KABARBURSA.COM - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyatakan kesiapannya bekerja sama di sektor industri dengan Tiongkok. Komitmen itu disampaikan wamenperin di ASEAN–China Industry Ministerial Roundtable Meeting di Nanning, Tiongkok, pada Rabu, 17 September 2025.
Dalam sambutannya, Faisol menyebut Indonesia sebagai kekuatan industri di Asean. Oleh karena itu, Indonesia memiliki komitmen terhadap terciptanya industrialisasi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global.
“ASEAN dan Tiongkok merupakan mitra strategis dalam membangun ekosistem industri yang tangguh, sekaligus menjadikan ASEAN sebagai motor pertumbuhan kawasan,” jelas Faisol dalam keterangannya, Kamis, 18 September 2025.
Peningkatan Infrastruktur Global
Faisol juga menegaskan, transformasi digital merupakan salah satu prioritas utama, mengingat ekonomi digital ASEAN diproyeksikan melonjak dari USD 300 miliar menjadi USD 2 triliun pada 2030.
“Kami berharap Tiongkok membuka kesempatan bagi ASEAN untuk berkolaborasi dalam meningkatkan infrastruktur digital dan menjembatani kesenjangan digital,” tutur Faisol.
Dalam kesempatan tersebut, Faisol juga memaparkan arah kebijakan industri nasional melalui Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) yang berfokus pada empat pilar utama.
Pertama, percepatan hilirisasi sumber daya alam, khususnya mineral strategis seperti nikel, tembaga, dan bauksit. Kedua, pembangunan industri hijau sejalan dengan target net zero emission 2060 melalui transisi energi bersih dan pengembangan kawasan industri rendah karbon.
Ketiga, transformasi digital industri lewat program Making Indonesia 4.0. Keempat, penguatan SDM industri berbasis kompetensi melalui pendidikan vokasi serta platform pembelajaran digital.
“Kolaborasi yang saling menguntungkan menjadi kunci menjaga ketahanan rantai pasok dan daya saing kawasan. Dengan kontribusi sektor industri sekitar 35 persen terhadap PDB ASEAN dan 16,92 persen terhadap PDB Indonesia pada triwulan II 2025, serta kinerja ekspor manufaktur yang mencapai USD 128,13 miliar atau 80 persen dari total ekspor nasional, sektor ini terbukti menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi,” ungkap Faisol.
Ia juga menegaskan bahwa Nanning Initiatives tidak boleh berhenti pada tataran rekomendasi. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya ingin memastikan inisiatif ini dapat diwujudkan dengan adanya investasi, alih teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
“Dengan begitu, manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh dunia usaha dan masyarakat di kawasan,” tegasnya.
Di sela rangkaian kegiatan, para kepala delegasi ASEAN dan Tiongkok juga menggelar courtesy meeting singkat yang dipimpin Menteri Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok, Li Lecheng, bersama Chairperson of Guangxi Zhuang Autonomous Region.
Pada kesempatan itu, Faisol menyoroti potensi besar Indonesia untuk menjadi hub rantai pasok global di sektor Kendaraan Energi Baru (New Energy Vehicle/NEV).
Dengan cadangan mineral melimpah seperti nikel, kobalt, dan timah, Indonesia berada di posisi strategis untuk memperkuat industri hulu NEV. Potensi ini, menurutnya, bukan hanya memperkokoh posisi ekonomi kawasan, tetapi juga mendukung transisi energi global menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.(*)