KABARBURSA.COM - Wall Street atau Pasar saham Amerika Serikat ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, 16 Mei 2025. Bervariasinya Wall Street pada hari ini disebabkan karena ketidakpastian investor di tengah kabar positif dan negatif yang datang bersamaan dari sejumlah perusahaan besar.
Saham Cisco Systems mencatatkan kenaikan tajam usai perusahaan teknologi itu memberikan proyeksi pendapatan yang lebih optimistis. Sementara UnitedHealth mengalami kejatuhan usai dilaporkan tengah menjadi target penyelidikan pidana.
Indeks S&P 500 mencatat kenaikan 0,41 persen ke level 5.916,93, lagi-lagi jal ini menunjukkan pemulihan lanjutan pasca tekanan berat di bulan April lalu.
Saat itu, kekhawatiran terhadap dampak perang dagang global yang digulirkan oleh Presiden AS Donald Trump sempat memukul pasar secara luas. Namun dalam beberapa pekan terakhir, investor mulai percaya bahwa akan ada kesepakatan dagang yang mendorong pelonggaran tarif.
"Orang-orang yakin akan ada kesepakatan. Mereka tidak ingin tertinggal, jadi memilih tetap masuk ke pasar," ujar Dennis Dick, seorang trader di Triple D Trading.
Cisco Systems sendiri menjadi sorotan positif setelah sahamnya melesat hampir 5 persen. Kenaikan ini terjadi usai perusahaan meningkatkan proyeksi pendapatan tahunannya.
Cisco kemudian mengaitkan optimisme ini dengan tingginya permintaan infrastruktur jaringan di tengah booming teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin masif diadopsi secara global.
Sementara itu, saham UnitedHealth Group justru anjlok tajam hingga 11 persen dan menjadi penurunan terburuk dalam lima tahun terakhir setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa Departemen Kehakiman AS tengah menyelidiki dugaan penipuan Medicare oleh perusahaan asuransi tersebut.
UnitedHealth membantah bahwa mereka telah menerima pemberitahuan resmi terkait penyelidikan tersebut. Namun, kabar ini langsung mengguncang kepercayaan pasar.
Ritel Tertekan Tarif, Walmart dan Amazon Terkoreksi
Di sektor ritel, Walmart melemah 0,5 persen meski melaporkan pertumbuhan penjualan domestik kuartal pertama yang melampaui ekspektasi. Perusahaan memperingatkan bahwa mereka akan menaikkan harga produk pada akhir bulan ini, sebagai respons terhadap tekanan tarif.
Amazon, yang juga sangat terdampak kebijakan tarif tersebut, ikut turun lebih dalam sebesar 2,4 persen dan menekan indeks Nasdaq, yang ditutup melemah 0,18 persen ke level 19.112,32.
Walmart, seperti banyak perusahaan lain saat ini, menolak memberikan panduan laba kuartal kedua. Langkah ini mencerminkan kehati-hatian korporasi menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat tarif yang berlarut-larut.
Dari sebelas sektor dalam indeks S&P 500, delapan mencatat kenaikan. Sektor utilitas memimpin dengan lonjakan 2,1 persen, disusul oleh sektor barang konsumsi pokok yang naik 2 persen. Indeks Dow Jones juga menguat 0,65 persen dan berakhir di 42.322,75.
Sejumlah rilis data ekonomi juga menjadi perhatian pelaku pasar. Data penjualan ritel AS menunjukkan perlambatan pada April, sementara harga produsen secara mengejutkan mencatat penurunan. Ini menyusul data inflasi konsumen yang relatif jinak di awal pekan.
"Kita masih menunggu lonjakan inflasi itu, tapi sampai sekarang belum terlihat," kata John Augustine, Chief Investment Officer di Huntington National Bank.
Sejauh ini, volume perdagangan cukup tinggi dengan 17,9 miliar saham berpindah tangan, lebih banyak dari rata-rata 20 sesi terakhir yang sebesar 16,8 miliar saham.
Di pasar S&P 500, saham yang naik jumlahnya hampir tiga kali lebih banyak dibanding yang turun. Meski indeks mulai pulih, S&P 500 masih sekitar 4 persen di bawah rekor tertingginya yang tercatat pada 19 Februari lalu.
Pasar tampak masih dalam fase mencari arah, dengan investor bersiap menghadapi ketidakpastian kebijakan sekaligus menanti katalis positif dari potensi kesepakatan dagang maupun arah suku bunga ke depan.
UnitedHealth Terguncang: Saham Rontok, Kepercayaan Investor Diuji
UnitedHealth Group kembali menjadi sorotan negatif pasar setelah laporan investigasi pidana dari Departemen Kehakiman AS (DoJ) menghantam sentimen investor.
Saham perusahaan raksasa layanan kesehatan ini terjun bebas hampir 13 persen pada penutupan perdagangan Kamis dan menjadikannya sebagai penurunan terbesar dalam lima tahun terakhir.
Penurunan tajam ini menyusul laporan dari Wall Street Journal yang menyebutkan adanya penyelidikan terkait dugaan penipuan Medicare, program asuransi kesehatan pemerintah AS untuk warga lansia.
Dengan harga saham jatuh ke level USD267, UnitedHealth kini mencatat kinerja terburuk di antara seluruh anggota indeks Dow Jones tahun ini.
Sejak November, k, etika sahamnya sempat bertengger di puncak tertinggi sepanjang masaperusahaan telah kehilangan lebih dari separuh nilai pasarnya, setara lebih dari USD300 miliar.
Kabar penyelidikan ini datang di tengah kondisi internal yang juga belum stabil. Baru awal pekan ini, CEO Andrew Witty secara mengejutkan mundur dari jabatannya.
Bersamaan dengan itu, UnitedHealth menarik proyeksi kinerja keuangan untuk tahun 2025. Kombinasi dua faktor ini langsung membuat sahamnya anjlok 18 persen pada Selasa lalu dan memperparah kekhawatiran investor.
"Ini jelas bukan waktu yang mudah bagi UnitedHealth. Sahamnya sudah dalam tekanan dan kabar seperti ini hanya akan menambah ketidakpastian," ujar James Harlow, Senior VP di Novare Capital Management, salah satu manajer aset yang memegang saham perusahaan tersebut.
UnitedHealth memang membantah telah menerima pemberitahuan resmi dari DoJ terkait penyelidikan yang dimaksud. Meski begitu, laporan ini bukan yang pertama kali mengaitkan perusahaan dengan masalah hukum.
Pada Februari lalu, WSJ juga melaporkan adanya penyelidikan sipil terkait praktik Medicare, yang saat itu juga dibantah oleh perusahaan.
Dalam beberapa bulan terakhir, sektor asuransi kesehatan dan para perantara farmasi, pharmacy benefit managers, semakin menjadi sasaran kritik tajam dari regulator dan publik. Meski selama bertahun-tahun UnitedHealth menikmati posisi dominan dan pertumbuhan pesat, kini perusahaan justru berada dalam sorotan tajam.
Untuk meredakan kegelisahan pasar, perusahaan memanggil kembali mantan CEO Stephen Hemsley ke pucuk pimpinan. Hemsley dikenal sebagai sosok yang memimpin UnitedHealth selama masa ekspansi besar-besaran.
Langkah ini diharapkan bisa menjadi titik balik, setidaknya dalam hal menenangkan kekhawatiran investor dan membangun kembali kepercayaan pasar.
Analis dari Oppenheimer, Michael Wiederhorn, menyebut bahwa secara fundamental UnitedHealth masih memiliki kekuatan yang solid. Namun, ia juga mengakui, dibutuhkan waktu dan strategi yang konsisten untuk memulihkan reputasi dan posisi perusahaan di mata pasar.
UnitedHealth saat ini berdiri di persimpangan penting dalam sejarah perusahaannya. Investor menunggu arah yang lebih jelas, dan publik berharap akuntabilitas benar-benar ditegakkan. Satu hal yang pasti, jalan ke depan tidak akan mudah, dan setiap langkah akan diamati dengan seksama.(*)