KABARBURSA.COM – Pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, menutup perdagangan Kamis waktu New York atau Jumat pagi WIB, 17 Oktober 2025, di area negatif. Investor masih menaruh kekhawatiran terhadap meningkatnya tekanan di sektor perbankan regional AS dan memburuknya hubungan dagangan Amerika Serikat dan China.
Indeks S&P 500 turun 0,63 persen menjadi 6.629,07, Nasdaq melemah 0,47 persen ke 22.562,54, dan Dow Jones merosot 0,65 persen ke 45.952,24. Ketiganya mencatat penurunan serentak, setelah beberapa pekan sebelumnya mencatat kinerja positif.
Walau begitu, Volume transaksi relatif tinggi, mencapai 22,4 miliar saham. Angkanya bahkan lebih besar dari rata-rata 20,5 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya. Artinya, ada aktivitas jual beli yang cukup intens di tengah ketidakpastian.
Dari 11 sektor utama di S&P 500, sepuluh ditutup melemah. Sektor keuangan menjadi penekan utama, anjlok 2,75 persen, diikuti sektor energi yang turun 1,12 persen.
Ada Potensi Kredit Macet di Sektor Perbankan
Sentimen negatif di sektor keuangan dipicu oleh kabar mengejutkan dari beberapa bank regional. Saham Zions Bancorporation anjlok 13 persen setelah melaporkan kerugian tak terduga dari dua pinjaman di divisi California.
Kasus ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai potensi tekanan kredit tersembunyi di sektor perbankan, terutama di tengah tingkat suku bunga yang masih tinggi.
Sementara itu, Western Alliance merosot 10,8 persen setelah mengajukan gugatan penipuan terhadap salah satu debiturnya. Kejadian ini memperkuat persepsi bahwa pasar kredit komersial masih menghadapi risiko signifikan, terlebih setelah kebangkrutan pemasok suku cadang otomotif First Brands dan dealer mobil Tricolor pada bulan sebelumnya.
Menurut analis Ron Albahary dari LNW, tanda-tanda kecil tekanan di pasar kredit tidak boleh diabaikan.
Selain faktor perbankan, meningkatnya tensi perdagangan antara AS dan China turut memperburuk suasana pasar. Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 100 persen terhadap produk asal China mulai 1 November
Keputusan ini diambil menyusul langkah Beijing yang membatasi ekspor mineral tanah jarang. Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran baru terhadap rantai pasok global dan stabilitas harga bahan baku untuk industri teknologi.
Tom Hainlin dari U.S. Bank Wealth Management menyebut, meningkatnya retorika politik dan kebijakan proteksionis menambah ketidakpastian yang sudah tinggi di pasar ekuitas.
Dari sisi korporasi, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) memberikan pandangan positif terhadap prospek belanja modal di sektor kecerdasan buatan (AI). Namun saham-saham besar yang terkait AI justru mengalami koreksi.
Palantir dan Meta Platforms masing-masing turun 0,8 persen, sementara Tesla melemah 1,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tema AI masih menjadi katalis jangka panjang, investor memilih untuk mengambil keuntungan setelah reli besar sebelumnya.
Bisnis AI yang Menjanjikan
Di sisi lain, saham Salesforce justru melesat 4 persen setelah perusahaan itu memproyeksikan pendapatan lebih dari USD60 miliar pada 2030, melampaui ekspektasi analis. Optimisme terhadap prospek bisnis berbasis AI dan langganan korporasi membuat investor kembali melirik sektor perangkat lunak enterprise.
Untuk saham individu, J.B. Hunt Transport Services menjadi bintang hari itu dengan lonjakan 22,24 persen berkat laporan laba kuartal III yang solid. Saham Micron Technology naik 5,53 persen dan ON Semiconductor menguat 5,18 persen, keduanya diuntungkan oleh meningkatnya permintaan chip untuk teknologi AI.
Sebaliknya, saham Kenvue anjlok 13,31 persen, F5 Networks turun 10,70 persen, dan Hewlett Packard Enterprise melemah 10,14 persen setelah memproyeksikan laba di bawah ekspektasi analis.
Dari sisi indeks Dow Jones, saham Salesforce (+3,98 persen), Procter & Gamble (+1,51 persen), dan Caterpillar (+1,30 persen) menjadi pendorong utama, sementara Visa (-2,98 persen), Travelers Companies (-2,87 persen), dan Nike (-2,37 persen) menjadi pemberat indeks.
Pada bursa Nasdaq, pergerakan ekstrem juga terjadi pada saham-saham kecil seperti Praxis Precision Medicines (+183,4 persen), rYojbaba Co Ltd (+119,35 persen), dan INVO Fertility (+85,68 persen). Hal ini menunjukkan adanya aktivitas spekulatif yang cukup besar.
Namun, beberapa saham lain mengalami penurunan tajam, seperti Utime Ltd (-88,5 persen), Republic Power Group (-55,85 persen), dan Yueda Digital Holding (-51,05 persen).
Dari sisi makroekonomi, data Indeks Bisnis Philadelphia Fed untuk Oktober menunjukkan penurunan 12,8 poin, jauh di bawah ekspektasi kenaikan 8,5 poin. Artinya, ada pelemahan aktivitas manufaktur regional.
Sementara itu, Gubernur Federal Reserve Christopher Waller menyatakan dukungan untuk pemangkasan suku bunga tambahan pada Oktober, dengan alasan pasar tenaga kerja yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan.(*)