Logo
>

Wall Street Melempem, Tertekan Kejatuhan Saham-saham Teknologi

Wall Street tergelincir setelah reli empat hari beruntun. Saham teknologi memimpin kejatuhan, dipicu kekhawatiran lonjakan belanja AI dan ketidakpastian arah kebijakan The Fed.

Ditulis oleh Yunila Wati
Wall Street Melempem, Tertekan Kejatuhan Saham-saham Teknologi
Ilustrasi: Suasana New York Stock Exchange (NYSE) atau populer sebagai Wall Street. (Foto: Public Domain Pictures)

KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat kembali kehilangan momentumnya pada perdagangan Kamis waktu New York, 30 Oktober 2025. Setelah empat hari mencetak rekor tertinggi, Wall Street akhirnya tergelincir, terpukul kejatuhan sektor teknologi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 109,88 poin atau 0,23 persen ke 47.522,12. S&P 500 merosot lebih tajam, turun 0,99 persen ke 6.822,34, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 1,57 persen ke 23.581,14.

Dari sebelas sektor utama S&P 500, tujuh di antaranya melemah, dengan consumer discretionary menjadi yang terburuk setelah merosot 2,6 persen. Sementara real estate menjadi satu-satunya sektor yang bertahan di zona hijau dengan kenaikan 0,7 persen.

Tekanan terbesar datang dari saham teknologi besar yang selama ini menjadi motor reli pasar. Meta Platforms ambles 11,3 persen, mencatat penurunan harian terbesar dalam tiga tahun terakhir. 

Investor menilai proyeksi belanja modal yang melonjak tajam untuk proyek AI belum diimbangi dengan kepastian soal imbal hasil. Microsoft juga melemah 2,9 persen setelah melaporkan pengeluaran modal hampir USD35 miliar pada kuartal fiskal pertama. 

Tapi, berbeda dengan saham Alphabet yang justru naik 2,5 persen. Kenaikan kali ini terbantu lonjakan pendapatan dari iklan dan layanan cloud yang melampaui ekspektasi analis.

Ketidakpastian The Fed Dorong Saham Teknologi ke Jurang

Lagi-lagi, ketidakpastian Federal Reserve membawa pasar bergerak ‘menjauh’. Ucapak Ketua The Fed Jerome Powell menekan euforia investor yang sebelumnya menilai pelonggaran akan terus berlanjut hingga akhir tahun. 

Menurut Chief Strategist 248 Ventures Lindsey Bell, pasar sedang berada dalam mode risk-off setelah reli panjang. S&P 500 sudah mendekati level rekor, sementara kinerja korporasi teknologi besar ternyata tidak sekuat ekspektasi. 

Ia menambahkan, ketidakpastian akibat penutupan sebagian pemerintahan AS membuat investor kehilangan panduan data ekonomi yang penting.

Meski laporan keuangan secara umum masih solid, di mana 84,2 persen perusahaan S&P 500 sudah merilis laporan dan berhasil melampaui ekspektasi laba, tekanan muncul karena valuasi yang terlalu tinggi dan ekspektasi pertumbuhan yang sulit dipenuhi. 

Bahkan Nvidia, yang sehari sebelumnya menjadi perusahaan publik pertama yang menembus kapitalisasi pasar USD5 triliun, ikut terkoreksi 2 persen.

Cardinal Health Menguat, Cigna Telan Pil Pahit

Namun beberapa saham tetap mampu bersinar di tengah koreksi pasar. Cardinal Health mencatat lonjakan 15,4 persen setelah menaikkan proyeksi laba tahunan. Tidak hanya Cardinal Health, CH Robinson Worldwide juga melonjak 19,7 persen. Pun dengan Moderna yang naik 13,9 persen. 

Di sisi sebaliknya, FMC Corporation terpuruk hingga 46,5 persen, diikuti Chipotle Mexican Grill yang jatuh 18,2 persen karena memangkas target penjualan akibat tekanan inflasi, serta Cigna yang merosot 17,4 persen.

Di bursa Nasdaq, volatilitas lebih ekstrem. Saham Intensity Therapeutics mencatat lonjakan fantastis hampir 395 persen, sementara Charming Medical dan Aqua Metals masing-masing naik 45 dan 41 persen. 

Namun, di sisi lain, CERo Therapeutics jatuh lebih dari 94 persen, MSP Recovery turun 47 persen, dan Kandal M Venture ambruk 44 persen. Di sini terlihat adanya ketimpangan yang lebar di antara saham-saham berisiko tinggi.

Secara keseluruhan, volume perdagangan menurun dengan 20,32 miliar saham berpindah tangan, lebih rendah dari rata-rata 20 sesi terakhir. Rasio saham turun terhadap yang naik mencapai dua banding satu di NYSE dan hampir serupa di Nasdaq, menandakan dominasi tekanan jual yang cukup kuat.

Kondisi ini mencerminkan fase koreksi sehat setelah reli panjang yang sebagian besar digerakkan oleh euforia AI. Pasar kini menanti sinyal baru, baik dari arah kebijakan The Fed maupun dari laporan keuangan Apple dan Amazon, untuk menentukan apakah reli besar di sektor teknologi masih memiliki bahan bakar untuk berlanjut atau justru memasuki masa jeda yang lebih panjang.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79