Logo
>

Wall Street Menguat: Nasdaq Melonjak dan Sinyal Dovish The Fed

Nasdaq melesat hampir 1 persen dipimpin Nvidia yang nyaris sentuh valuasi USD4 triliun, di tengah sinyal pemangkasan suku bunga dari The Fed dan kabar tarif baru dari Trump.

Ditulis oleh Yunila Wati
Wall Street Menguat: Nasdaq Melonjak dan Sinyal Dovish The Fed
Ilustrasi: Plang nama jalan Wall Street (Foto: PxHere)

KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat kembali mencatat penguatan signifikan pada perdagangan Rabu waktu New York atau Kamis waktu Indonesia, 10 Juli 2025. 

Indeks Nasdaq memimpin reli dengan kenaikan hampir 1 persen, seiring lonjakan saham Nvidia yang sempat menyentuh kapitalisasi pasar USD4 triliun. Pelaku pasar juga merespons positif risalah rapat The Fed yang membuka peluang penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 217,54 poin atau 0,49 persen ke level 44.458,30. Sementara itu, S&P 500 naik 0,61 persen menjadi 6.263,26 dan Nasdaq Composite melesat 192,87 poin atau 0,95 persen ke posisi 20.611,34, mendekati rekor tertingginya.

Penguatan ini sebagian besar ditopang sektor teknologi. Nvidia menjadi sorotan utama setelah menjadi perusahaan pertama yang sempat mencapai valuasi USD4 triliun di sesi perdagangan pagi. 

Sahamnya akhirnya ditutup naik 1,8 persen dengan kapitalisasi pasar sekitar USD3,97 triliun. Kinerja ini mempertegas posisi Nvidia sebagai saham unggulan yang menopang reli AI di Wall Street.

Saham teknologi lainnya turut terdorong, dengan Microsoft mencatat kenaikan 1,4 persen dan Amazon naik 1,5 persen. 

“Ada kecenderungan investor kembali ke saham-saham raksasa teknologi. Ini seperti pelarian ke aset aman, hanya saja wujudnya berbeda,” ujar analis di Charles Schwab Kevin Gordon.

Harapan Baru dari The Fed

Dari sisi kebijakan moneter, risalah rapat Federal Reserve pertengahan Juni menunjukkan mayoritas pejabat bank sentral kini memandang penurunan suku bunga sebagai langkah yang tepat menjelang akhir tahun. 

Mereka menilai tekanan inflasi yang sempat muncul akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump cenderung bersifat sementara dan tidak akan menggagalkan rencana pelonggaran moneter.

Kendati demikian, risalah tersebut juga mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga belum akan terjadi dalam waktu dekat, setidaknya tidak pada pertemuan akhir Juli ini. 

“Beberapa pejabat The Fed memang menyuarakan kekhawatiran soal inflasi, namun mereka juga melihat ruang untuk pelonggaran suku bunga jika kondisi tenaga kerja mulai melemah,” kata Chief Investment Officer di SWBC, San Antonio Texas Chris Brigati.

Chris Zaccarelli dari Northlight Asset Management menambahkan bahwa para pengambil kebijakan kini menghadapi dilema: di satu sisi mengakui risiko inflasi jangka menengah, tapi di sisi lain juga mengakui perlunya ruang pemangkasan suku bunga agar ekonomi tetap stabil.

Trump Naikkan Tarif, Pasar Tetap Tenang

Sementara itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh pengumuman terbaru dari Gedung Putih terkait kebijakan perdagangan. Presiden Trump kembali memberlakukan tarif terhadap tujuh negara dengan besaran antara 20 persen hingga 30 persen, termasuk Filipina, Libya, dan Sri Lanka. 

Sehari sebelumnya, Trump juga menetapkan tarif 50 persen atas impor tembaga dan mengancam akan menyasar produk semikonduktor serta farmasi.

Namun reaksi pasar terbilang tenang. Investor tampaknya mulai terbiasa dengan pola negosiasi agresif Trump. Banyak pelaku pasar menilai masih ada ruang diplomasi sebelum tenggat 1 Agustus mendatang. 

"Pasar tampaknya semakin kebal terhadap berita buruk soal tarif. Selama fundamental ekonomi tetap kokoh, investor tetap optimistis,” tutur Brigati.

AES dan Boeing Bersinar, UnitedHealth Tertekan

Dari sisi kinerja emiten, saham penyedia listrik AES Corp mencuri perhatian dengan lonjakan hampir 20 persen setelah Bloomberg melaporkan perusahaan tengah mempertimbangkan berbagai opsi strategis, termasuk kemungkinan divestasi. 

Di sektor manufaktur, Boeing naik 3,7 persen setelah mencatatkan peningkatan pengiriman pesawat sebesar 27 persen pada Juni.

Namun tidak semua saham bernasib baik. UnitedHealth turun 1,6 persen setelah laporan Wall Street Journal menyebut Departemen Kehakiman AS tengah menyelidiki praktik perusahaan dalam mengumpulkan data diagnosis untuk meningkatkan pembayaran dari Medicare.

Sektor defensif seperti consumer staples justru tertinggal, dengan saham Coca-Cola dan Verizon masing-masing melemah lebih dari 1 persen. Dari 11 sektor utama di S&P 500, delapan mencatat kenaikan, dipimpin sektor utilitas dan teknologi.

Volume Masih Normal, Fokus ke Data Ketenagakerjaan

Volume perdagangan di bursa Wall Street tercatat mencapai 18,10 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir. Ini menandakan aktivitas pasar tetap aktif meski investor kini lebih selektif.

Pelaku pasar kini menanti rilis data klaim pengangguran mingguan pada Kamis waktu setempat sebagai indikator lanjutan kondisi tenaga kerja. Pekan lalu, laporan ketenagakerjaan yang solid telah mendorong S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor baru. 

Jika data ketenagakerjaan tetap kuat dan inflasi mulai mereda, peluang penurunan suku bunga The Fed akan semakin terbuka.

Secara keseluruhan, Wall Street tengah memasuki fase optimisme yang lebih terukur. Sinyal dovish dari The Fed, lonjakan saham teknologi, serta sikap pasar yang lebih tenang menghadapi risiko geopolitik memberikan kombinasi yang mendukung reli. 

Namun pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi lonjakan inflasi dan dampak lanjutan dari kebijakan tarif yang belum sepenuhnya dicerna.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79