KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, memastikan ketersediaan bahan pokok menjelang perayaan Imlek hingga Lebaran 2025 dalam kondisi aman.
"Persediaan aman, cukup stoknya," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025.
Meski demikian, Zulhas, sapaan akrabnya, mengakui bahwa terdapat beberapa kenaikan harga komoditas pangan di beberapa daerah. Berdasarkan hasil kunjungannya ke sejumlah wilayah di Indonesia, ia menemukan harga minyak goreng, termasuk minyak curah, serta gula mengalami sedikit kenaikan.
"Kemarin harga minyak, termasuk minyak curah agak naik, juga gula agak naik," ungkap Zulhas.
Zulhas juga menambahkan bahwa pemerintah akan segera melakukan rapat evaluasi untuk menentukan langkah kebijakan yang tepat guna menangani kenaikan harga tersebut. "Nanti akan rapat lebih lanjut, akan dievaluasi, atau sebagainya, kebijakan seperti apa yang akan kita ambil," jelasnya.
Selain itu, ia menegaskan ada beberapa keputusan yang harus segera diambil dalam waktu dekat, terutama terkait pengadaan daging untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran.
"Memang ada beberapa yang harus segera diputuskan. Pelaksanaan pengadaan daging, untuk puasa dan Lebaran," tandasnya.
Untuk diketahui, Tahun Baru Imlek 2025 yang bertepatan dengan 2576 Kongzili akan dirayakan pada Rabu, 29 Januari 2025. Perayaan ini merupakan salah satu momen penting bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia yang biasanya diramaikan dengan tradisi makan bersama keluarga dan berbagi bingkisan.
Sementara itu, berdasarkan kalender hijriah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag), Idulfitri 1446 Hijriah diperkirakan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, dan Selasa, 1 April 2025. Dengan demikian, hari pertama puasa Ramadan diperkirakan dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Momen-momen besar seperti Imlek, Ramadan, dan Lebaran biasanya diiringi dengan peningkatan konsumsi bahan pangan oleh masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan dan stabilitas harga pangan menjadi perhatian utama pemerintah guna memastikan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
Tantangan Ketahanan Pangan
Ketua DPR RI Puan Maharani meminta parlemen dan pemerintah merespons cepat berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat melalui kebijakan yang dijalankan negara.
“DPR RI dan Pemerintah, harus dapat merespons secara cepat berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat Pemerintah sebagai pelaksana penanganan urusan-urusan rakyat telah dibekali dengan Regulasi, Aparatur Sipil Negara, Anggaran, dan Program Kementerian/Lembaga,” kata Puan di Ruang Sidang Paripurna DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa, 21 Januari 2025.
Dalam pidato pembukaan masa sidang kedua Tahun Sidang 2024-2025, Puan menyoroti sejumlah permasalahan besar yang saat ini menjadi perhatian publik dan menegaskan perlunya tindak lanjut oleh alat kelengkapan dewan. Isu-isu tersebut mencakup berbagai sektor, mulai dari kebijakan sosial, ketahanan pangan, hingga stabilitas ekonomi.
“Pelaksanaan program makan bergizi gratis, penegakan kode etik dan hukum pada lembaga yang membidangi ketertiban dan keamanan, penanganan terhadap permasalahan bencana alam banjir dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah daerah, stabilitas harga komoditas dan pasokan pangan serta rencana penghentian impor beberapa komoditas pangan,” papar Puan.
Selain itu, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini juga menyoroti pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam, seperti yang tertuang dalam UU Minerba, kata Puan, harus dapat lebih dimaksimalkan.
Meski Puan menekankan pentingnya program makan bergizi gratis sebagai salah satu langkah strategis untuk menjawab tantangan ketahanan pangan, efektivitas program ini masih menjadi sorotan.
Yang Lapar Siapa? Yang Kenyang Siapa?
Meski Puan menekankan pentingnya program makan bergizi gratis sebagai salah satu langkah strategis untuk menjawab tantangan ketahanan pangan, efektivitas program ini masih menjadi sorotan. Laporan terbaru dari CELIOS mengungkapkan manfaat program ini ternyata belum merata dan lebih banyak dirasakan oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Berdasarkan laporan terbaru dari CELIOS bertajuk “Yang Lapar Siapa? Yang Kenyang Siapa?”, hasil survei menunjukkan manfaat program ini paling dirasakan oleh keluarga dengan pendapatan di bawah Rp2 juta per bulan.
Data menunjukkan bahwa 49 persen keluarga mengaku anak-anak mereka masih sering kekurangan makanan di rumah. Ketika ditelusuri lebih dalam, 28 persen responden dengan pendapatan Rp400 ribu hingga Rp1 juta menyatakan anak-anak mereka “cukup sering” atau bahkan “sangat sering” mengalami kekurangan makanan. Ini berbeda jauh dengan keluarga berpenghasilan lebih dari Rp5 juta yang hampir tidak merasakan persoalan serupa.
CELIOS menegaskan program ini memang memberi dampak positif pada kelompok rentan ekonomi. “Studi ini juga menyiratkan bahwa program makan bergizi gratis hanya akan memberikan dampak terbesar pada keluarga dengan anggaran rendah, terutama mereka yang berpenghasilan di bawah 2 juta rupiah per bulan,” tulis laporan tersebut.
Namun, data juga mengungkapkan bahwa 31 persen keluarga dengan penghasilan Rp400 ribu hingga Rp1 juta merasa pengeluaran mereka untuk makanan jauh lebih ringan karena adanya program ini. Sebaliknya, untuk keluarga dengan penghasilan Rp5 juta ke atas, program ini dianggap kurang relevan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.