisi 23.637,46.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu pada Kamis, 30 Oktober 2025 untuk memutuskan kerangka kesepakatan yang berpotensi menahan kenaikan tarif AS dan membatasi ekspor mineral tanah jarang (rare earth) dari China. 

Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan perang dagang dan menekan indeks volatilitas VIX, yang dikenal sebagai “indeks ketakutan” Wall Street, ke posisi terendah dalam satu bulan terakhir.

Terpisah, dalam wawancara di televisi akhir pekan, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut adanya kesepakatan terkait pembelian kedelai AS oleh China serta ekspor mineral tanah jarang setelah dua hari perundingan dagang di Malaysia.

Selain pertemuan tersebut, komentar Bessent juga menambah optimisme terhadap meredanya tensi dagang AS–China, kata Scott Wren, Kepala Strategi Pasar Global di Wells Fargo Investment Institute, St. Louis, Missouri.

Sementara itu, laporan keuangan dari lima anggota kelompok “Magnificent Seven”, yakni Microsoft, Apple, Alphabet, Amazon, dan Meta, yang akan dirilis pekan ini akan menjadi ujian daya tahan reli pasar yang selama ini ditopang oleh optimisme terhadap pertumbuhan dan belanja modal (CapEx) terkait kecerdasan buatan (AI).

“Dengan lima dari Mag Seven yang melaporkan pekan ini, pasar ingin mendengar konfirmasi bahwa seluruh belanja modal AI tersebut benar-benar terealisasi, bahwa pendapatan dan laba dari AI sudah mulai terlihat,” ujar Wren.

Dari 11 sektor utama di S&P 500, tiga di antaranya menguat tajam. Komunikasi naik 2,3 persen, dipimpin reli 3,6 persen saham Alphabet. Teknologi berakhir naik 2 persen ke rekor penutupan baru, sejalan dengan indeks semikonduktor Philadelphia (SOX) yang melonjak 2,7 persen.

Kenaikan terbesar di sektor teknologi datang dari Qualcomm, yang melesat 11 persen setelah meluncurkan dua chip AI untuk pusat data, dengan ketersediaan komersial mulai tahun depan.

Pemimpin chip AI Nvidia juga naik 2,8 persen dan menjadi kontributor terbesar bagi kenaikan S&P 500.

Sektor konsumen siklikal ditutup naik 1,5 persen, didorong oleh reli Tesla sebesar 4,3 persen di tengah optimisme seputar pembicaraan AS–China.

Namun menurut Christopher Brown, Wakil Presiden Investasi di Synovus Private Wealth Management, reli Tesla mungkin tidak bertahan lama karena valuasinya masih tergolong mahal “bahkan dengan kesepakatan dagang AS–China terbaik sekalipun.”

Sektor yang tertinggal adalah consumer staples, turun 0,27 persen, dan material, melemah 0,25 persen.

Saham perusahaan tambang rare earth yang tercatat di AS merosot karena harapan kesepakatan dagang AS–China meredakan kekhawatiran gangguan pasokan yang sebelumnya mendorong sektor ini sepanjang tahun. Critical Metals anjlok 13,7 persen, NioCorp Developments turun 11,5 persen, dan Ramaco Resources melemah 2,6 persen.

Sebaliknya, saham perusahaan China yang terdaftar di AS seperti Alibaba Group Holding, JD.com, dan PDD Holdings menguat antara 2,7 persen hingga 3 persen, sementara Baidu melonjak 4,8 persen.

Adapun jumlah saham naik di NYSE melebihi saham turun dengan rasio 1,74 banding 1, mencatat 659 saham menyentuh level tertinggi baru dan 69 saham ke level terendah baru.

Di Nasdaq, 2.593 saham menguat dan 2.145 melemah, dengan rasio saham naik terhadap turun sebesar 1,21 banding 1. S&P 500 mencatat 37 saham menyentuh level tertinggi 52 minggu dan tiga saham ke level terendah, sementara Nasdaq Composite mencatat 132 saham di level tertinggi dan 57 di level terendah.

Di seluruh bursa AS, sekitar 19,76 miliar saham berpindah tangan, dibanding rata-rata 20,85 miliar selama 20 sesi terakhir.

Pemangkasan Suku Bunga The Fed Sudah Tercermin di Pasar

Data inflasi yang lebih tenang pekan lalu memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed) sebesar 25 basis poin pada Rabu, 29 Oktober 2025. 

Investor juga akan mencermati komentar Gubernur The Fed Jerome Powell untuk mencari petunjuk apakah pemangkasan berikutnya akan terjadi pada Desember, di tengah tertundanya sejumlah rilis data ekonomi akibat penutupan sebagian pemerintah AS.

Di antara saham individu, Keurig Dr Pepper naik 7,6 persen setelah menaikkan proyeksi penjualan tahunan dan memperoleh sekitar USD7 miliar untuk membiayai akuisisi perusahaan kopi asal Belanda JDE Peet’s.

Saham Lululemon naik 1,8 persen setelah produsen pakaian olahraga itu mengumumkan kemitraan dengan National Football League (NFL).

Saham Janus Henderson melonjak 11,3 persen setelah mengonfirmasi adanya proposal akuisisi dari Trian dan General Catalyst.

Saham perusahaan Argentina yang tercatat di AS juga melonjak pasca kemenangan Presiden Javier Milei dalam pemilu. YPF naik 23,8 persen, Grupo Supervielle melesat 48 persen, Banco Macro naik 37,6 persen, Grupo Financiero Galicia naik 38,7 persen, dan Banco BBVA Argentina menanjak sekitar 40,8 persen. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.