KABARBURSA.COM – Indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali mencetak rekor penutupan tertinggi pada Senin, 21 Juli 2025, terdongkrak oleh lonjakan saham Alphabet serta reli saham megacap lainnya jelang musim laporan keuangan emiten teknologi besar.
Pelaku pasar juga berspekulasi positif terhadap potensi kesepakatan dagang global yang dapat meredam dampak tarif perdagangan era Presiden Donald Trump.
Saham induk Google, Alphabet Inc (GOOGL.O), melesat 2,7 persen menjelang laporan keuangan kuartalan yang dijadwalkan rilis pada Rabu. Alphabet dan Tesla akan menjadi pembuka dari musim laporan "Magnificent Seven", kelompok emiten teknologi raksasa, yang dinilai akan menjadi penentu sentimen pasar dalam beberapa hari ke depan.
Saham Tesla turun tipis 0,35 persen, sedangkan Apple naik 0,62 persen dan Amazon menguat 1,43 persen, membantu mendorong indeks utama Wall Street. Di sisi lain, saham Verizon melonjak lebih dari 4 persen usai perusahaan menaikkan proyeksi laba tahunan.
Menurut konsensus LSEG I/B/E/S, emiten S&P 500 secara rata-rata diperkirakan membukukan pertumbuhan laba 6,7 persen pada kuartal II 2025, dengan kontribusi utama datang dari sektor teknologi besar.
"Sejauh ini, perusahaan yang sudah merilis laporan umumnya sesuai atau lebih baik dari ekspektasi. Tidak terlihat adanya penurunan signifikan dalam laba maupun belanja konsumen," ujar Tom Hainlin, Investment Strategist di U.S. Bank Wealth Management.
Dengan tenggat tarif perdagangan AS per 1 Agustus semakin dekat, indeks S&P 500 telah naik sekitar 8 persen secara year-to-date (ytd), mencerminkan keyakinan investor bahwa dampak ekonomi dari kebijakan tarif akan lebih ringan dari yang dikhawatirkan.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, pada Minggu menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan dagang dengan Uni Eropa dapat tercapai, meski beberapa negara anggota Eropa tengah menyiapkan opsi balasan terhadap kebijakan AS.
Presiden Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar 30 persen terhadap Meksiko dan Uni Eropa, serta mengirim surat kepada mitra dagang lainnya seperti Kanada, Jepang, dan Brasil dengan rentang tarif 20 hingga 50 persen.
Sebagaimana dilansir Reuters, pada penutupan perdagangan, S&P 500 naik 0,14 persen ke level 6.305,60. Nasdaq menguat 0,38 persen ke 20.974,18, sementara Dow Jones Industrial Average justru melemah tipis 0,04 persen ke 44.323,07.
Sebanyak tujuh dari sebelas sektor dalam indeks S&P 500 ditutup menguat, dipimpin sektor layanan komunikasi yang melonjak 1,9 persen dan disusul sektor konsumsi non-primer yang naik 0,6 persen.
Volume perdagangan di bursa AS tercatat tinggi, mencapai 19,7 miliar lembar saham, melampaui rata-rata 20 hari sebelumnya sebesar 17,7 miliar saham. Sejauh tahun ini, S&P 500 telah naik sekitar 7 persen, sementara Nasdaq melesat hampir 9 persen.
Pelaku pasar kini mencermati dampak ketidakpastian tarif terhadap ekonomi AS, dengan fokus pada data klaim pengangguran dan laporan aktivitas bisnis Juli yang akan dirilis Kamis ini.
Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, pada Selasa juga menjadi sorotan, terutama terkait sinyal kebijakan suku bunga, menyusul data inflasi yang campuran pekan lalu.
Saat ini, pelaku pasar hampir menutup kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli, namun peluang penurunan pada September telah meningkat di atas 50 persen menurut alat prediksi CME FedWatch.
Di internal indeks S&P 500, jumlah saham yang melemah mengungguli yang menguat dengan rasio 1,7 banding 1. Tercatat 17 saham mencetak level tertinggi baru dan 9 saham menyentuh level terendah. Di Nasdaq, terdapat 97 saham yang mencetak rekor baru dan 56 saham menyentuh titik terendah. (*)
 
      