Logo
>

Yen Kehilangan Power, Dominasi Dolar AS Kian Kuat

Dolar AS menguat ke level tertinggi sejak Agustus setelah pernyataan hawkish Jerome Powell, sementara yen Jepang, euro, dan pound melemah akibat sikap hati-hati bank sentral masing-masing.

Ditulis oleh Yunila Wati
Yen Kehilangan Power, Dominasi Dolar AS Kian Kuat
Ilustrasi.

KABARBURSA.COM – Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,38 persen ke 99,51. Sebelumnya, dolar AS sempat menembus 99,72, yang merupakan level tertinggi sejak awal Agustus.

Kenaikan ini terjadi menyusul pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga tambahan pada Desember, belum tentu terjadi, Padahal, dua anggota komite lainnya memiliki pandangan berbeda.

Gubernur Stephen Miran mendukung pemangkasan lebih dalam. Sementara, Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schid menilak pelonggaran, karena harga masih tinggi.

Ketidaksepakatan ini direspon pasar dengan cepat. Prediksi pemangkasan suku bunga lanjutan yang tadinya sebesar 85 persen, turun menjadi 71 persen.

Sementara itu, Yen Jepang kembali menjadi sorotan pasar global setelah anjlok tajam terhadap dolar AS. Pelemahan dipicu oleh sikap Bank of Japan (BOJ) yang masih berhati-hati dan tidak seagresif yang diharapkan pelaku pasar.

Padahal, sebelumnya Gubernur Kazuo Ueda menyiratkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada Desember. BOJ mempertahankan suku bunga mendekati nol, dan Ueda mengatakan keputusan pengetatan akan sangat bergantung pada prospek kenaikan upah tahun depan. 

Pernyataan ini dianggap terlalu lembut oleh investor yang telah menantikan langkah konkret menuju normalisasi kebijakan moneter. 

Kepala Strategi Pasar Corpay Karl Schamotta, menilai sikap BOJ kembali mengecewakan investor yang berharap bank sentral Jepang meninggalkan pola ultra-longgar yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. 

“BOJ tampak terbelah dan masih ragu mengambil risiko kenaikan suku bunga, sama seperti pertemuan September lalu,” katanya.

Ketiadaan kepastian dari Ueda semakin menekan yen, yang merosot 0,9 persen terhadap dolar AS, ke level 154,08. Penurunan ini menjadi yang terendah sejak Februari. 

Lou Brien dari DRW Trading menilai, Ueda tampak “terlalu sabar,” dan hal itu mengejutkan pasar yang telah mengantisipasi sinyal lebih tegas menjelang akhir tahun. Ketidaktegasan tersebut memperbesar jarak kebijakan moneter antara BOJ dan The Fed, sehingga memperkuat posisi dolar sebagai mata uang yang lebih menarik bagi investor global.

Euro Melemah Usai ECB Ikut Pertahankan Suku Bunga

Euro juga ikut melemah setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga di level 2 persen untuk ketiga kalinya, tanpa memberikan sinyal perubahan kebijakan. Mata uang tunggal Eropa itu turun 0,27 persen ke USD1,1568, menyentuh titik terendah dua pekan. 

Menurut Schamotta, posisi ECB kini berada di zona “tunggu dan lihat.” Inflasi memang mulai mereda, namun pertumbuhan ekonomi kawasan euro masih rapuh. Pembuat kebijakan berharap stimulus fiskal Jerman mampu menopang aktivitas ekonomi yang melemah akibat ekspor yang lesu.

Sementara itu, poundsterling Inggris juga tidak luput dari tekanan. Mata uang Inggris itu turun 0,31 persen ke USD1,3152, terendah sejak pertengahan April. Ekspektasi bahwa Bank of England (BoE) akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, membuat sterling kehilangan daya tariknya. 

Meski sebagian analis memperkirakan BoE akan mempertahankan suku bunga pekan depan, pelaku pasar tampaknya sudah lebih dulu memposisikan diri untuk skenario dovish.

Menariknya, di tengah pergerakan mata uang utama yang fluktuatif, kesepakatan dagang baru antara Amerika Serikat dan China tak banyak membantu mengubah arah pasar. Pemangkasan tarif impor yang diumumkan Presiden Donald Trump dan kesediaan Beijing membeli kembali kedelai serta menjaga ekspor logam tanah jarang tetap berjalan, hanya memberi efek sesaat. 

Fokus utama investor masih tertuju pada arah kebijakan moneter dan perbedaan sikap antar bank sentral besar dunia.

Secara keseluruhan, lanskap pasar valas kini menunjukkan dominasi dolar AS yang kembali menguat di tengah ketidakpastian global. Yen yang seharusnya berfungsi sebagai mata uang safe haven justru kehilangan pamornya karena sikap terlalu sabar BOJ. 

Euro dan pound pun melemah karena bank sentral masing-masing memilih menunggu. Dengan kombinasi The Fed yang masih hawkish dan BOJ yang lamban, dolar tampaknya masih akan menjadi pemenang utama di panggung mata uang dunia dalam jangka pendek.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79