KABARBURSA.COM — Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup menguat pada Jumat, 13 Juni 2025, dengan investor kembali menunjukkan antusiasme terhadap saham-saham teknologi.
Menguatnya Wall Street terpicu usai Oracle melaporkan prospek pertumbuhan pendapatan yang lebih cerah. Optimisme yang dipicu oleh lonjakan saham Oracle ini berhasil menenangkan kegelisahan pasar atas meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan tragedi yang menimpa Boeing.
Indeks S&P 500 naik 0,38 persen ke 6.045,26, Nasdaq bertambah 0,24 persen ke 19.662,49, dan Dow Jones menguat 0,24 persen ke 42.967,62.
Kenaikan tersebut mencerminkan sentimen positif yang dipimpin oleh sektor teknologi dan utilitas, di mana delapan dari sebelas sektor utama dalam indeks S&P mencatat kenaikan.
Pendorong utama hari itu adalah lonjakan saham Oracle yang naik lebih dari 13 persen ke rekor tertinggi. Perusahaan layanan cloud ini menaikkan proyeksi pendapatan tahunannya, menyebutkan permintaan yang kuat untuk produk-produk berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai faktor utama.
Kinerja Oracle juga mendorong saham-saham teknologi besar lainnya seperti Microsoft, Nvidia, dan Broadcom untuk ikut menguat lebih dari 1 persen.
"Oracle menambah kepingan penting dalam peta belanja infrastruktur untuk AI," ujar Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth Art Hogan.
“Ketika pasar sedang bergeser ke arah penguatan komputasi, para pemain besar seperti Microsoft dan Nvidia berada dalam posisi ideal untuk memetik manfaatnya,” lanjut Hogan.
Saham Boeing Terjun Nyaris Lima Persen
Namun di sisi lain, kabar duka datang dari sektor penerbangan. Saham Boeing terjun hampir 5 persen setelah insiden tragis di India yang melibatkan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India.
Kecelakaan itu menewaskan lebih dari 200 orang dan langsung memicu tekanan jual pada saham perusahaan penerbangan asal AS tersebut.
Ketegangan geopolitik juga kembali mewarnai perdagangan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan pemindahan personel militer AS dari wilayah Timur Tengah. Trump memperingatkan potensi konflik dengan Iran yang menurutnya “tidak boleh memiliki senjata nuklir.”
Kedua negara dijadwalkan bertemu di Oman dalam putaran lanjutan pembicaraan nuklir.
Kondisi ini ikut mendorong kenaikan harga emas, yang pada gilirannya mengangkat saham-saham perusahaan tambang emas. Newmont naik hampir 5 persen, Harmony Gold menguat 4,1 persen, dan AngloGold Ashanti melesat lebih dari 6 persen.
Para investor tampaknya kembali melirik aset-aset safe haven sebagai bentuk antisipasi terhadap ketidakpastian global.
Di sisi makro, data indeks harga produsen (PPI) AS yang lebih lemah dari ekspektasi disambut positif pasar. Ditambah dengan laporan klaim pengangguran mingguan yang menunjukkan potensi pelonggaran di pasar tenaga kerja.
Kedua data ini menghidupkan kembali harapan bahwa Federal Reserve dapat menurunkan suku bunga pada pertemuan mendatang.
FedWatch Tool Prediksi Pemangkasan the Fed
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September kini berada di kisaran 60 persen.
Meski demikian, mayoritas analis masih memproyeksikan bahwa suku bunga akan ditahan pada pertemuan FOMC pekan depan, sambil menunggu perkembangan lebih lanjut terkait inflasi dan kebijakan perdagangan.
Sementara itu, Goldman Sachs menurunkan proyeksi risiko resesi di AS dari 35 persen menjadi 30 persen, mencatat menurunnya ketidakpastian terkait arah kebijakan tarif pemerintahan Trump.
Dalam beberapa pekan ke depan, pasar juga akan mengamati upaya Trump menjalin kesepakatan dagang baru dengan sejumlah negara.
Volume perdagangan di bursa Wall Street melonjak menjadi 23,5 miliar saham, jauh di atas rata-rata 20 sesi terakhir yang berada di angka 18 miliar. Saham yang menguat mendominasi dengan rasio 1,5 banding 1 di indeks S&P 500.
Di jajaran saham Dow Jones, UnitedHealth mencatat kinerja terbaik dengan kenaikan 2,56 persen, disusul Amgen dan Merck yang naik hampir 2 persen.
Sebaliknya, Boeing mencatat pelemahan terbesar, diikuti 3M dan Verizon. S&P 500 mencatat 12 level tertinggi baru dan hanya 3 titik terendah, sementara Nasdaq mencatatkan 54 saham menyentuh level tertinggi dan 63 menyentuh titik terendah.
Pasar saham AS saat ini berjalan di atas garis tipis antara optimisme terhadap revolusi AI dan kehati-hatian menghadapi risiko eksternal.
Dengan sektor teknologi kembali mengambil peran utama, investor tampaknya belum siap melepas peluang, meski bayang-bayang geopolitik dan data ekonomi yang fluktuatif masih membayangi horizon.(*)