KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street, menutup perdagangan Rabu waktu setempat, atau Kamis, 11 September 2025, dengan arah yang terbelah. Indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali mencetak rekor penutupan, sementara Dow Jones terkoreksi.
Kondisi ini mencerminkan tarik-menarik antara optimisme investor terhadap prospek kecerdasan buatan (AI) dan harapan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve dengan kekhawatiran valuasi tinggi serta tekanan pada saham-saham besar tertentu.
S&P 500 menguat 0,30 persen ke 6.532,04, mencatat rekor penutupan tertinggi dua hari berturut-turut. Nasdaq pun naik tipis 0,03 persen ke 21.886,06, menorehkan rekor untuk tiga sesi beruntun.
Sebaliknya, Dow Jones turun 0,48 persen menjadi 45.490,92, terbebani oleh pelemahan saham-saham konsumer dan teknologi besar. Dari 11 sektor S&P 500, enam di antaranya melemah, dipimpin consumer discretionary yang anjlok 1,58 persen serta consumer staples yang terkoreksi 1,06 persen.
Lonjakan Oracle dan Reli Saham AI
Pusat perhatian investor tertuju pada lonjakan spektakuler saham Oracle, yang meroket hampir 36 persen dalam satu hari dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1992. Dorongan datang dari ledakan permintaan layanan cloud yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan, yang menjadikan kapitalisasi pasar Oracle menembus USD922 miliar.
Reli ini ikut menyeret saham-saham chip berbasis AI lebih tinggi, seperti Nvidia yang naik 3,8 persen, Broadcom melesat hampir 10 persen, dan AMD menambah 2,4 persen. Indeks chip PHLX pun menorehkan rekor baru dengan kenaikan 2,3 persen.
Efek domino juga terasa pada penyedia energi pusat data seperti Constellation Energy, Vistra, dan GE Vernova yang semuanya menguat lebih dari 6 persen. Hal ini menandakan ekspektasi pasar terhadap kebutuhan infrastruktur energi untuk menopang tren AI.
Namun, reli teknologi tidak dinikmati merata. Saham Apple justru jatuh 3,2 persen, memperpanjang tren negatif empat hari berturut-turut. Investor menilai raksasa iPhone itu tertinggal dalam persaingan teknologi berbasis AI.
Koreksi tajam juga menimpa Synopsys yang anjlok 36 persen usai gagal memenuhi ekspektasi Wall Street. Disusul Cadence Design Systems yang terkoreksi lebih dari 6 persen.
Dorongan Data Inflasi Produsen dan Ekspektasi The Fed
Selain euforia AI, sentimen positif datang dari rilis data inflasi produsen (PPI) yang lebih lemah dari perkiraan. Data ini memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 16–17 September.
FedWatch Tool CME Group menunjukkan peluang hampir pasti pemangkasan 25 basis poin, dengan kemungkinan kecil pemotongan lebih agresif sebesar 50 bps.
Optimisme pemangkasan suku bunga ini menjadi alasan lain mengapa valuasi tinggi pada saham-saham teknologi masih mendapatkan dukungan beli, meski sejumlah analis mengingatkan potensi hambatan jangka pendek akibat mahalnya harga saham.
Secara tahunan, S&P 500 sudah melonjak 11 persen dan Nasdaq menguat 13 persen sepanjang 2025. Kekuatan fundamental pasar dinilai tetap kokoh, dengan dorongan pertumbuhan ekonomi AS yang resilien dan prospek AI yang masih sangat menjanjikan.
Barclays dan Deutsche Bank bahkan menaikkan target akhir tahun untuk S&P 500. Ini menekankan pendapatan perusahaan yang solid sebagai alasan utama.
Namun, investor kini mengalihkan perhatian ke rilis data inflasi konsumen (CPI) yang akan keluar Kamis ini. Angka tersebut dipandang sebagai penentu arah kebijakan moneter The Fed, yang pada gilirannya akan menentukan apakah reli berbasis teknologi dan ekspektasi pemangkasan suku bunga bisa berlanjut.
Dengan perdagangan yang diwarnai reli besar di sektor AI dan tekanan pada saham-saham teknologi tertentu, pasar kembali menunjukkan betapa kuatnya pengaruh inovasi serta kebijakan moneter terhadap arah Wall Street.(*)
 
      